Dalam beberapa tahun terakhir, peran Chief Information Officer (CIO) mengalami pergeseran yang signifikan. Tidak lagi sekadar bertanggung jawab atas infrastruktur teknologi, CIO kini berperan sebagai pemimpin strategis yang mendorong pengambilan keputusan berbasis data atau data-driven leadership. Perubahan ini menjadi semakin penting seiring meningkatnya kebutuhan organisasi untuk membuat keputusan yang cepat, akurat, dan berbasis pada bukti di era digital.
Laporan Gartner tahun 2024 menunjukkan bahwa 94 persen CIO terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan strategis perusahaan. Angka ini menunjukkan bahwa CIO kini diakui sebagai bagian integral dari jajaran eksekutif yang memiliki pengaruh besar terhadap arah bisnis.
Infrastruktur Data sebagai Pondasi
Untuk membangun organisasi berbasis data, CIO bertanggung jawab atas kesiapan dan kualitas infrastruktur data. Kajian dari Sistem Informasi BINUS menyoroti bahwa keberhasilan Business Intelligence (BI) dalam mendukung keputusan sangat bergantung pada fondasi data yang kuat, tata kelola informasi yang efektif, serta literasi data yang merata di seluruh tingkat organisasi.
Keberhasilan BI bukan hanya ditentukan oleh volume data, tetapi juga oleh kualitas, kecepatan, dan keterpaduan data yang tersedia.
Peran CIO dalam Arsitektur Data
Menurut analisis McKinsey & Company, CIO kini menjalankan peran sebagai perancang produk data. Peran ini menuntut mereka untuk tidak hanya menyediakan data mentah, tetapi juga menyusun strategi penyajian informasi agar dapat dimanfaatkan secara efisien oleh para pengambil keputusan.
Dengan demikian, CIO harus memastikan bahwa data disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, menghindari pembangunan sistem baru setiap kali ada permintaan informasi berbeda.
Pentingnya Kolaborasi Eksekutif
Dalam ekosistem organisasi berbasis data, peran CIO harus dijalankan bersama dengan CFO (Chief Financial Officer) dan CSO (Chief Strategy Officer). Laporan The Australian menunjukkan bahwa sinergi antara ketiganya menjadi faktor penting dalam memastikan keberhasilan investasi teknologi, termasuk implementasi kecerdasan buatan (AI).
Kegagalan untuk berkolaborasi secara erat sering kali membuat organisasi tidak mampu menunjukkan dampak nyata dari investasi teknologi, terutama dalam proyek AI skala besar.
Tantangan Baru: Pengelolaan AI Otonom
Perkembangan teknologi AI menghadirkan tantangan baru dalam bentuk agentic AI—yakni sistem kecerdasan buatan yang mampu bertindak secara otonom seperti karyawan virtual. CIO kini dihadapkan pada kebutuhan untuk mengelola AI dengan pendekatan serupa manajemen sumber daya manusia.
Tugas ini mencakup penetapan struktur peran, pemantauan indikator kinerja, serta pengendalian akses dan etika penggunaan AI. Hal ini menambah kompleksitas tanggung jawab CIO yang kini meliputi tata kelola sumber daya digital.
Penguatan Posisi CIO dalam Struktur Organisasi
Data dari The Wall Street Journal menunjukkan peningkatan jumlah CIO yang melapor langsung kepada CEO, dari 41 persen pada 2015 menjadi 63 persen pada 2023. Peningkatan ini mencerminkan pengakuan yang semakin besar terhadap posisi strategis CIO dalam organisasi.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa perusahaan semakin menyadari pentingnya integrasi teknologi dan data dalam pencapaian tujuan bisnis jangka panjang.
Kesimpulan
Peran CIO dalam organisasi modern jauh melampaui pengelolaan infrastruktur teknologi. Mereka menjadi arsitek data, perancang strategi informasi, pengendali risiko teknologi, dan penjaga etika dalam penerapan AI.
Dengan pendekatan kepemimpinan berbasis data, CIO membantu perusahaan meningkatkan daya saing, mempercepat proses pengambilan keputusan, serta menjawab tantangan pasar dengan lebih adaptif. Dalam lanskap digital yang terus berubah, data-driven leadership merupakan kunci untuk menjamin keberlanjutan dan ketangguhan organisasi.