6 Langkah yang Harus Diambil Ketika Terserang Ransomware

6 Langkah yang Harus Diambil Ketika Terserang Ransomware

Ransomware menjadi salah satu kejahatan siber yang paling sering terjadi, mulai dari yang berakibat ringan hingga fatal sekalipun. Serangan ransomware terus menjadi ancaman bagi perusahaan di seluruh dunia. Bahkan menurut laporan SonicWall pada 2023, jumlah serangan ransomware global mencapai 623 juta, dengan kerugian yang diestimasi mencapai miliaran dolar. 

Salah satu contoh serangan ransomware yang fatal adalah yang menimpa Colonial Pipeline pada tahun 2021. Insiden ini membuat perusahaan harus menghentikan operasi distribusi bahan bakar selama beberapa hari, yang akhirnya mengganggu pasokan energi di Amerika Serikat. Dalam kasus tersebut, para hacker minta tebusan 4,4 juta dolar untuk mendapatkan kembali akses ke data-data perusahaan.

Pentingnya Incident Handling

Menghadapi ancaman yang semakin nyata, perusahaan tidak hanya membutuhkan solusi teknis, tetapi juga harus memiliki strategi penanganan insiden (incident handling) yang komprehensif.

Salah satu standar yang dapat diikuti adalah pendekatan yang diusulkan oleh EC-Council dalam sertifikasi Certified Incident Handler (ECIH). ECIH memberikan panduan langkah demi langkah untuk menghadapi serangan siber, termasuk serangan ransomware. Dalam artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah yang harus diambil ketika perusahaan terkena serangan ransomware, sesuai dengan panduan ECIH.

Sesuai dengan ECIH, ada beberapa langkah yang bisa diambil saat sebuah perusahaan terkena serangan ransomware, diantaranya:

Ilustrasi serangan siber

Identifikasi

Langkah pertama dalam penanganan insiden ransomware adalah identifikasi serangan. Pada tahap ini, tim keamanan perlu memastikan bahwa perusahaan benar-benar sedang menghadapi serangan ransomware. 

Ransomware biasanya mengenkripsi file dan menampilkan pesan yang meminta tebusan. Namun, ada beberapa jenis malware yang mungkin meniru perilaku ransomware.

Menurut EC-Council, tim keamanan harus memanfaatkan sistem deteksi ancaman dan log monitoring untuk segera mengenali tanda-tanda serangan. Hal ini penting untuk membedakan apakah serangan tersebut adalah ransomware atau jenis serangan siber lainnya. 

Misalnya, pada kasus serangan ransomware WannaCry yang terjadi pada 2017, sistem di lebih dari 150 negara terkena dampaknya, namun perusahaan yang memiliki sistem monitoring yang baik mampu mengidentifikasi insiden lebih cepat dan meminimalisir kerugian.

Pengendalian Insiden (Containment)

Setelah serangan teridentifikasi, langkah berikutnya yang sangat penting adalah pengendalian atau containment. Tujuannya adalah untuk meminimalisir dampak dari serangan dengan menghentikan penyebaran ransomware ke bagian sistem yang belum terinfeksi. Dalam framework ECIH, containment bisa dibagi menjadi dua fase: containment sementara dan containment jangka panjang.

Pada fase containment sementara, langkah yang diambil meliputi:

  • Memutus koneksi jaringan dari sistem yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
  • Mengisolasi perangkat yang terkena dampak.
  • Menghentikan semua aktivitas jaringan yang mencurigakan.

Fase containment jangka panjang melibatkan langkah-langkah yang lebih strategis, meliputi:

  • Memulihkan sistem yang terkena dampak dengan backup yang bersih.
  • Mengubah kredensial dan akses pengguna yang mungkin telah dikompromikan.

Dalam beberapa kasus, seperti serangan ransomware pada Baltimore City pada 2019, kegagalan dalam melakukan containment yang cepat menyebabkan sistem kota lumpuh selama berminggu-minggu. Oleh karena itu, pengendalian yang tepat sangat krusial untuk mencegah kerusakan yang lebih besar.

Investigasi dan Analisis Insiden

Tahap berikutnya dalam penanganan insiden ransomware menurut EC-Council adalah investigasi dan analisis. Tim keamanan siber perlu melakukan investigasi mendalam untuk memahami bagaimana ransomware dapat menyusup ke dalam sistem dan apa saja yang terpengaruh. Dalam proses ini, tim harus memeriksa log file, data jaringan, dan laporan deteksi ancaman.

Penting untuk mengidentifikasi sumber serangan dan metode yang digunakan oleh peretas. Misalnya, apakah ransomware tersebut masuk melalui email phishing, kerentanan perangkat lunak, atau serangan brute-force? Mengetahui hal ini akan membantu perusahaan menutup celah keamanan di masa depan.

Pada tahap ini, kolaborasi dengan pihak eksternal seperti tim forensik digital atau penyedia layanan keamanan siber juga bisa diperlukan untuk menganalisis lebih lanjut tentang serangan tersebut. ECIH menekankan pentingnya mendokumentasikan semua hasil investigasi untuk pembelajaran di masa depan dan penyusunan laporan insiden yang lebih baik.

Eradikasi

Setelah investigasi selesai, langkah selanjutnya adalah eradikasi, yaitu proses membersihkan ransomware dari semua sistem yang terinfeksi. Dalam tahap ini, pastikan ransomware telah sepenuhnya dihapus dari jaringan. Tim keamanan harus menghapus file yang terinfeksi, membersihkan malware yang masih tersisa, dan melakukan pemindaian sistem untuk memastikan tidak ada jejak ransomware yang tertinggal.

ECIH menyarankan agar perusahaan memverifikasi setiap perangkat yang terhubung ke jaringan sebelum diaktifkan kembali. Menggunakan antivirus dan antimalware yang diperbarui juga dapat membantu dalam proses eradikasi.

Pemulihan (Recovery)

Setelah eradikasi berhasil, perusahaan dapat melanjutkan ke tahap pemulihan. Pada fase ini, sistem yang terinfeksi di-restore dari backup yang bersih. Proses pemulihan harus dilakukan secara bertahap dan terkontrol untuk memastikan bahwa tidak ada malware yang tersisa yang dapat memicu serangan baru.

Selain itu, ECIH juga menekankan pentingnya menguji sistem sebelum diaktifkan kembali ke operasi normal. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa sistem berfungsi seperti semula dan tidak ada kelemahan yang tersisa. Prosedur backup harus diperiksa ulang dan diperbarui, karena backup yang baik dapat mencegah dampak buruk dari serangan ransomware.

Pelaporan dan Pembelajaran

Langkah terakhir yang tidak kalah penting adalah pelaporan dan pembelajaran dari insiden. Dalam konteks ECIH, setiap insiden harus didokumentasikan dengan rinci agar perusahaan dapat mempelajari kelemahan dan meningkatkan strategi pertahanan di masa depan. Tim keamanan harus membuat laporan yang mencakup:

  • Waktu kejadian serangan ransomware.
  • Langkah-langkah yang diambil dalam setiap tahap penanganan.
  • Dampak finansial dan operasional dari serangan.
  • Tindakan perbaikan yang telah diimplementasikan.

Selain itu, perusahaan juga harus melakukan evaluasi secara berkala terhadap kebijakan keamanan mereka dan melakukan pelatihan kepada karyawan untuk mengenali potensi serangan ransomware.

Serangan ransomware adalah ancaman yang serius dan dapat melumpuhkan operasional perusahaan jika tidak ditangani dengan benar. Dengan mengikuti panduan dari EC-Council dalam program Certified Incident Handler (ECIH), perusahaan dapat menangani insiden ransomware secara efektif dan mengurangi dampaknya. Proses penanganan insiden yang baik meliputi identifikasi, containment, investigasi, eradikasi, pemulihan, dan pelaporan. Dengan implementasi strategi penanganan insiden yang komprehensif, perusahaan dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap serangan siber di masa mendatang.

Next Upcoming Event

Exclusive Class – IT Service Manager Foundation (IT Service Management + IT Capacity & Performance)

26 May 2025
- Inixindo Jogja
  • 3

    days

  • 9

    hours

  • 11

    minutes

  • 2

    seconds

Pentingnya Host Security, Keamanan Jaringan di Level Individual

Pentingnya Host Security, Keamanan Jaringan di Level Individual

Pernahkah Anda berpikir bahwa perangkat pribadi seperti komputer, pnsel, dan perangkat lain yang bisa terhubung ke internet adalah gerbang menuju dunia digital yang sangat luas? Saat kita menghubungkan perangkat kita ke internet, maka artinya kita membuka pintu untuk berbagai informasi dan layanan. 

Meski keberadaan perangkat canggih di era teknologi ini dapat meningkatkan produktivitas dan kemudahan dalam hal apapun, ada ancaman besar yang terus mengintai. Berbagai kejahatan siber terjadi karena mudahnya akses kita ke dunia digital. Maka penting untuk menerapkan host security bahkan hingga ke level individu sekaligus.

Host Security

Host Security adalah upaya melindungi perangkat individu (hosts) seperti komputer, server, dan workstation dalam sebuah jaringan. Mengapa ini sangat penting? Host yang tidak terlindungi dapat menjadi titik lemah yang dieksploitasi oleh peretas untuk masuk ke dalam sistem, mencuri data, atau melancarkan serangan yang lebih besar.

Mengapa Host Security Penting?

Host security adalah fondasi keamanan jaringan. Jika perangkat individual yang terhubung ke jaringan tidak dijaga dengan baik, seluruh infrastruktur dapat rentan terhadap serangan. Tindakan preventif yang baik di level host dapat melindungi data, mencegah serangan, dan menjaga keberlangsungan operasional sebuah bisnis. Berikut adalah beberapa alasan mengapa host security sangat krusial:

Melindungi Data Sensitif

Setiap host menyimpan informasi penting, mulai dari data bisnis, file pribadi, hingga informasi keuangan. Tanpa perlindungan yang memadai, peretas dapat mengeksploitasi kerentanan pada perangkat untuk mencuri data ini. Dalam beberapa kasus, serangan ini bisa menyebabkan pelanggaran data berskala besar yang merugikan organisasi secara finansial dan reputasi.

Mencegah Malware

Malware seperti virus, ransomware, dan spyware dapat menyerang host yang tidak terlindungi. Begitu perangkat terinfeksi, malware bisa menyebar ke seluruh jaringan, merusak file, mencuri data, atau bahkan mengenkripsi data hingga tebusan dibayar (ransomware). Host security, seperti antivirus dan firewall, berperan penting dalam mencegah masuknya malware dan meminimalisir kerusakan jika terjadi serangan.

Mengurangi Risiko Insider Threat

Ancaman dari dalam (insider threat) sering kali menjadi risiko keamanan terbesar. Dengan menerapkan kontrol akses yang ketat dan memantau aktivitas pengguna, host security dapat membantu mendeteksi dan mencegah tindakan tidak sah yang dilakukan oleh karyawan atau pengguna internal yang menyalahgunakan akses mereka.

Menjaga Keberlangsungan Operasi

Ketika perangkat dalam jaringan diserang, ini bisa menyebabkan downtime atau gangguan operasional yang signifikan. Host security membantu menjaga kinerja dan ketersediaan perangkat, sehingga operasional bisnis dapat terus berjalan tanpa gangguan.

Memenuhi Kepatuhan Regulasi

Banyak regulasi dan standar keamanan seperti GDPR, HIPAA, dan PCI-DSS mewajibkan organisasi untuk melindungi data yang disimpan di perangkat host. Jika host security tidak diterapkan dengan benar, organisasi bisa terkena denda besar karena melanggar kepatuhan terhadap regulasi tersebut.

lustrasi keamanan jaringan

Langkah-Langkah Menerapkan Host Security

Menerapkan host security tidak bisa dilakukan secara instan. Diperlukan persiapan dan penerapan langkah-langkah yang sistematis. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk melindungi host dalam jaringan:

Firewall Host

Firewall host berfungsi untuk mengontrol lalu lintas yang masuk dan keluar dari perangkat. Ini membantu mencegah akses tidak sah dan serangan dari luar. Konfigurasikan firewall untuk hanya mengizinkan lalu lintas yang diperlukan dan blokir semua koneksi yang mencurigakan.

Antivirus dan Anti-malware

Instalasi perangkat lunak antivirus dan anti-malware adalah langkah dasar yang harus dilakukan untuk melindungi host dari ancaman malware. Pastikan perangkat lunak ini selalu diperbarui secara otomatis dan lakukan pemindaian berkala.

Pembaruan Sistem dan Patch

Pastikan perangkat selalu diperbarui dengan patch keamanan terbaru. Banyak serangan siber berhasil karena perangkat lunak yang digunakan memiliki kerentanan yang belum diperbaiki. Penggunaan alat manajemen patch dapat membantu memastikan bahwa semua perangkat di jaringan selalu diperbarui.

Pengaturan Hak Akses

Terapkan prinsip least privilege, di mana pengguna hanya diberikan hak akses yang mereka butuhkan. Batasi akses ke file atau aplikasi sensitif hanya kepada pengguna yang memang membutuhkannya, dan lakukan audit secara berkala untuk memeriksa apakah hak akses ini masih relevan.

Enkripsi Data

Pastikan data yang disimpan di perangkat dan yang dikirim melalui jaringan dienkripsi. Dengan enkripsi, meskipun peretas berhasil mencuri data, mereka tidak dapat membacanya tanpa kunci enkripsi.

Otentikasi Multi-Faktor (MFA)

Gunakan multi-factor authentication untuk menambah lapisan keamanan. Dengan MFA, bahkan jika kata sandi pengguna dicuri, peretas masih memerlukan verifikasi tambahan untuk mendapatkan akses.

Monitoring dan Logging

Pantau aktivitas yang terjadi pada perangkat secara real-time. Penggunaan Security Information and Event Management (SIEM) dapat membantu mengidentifikasi aktivitas mencurigakan dan merespons serangan dengan cepat.

Ilustrasi keamanan jaringan

Keamanan jaringan sangat penting, dan host security adalah salah satu elemen kunci dalam melindungi perangkat dari ancaman siber. Melalui perlindungan yang tepat, kita dapat mencegah pencurian data, malware, dan ancaman lainnya yang dapat merugikan seluruh jaringan.

Untuk lebih memahami dan menerapkan strategi keamanan jaringan yang efektif, memiliki sertifikasi Certified Network Defender (CND) adalah langkah yang tepat. Sertifikasi ini memberi Anda keterampilan yang diperlukan untuk mengelola keamanan jaringan dengan lebih baik.

Segera ambil tindakan, tingkatkan pengetahuan Anda, dan dapatkan sertifikasi CND untuk memperkuat keamanan jaringan di organisasi Anda!

3 Jenis Social Engineering yang Perlu Diwaspadai, Ketahui Ciri-cirinya!

3 Jenis Social Engineering yang Perlu Diwaspadai, Ketahui Ciri-cirinya!

Bayangkan jika kamu sedang menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai petugas bank. Suaranya meyakinkan, dan mereka bahkan tahu beberapa detail dasar tentang rekening kamu. 

Mereka memintamu untuk memverifikasi beberapa informasi tambahan karena adanya “aktivitas mencurigakan.” Tanpa disadari, kamu mungkin tergoda untuk memberikan detail yang lebih sensitif seperti nomor PIN atau password, dengan keyakinan bahwa ini adalah langkah yang perlu untuk melindungi asetmu.

Ini adalah contoh nyata dari bagaimana social engineering bekerja. Sama seperti penipu yang berpura-pura menjadi otoritas terpercaya, dalam dunia digital, hacker menggunakan teknik manipulasi psikologis untuk memanfaatkan rasa takut, urgensi, atau rasa percaya korban. 

Dengan trik yang tampak nyata, mereka dapat mencuri informasi pribadi dan meretas sistem. Meskipun kita semakin cerdas dalam menggunakan teknologi, serangan berbasis manipulasi ini tetap menjadi ancaman serius dalam keamanan siber.

Social Engineering

Social engineering dalam keamanan siber adalah teknik manipulasi psikologis yang digunakan oleh hacker untuk mengeksploitasi kelemahan manusia, dengan tujuan mendapatkan akses tidak sah ke informasi atau sistem yang dilindungi.

Alih-alih meretas sistem atau perangkat lunak secara langsung, penyerang memanfaatkan kepercayaan, ketidaktahuan, atau emosi korban untuk membuat mereka secara sukarela memberikan data sensitif, melakukan tindakan yang merugikan, atau membuka jalan bagi serangan lebih lanjut.

Menurut laporan dari Verizon’s 2023 Data Breach Investigations Report (DBIR), 74% dari pelanggaran keamanan melibatkan unsur rekayasa sosial atau social engineering menunjukkan bahwa seiring dengan semakin ketatnya sistem keamanan digital, ancaman berbasis manusia justru semakin sering digunakan.

Ilustrasi Social Engineering

Jenis-jenis Social Engineering

Human-Based Social Engineering

Human-based social engineering melibatkan interaksi langsung antara penyerang dan korban. Penyerang memanfaatkan psikologi manusia untuk mengelabui target secara langsung, baik melalui panggilan telepon, tatap muka, atau komunikasi lainnya.

Contoh: Seorang penyerang berpura-pura menjadi pegawai IT, meminta akses ke sistem atau data penting dengan alasan perbaikan mendesak. Atau, penyerang menggunakan taktik tailgating untuk memasuki area fisik yang aman dengan mengikuti seseorang yang memiliki akses resmi.

Cara Menghindarinya: Verifikasi identitas sebelum memberikan akses ke sistem atau area tertentu. Selalu cek ulang dengan tim keamanan sebelum mengambil tindakan berdasarkan permintaan yang mencurigakan.

Computer-Based Social Engineering

Dalam serangan berbasis komputer, penyerang menggunakan perangkat elektronik dan jaringan internet untuk mengelabui korban agar memberikan informasi atau mengunduh malware. Taktik ini biasanya menggunakan metode otomatis atau semi-otomatis, seperti email atau pesan phishing.

Contoh: Phishing adalah salah satu serangan komputer-based paling umum, di mana email palsu dikirim ke target dengan tujuan mencuri informasi sensitif. Variasi lain termasuk spear phishing, di mana penyerang secara khusus menargetkan individu tertentu dengan email yang tampak sangat meyakinkan.

Cara Menghindarinya: Hindari mengklik tautan yang tidak dikenal, selalu periksa alamat email pengirim, dan gunakan software keamanan seperti filter spam dan anti-malware yang selalu diperbarui.

Mobile-Based Social Engineering

Serangan mobile-based social engineering memanfaatkan perangkat seluler sebagai medium untuk melancarkan serangan. Dengan semakin banyaknya penggunaan smartphone dan aplikasi mobile, serangan ini semakin sering terjadi.

Contoh: Smishing (SMS Phishing) adalah contoh umum dari serangan mobile, di mana penyerang mengirimkan pesan teks yang tampak sah, meminta informasi pribadi atau mendesak korban untuk mengklik tautan berbahaya. Selain itu, aplikasi mobile palsu juga dapat digunakan untuk menginfeksi perangkat dengan malware.

Cara Menghindarinya: Jangan pernah memberikan informasi pribadi melalui pesan teks, dan hindari menginstal aplikasi dari sumber yang tidak dikenal. Selalu periksa izin aplikasi dan gunakan software keamanan mobile.

Ilustrasi Social Engineering

Kasus Social Engineering

Pada akhir November 2014, Sony Pictures mengalami serangan siber yang serius. Kelompok yang mengaku sebagai “Guardians of Peace” (GOP) berhasil mengakses jaringan internal Sony Pictures dan mencuri data sensitif. Data yang dicuri termasuk informasi pribadi karyawan, kontrak bisnis, detail film yang belum dirilis, email eksekutif, dan banyak lagi.

Serangan ini dimulai dengan phishing yang memanfaatkan email palsu untuk menipu karyawan agar membuka lampiran atau mengklik tautan berbahaya. Dalam kasus ini, karyawan Sony menerima email yang terlihat seperti email pada umumnya, namun sebenarnya berisi malware. Ketika mereka membuka lampiran tersebut, malware masuk ke dalam sistem perusahaan. Dari situ, hacker berhasil mendapatkan akses ke seluruh jaringan Sony.

Dengan memanfaatkan kepercayaan dan ketidaktahuan karyawan, para hacker menggunakan phishing untuk mencuri data login dan mendapatkan akses yang lebih dalam ke data sensitif perusahaan.

Serangan ini tidak hanya memengaruhi Sony dari segi finansial, tetapi juga merusak reputasinya. Banyak data sensitif, termasuk email internal yang berisi informasi pribadi dan percakapan rahasia, bocor ke publik. Serangan tersebut memicu krisis hubungan masyarakat dan menimbulkan kerugian yang signifikan dalam hal biaya penyelesaian serta kepercayaan dari karyawan dan mitra bisnis.

Selain itu, film yang belum dirilis, seperti The Interview, bocor ke internet, menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi perusahaan. Sony Pictures harus mengeluarkan dana besar untuk memulihkan sistem mereka dan merespons krisis ini, yang menunjukkan betapa berbahayanya serangan berbasis social engineering terhadap organisasi besar.

 

Next Upcoming Event

Exclusive Class – IT Service Manager Foundation (IT Service Management + IT Capacity & Performance)

26 May 2025
- Inixindo Jogja
  • 3

    days

  • 9

    hours

  • 11

    minutes

  • 2

    seconds

Apa Itu Serangan DDoS? Bagaimana Cara Mengatasinya?

Apa Itu Serangan DDoS? Bagaimana Cara Mengatasinya?

DDos atau Distributed Denial of Service masih menjadi momok dan sering menyerang sistem hingga saat ini. Meski DDos sudah ada sejak tahun 2000, namun sekarang DDos masih menjadi ancaman nyata bagi server, website dan aplikasi.

Tren serangan DDos mengalami lonjakan yang cukup signifikan di tahun 2024 ini, berdasarkan Gcore. Serangan DDos sendiri mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 46% dibandingkan dengan periode yang sama dengan tahun lalu. Pada kuartal kedua 2024, total serangan mencapai 445.000. Jumlah ini meningkat 34% dibandingkan dengan pada kuartal ketiga dan keempat tahun 2023.

Peningkatkan ini juga tercermin pada kekuatan serangan yang terjadi. Tercatat serangan paling kuat pada paruh pertama 2024 mencapai 1,7 terabit per detik, jumlah ini sedikit lebih tinggi dibandingkan yang tercatat pada 2023. 

Meski kenaikannya hanya 0,1 Tbps, angka ini tetap menunjukkan peningkatan kemampuan serangan yang signifikan. Sebagai gambaran, satu Tbps setara dengan lebih dari 212.000 aliran video HD yang ditransmisikan secara bersamaan. Bahkan serangan dengan kekuatan 300 Gbps saja sudah cukup untuk membuat server down.

Apa itu DDoS atau Distributed Denial of Service?

DDoS adalah bentuk serangan di mana penyerang membanjiri sebuah sistem, situs web, atau jaringan dengan lalu lintas dalam jumlah besar sehingga membuat layanan tersebut tidak bisa diakses oleh pengguna yang sah.

Serangan DDos menargetkan situs web dan server secara luas, bahkan di seluruh jenis industri dan perusahaan dengan semua ukuran di seluruh dunia. Industri tertentu seperti fintech, telekomunikasi, dan perbankan akan lebih berpotensi mendapatkan serangan DDoS ini.

Ilustrasi Social Engineering

Cara kerja DDoS

Pada dasarnya, DDoS menggunakan banyak perangkat yang terinfeksi malware, yang dikenal sebagai botnet, untuk mengirimkan lalu lintas secara bersamaan ke satu target. Akibatnya, server atau jaringan target menjadi kewalahan, memanfaatkan semua sumber dayanya, seperti bandwidth, CPU, atau memori, hingga akhirnya tidak mampu melayani permintaan pengguna yang sah.

Karena serangan ini menggunakan perangkat dari berbagai lokasi di seluruh dunia, sulit untuk membedakan antara lalu lintas yang sah dan yang berbahaya. Inilah yang membuat DDoS menjadi serangan yang sangat efektif dan sulit untuk diatasi.

Jenis-jenis serangan DDoS

Ada beberapa metode yang digunakan oleh hacker dalam melancarkan serangan DDoS, masing-masing metode ini bisa bergantung pada apa yang akan mereka serang. Berikut beberapa jenis serangan DDoS:

  1. Serangan berbasis volume (Volume-based attacks): Bertujuan untuk membanjiri bandwidth target dengan lalu lintas dalam jumlah besar, menyebabkan sistem tidak bisa menangani permintaan lebih lanjut.
  2. Serangan protokol (Protocol attacks): Menyalahgunakan kelemahan dalam protokol jaringan, seperti serangan SYN Flood atau Ping of Death, untuk menguras sumber daya server.
  3. Application layer attacks: Serangan ini menargetkan aplikasi spesifik di layer tertinggi dari model jaringan, seperti HTTP flood yang membanjiri server web dengan permintaan palsu seolah-olah itu lalu lintas normal.

Langkah menghadapi serangan DDoS

Ada beberapa cara untuk mencegah dan memitigasi dampak dari serangan DDoS, diantaranya:

  1. Menggunakan DDoS Protection Service: Layanan ini dapat secara otomatis mendeteksi lalu lintas yang mencurigakan dan mengalihkan lalu lintas yang sah agar tetap berjalan normal.
  2. Implementasi Content Delivery Network (CDN): Dengan menyebarkan konten di berbagai lokasi server secara global, CDN membantu mencegah satu titik kegagalan dan meningkatkan ketahanan terhadap serangan.
  3. Menggunakan Firewall Khusus: Beberapa firewall dirancang khusus untuk mendeteksi dan memblokir lalu lintas yang mencurigakan sebelum mencapai target.
  4. Memantau Lalu Lintas Secara Proaktif: Pemantauan terus menerus atas lalu lintas jaringan dapat membantu mendeteksi anomali lebih awal, memungkinkan mitigasi sebelum serangan menyebabkan kerusakan besar.
Ilustrasi Social Engineering
Seiring dengan semakin canggihnya ancaman siber seperti DDoS, kebutuhan akan profesional yang terlatih dalam menangani insiden keamanan siber semakin tinggi.

 Salah satu cara terbaik untuk memperkuat keterampilan Anda dalam keamanan siber adalah dengan mendapatkan sertifikasi yang relevan. Sertifikasi seperti EC-Council Certified Incident Handler (ECIH) akan membekali Anda dengan pengetahuan praktis dan strategi untuk menghadapi serangan siber, termasuk DDoS.

Jadi, jika Anda ingin mempelajari lebih dalam tentang cara menangani ancaman keamanan siber dan meningkatkan karir Anda, pertimbangkan untuk mengikuti pelatihan keamanan siber dan sertifikasi profesional. Jangan biarkan serangan siber menghentikan pertumbuhan bisnis Anda—persiapkan diri dengan pengetahuan yang tepat!

Next Upcoming Event

Exclusive Class – IT Service Manager Foundation (IT Service Management + IT Capacity & Performance)

26 May 2025
- Inixindo Jogja
  • 3

    days

  • 9

    hours

  • 11

    minutes

  • 2

    seconds

Presiden Prabowo Wajibkan Kementerian Punya CSIRT, Apa Itu?

Presiden Prabowo Wajibkan Kementerian Punya CSIRT, Apa Itu?

Presiden Prabowo menginstruksikan setiap kementerian dan lembaga wajib memiliki Computer Security Incident Response Team atau CSIRT. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Nezar Patria dalam pernyataanya pada Senin (21/10/2024). Nezar Patria merujuk pada pidato yang disampaikan oleh Presiden Prabowo pembekalan untuk pejabat Kabinet Merah Putih. 

“Digitalisasi menjadi tema utama di Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Kita harus fokus pada keamanan siber. Presiden menekankan agar setiap kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah memiliki CSIRT,” ujar Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria di Kantor Kementerian Komdigi, Jakarta, Senin (21/10/2024). Seperti dilansir dari Detik

Lebih lanjut, Nezar juga menjelaskan bahwa ternyata setiap kementerian lembaga rupanya tidak memiliki CSIRT, yang padahal CSIRT memiliki peran yang sangat krusial di era digital.

“Nah, itulah yang mau kita benahi tata kelolanya gitu, ya. Supaya kita lebih tahan terhadap serangan siber nanti, paling nggak persiapan infrastrukturnya kita sudah beresin dulu,” Pungkas Nezar.

Apa itu CSIRT?

CSIRT atau Computer Security Incident Response Team adalah tim khusus yang dibentuk oleh organisasi untuk menjadi garda terdepan dalam merespon insiden keamanan siber yang terjadi. CSIRT memiliki tugas menangani segala bentuk ancaman dan serangan yang dapat mengganggu keamanan sistem, jaringan, dan data perusahaan. Peran CSIRT sangat penting dalam menjaga operasional perusahaan agar tetap aman dari gangguan siber, baik yang disengaja maupun tidak.

Tim CSIRT terdiri dari para profesional keamanan siber yang terlatih dan memiliki kompetensi dalam mendeteksi, menganalisis, dan merespons insiden keamanan. Ketika terjadi insiden serangan siber seperti peretasan, kebocoran data, dan serangan malware, CSIRT akan segera melakukan langkah-langkah mitigasi untuk membatasi dampaknya. Selain itu, CSIRT juga akan mengembalikan sistem yang mendapat gangguan dan memastikan insiden serupa tidak terjadi di kemudian hari.

Deteksi Insiden

CSIRT secara aktif memantau jaringan dan sistem untuk mendeteksi adanya aktivitas mencurigakan atau serangan yang dapat membahayakan keamanan perusahaan.

Respon Cepat

Ketika serangan atau ancaman teridentifikasi, CSIRT merespons dengan cepat untuk mengisolasi dan menangani masalah tersebut sebelum merusak sistem lebih lanjut.

Pemulihan Sistem

Setelah insiden berhasil ditangani, CSIRT bekerja untuk memulihkan sistem yang terdampak, memulihkan data yang hilang atau rusak, serta memastikan semua layanan kembali normal.

Investigasi dan Pelaporan

Setelah insiden, CSIRT akan melakukan investigasi menyeluruh untuk mencari tahu penyebab insiden, bagaimana itu terjadi, dan siapa yang bertanggung jawab. Hasil investigasi ini kemudian dilaporkan untuk meningkatkan kebijakan keamanan.

Pencegahan di Masa Depan

Berdasarkan pelajaran dari insiden sebelumnya, CSIRT bekerja untuk memperkuat sistem dan menutup celah keamanan yang mungkin digunakan dalam serangan di masa depan.

Ilustrasi

Pentingnya CSIRT untuk Kementerian dan Lembaga di Indonesia

Melindungi Informasi dan Data Sensitif Nasional

Kementerian dan lembaga di Indonesia menangani berbagai data sensitif seperti data kependudukan, keuangan, serta informasi strategis yang berkaitan dengan kebijakan nasional. Kebocoran data ini bisa mengancam keamanan nasional dan privasi masyarakat. CSIRT berperan untuk memastikan bahwa data tersebut tetap aman dengan merespons insiden siber secara cepat, mendeteksi potensi kebocoran, dan menutup celah keamanan yang ada.

Menjamin Kelangsungan Layanan Publik yang Vital

Berbagai layanan publik yang disediakan oleh kementerian dan lembaga, seperti layanan kesehatan, kependudukan, serta infrastruktur digital pemerintahan, sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat. Jika layanan ini terganggu akibat serangan siber seperti ransomware atau serangan Distributed Denial of Service (DDoS), dampaknya bisa sangat merugikan masyarakat. CSIRT memastikan bahwa jika terjadi insiden, respons cepat dapat diberikan, layanan dapat dipulihkan, dan gangguan dapat diminimalkan.

Mencegah Ancaman Serangan Siber yang Semakin Kompleks

Serangan siber seperti Advanced Persistent Threat (APT), ransomware, dan phishing semakin canggih dan sering kali menyasar pemerintah. Kementerian dan lembaga Indonesia harus siap menghadapi jenis serangan ini dengan tindakan preventif yang terstruktur. CSIRT memainkan peran penting dalam memantau aktivitas mencurigakan, melakukan analisis forensik digital, dan mencegah serangan sebelum menimbulkan dampak yang lebih besar.

Menjaga Kepercayaan Publik dan Reputasi Pemerintah

Ketika terjadi insiden siber yang mengakibatkan kebocoran data atau gangguan layanan, masyarakat bisa kehilangan kepercayaan pada pemerintah. CSIRT membantu mengurangi dampak negatif ini dengan merespons insiden secara cepat dan terorganisir, meminimalkan kerugian dan memastikan bahwa sistem pemerintah kembali beroperasi normal dalam waktu singkat. Langkah cepat dan tepat dari CSIRT akan memperkuat kepercayaan masyarakat bahwa data dan layanan mereka aman.

Mematuhi Regulasi Keamanan Siber Nasional

Di Indonesia, peraturan seperti Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE) mengharuskan kementerian dan lembaga untuk memiliki langkah-langkah keamanan siber yang memadai. Dengan memiliki CSIRT, kementerian dan lembaga dapat memastikan kepatuhan terhadap regulasi ini serta memperkuat sistem keamanan sesuai standar nasional.

Peran CSIRT (Computer Security Incident Response Team) menjadi sangat penting untuk kementerian, lembaga, dan organisasi di Indonesia. Tim CSIRT bertanggung jawab untuk merespons insiden siber dengan cepat dan efektif, melindungi data sensitif, serta menjaga keberlangsungan operasional sistem.

Untuk memastikan CSIRT berfungsi secara maksimal, tim harus dilengkapi dengan keterampilan yang tepat. Di sinilah pelatihan EC-Council Certified Incident Handler (ECIH) berperan. Program ini memberikan pengetahuan praktis kepada anggota CSIRT dalam mendeteksi, merespons, dan menangani berbagai jenis insiden keamanan siber.

Dengan mengikuti pelatihan ECIH, tim CSIRT akan memiliki kemampuan lebih baik dalam menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks, dari analisis insiden hingga mitigasi risiko.

Next Upcoming Event

Exclusive Class – IT Service Manager Foundation (IT Service Management + IT Capacity & Performance)

26 May 2025
- Inixindo Jogja
  • 3

    days

  • 9

    hours

  • 11

    minutes

  • 2

    seconds

KELAS TATA KELOLA IT DAN AI

Executive Class kembali dengan IT Governance + AI Strategies and Policies! Klik Disini untuk dapatkan Promonya!

00Days
:
00Hours
:
00Mins
:
00Secs