Perusahaan modern tidak bisa lepas dari arus transformasi digital yang bergerak begitu cepat. Di tengah persaingan global yang semakin ketat, teknologi kini menjadi urat nadi strategi bisnis, bukan sekadar penunjang operasional. Dari kebutuhan inilah lahir peran dua jabatan eksekutif yang kian strategis, yakni Chief Information Officer (CIO) dan Chief Digital Information Officer (CDIO). Keduanya sama-sama bersentuhan dengan teknologi, namun masing-masing memiliki sejarah, fungsi, serta fokus yang berbeda dalam mendukung daya saing perusahaan.

Apa Itu CIO?

Istilah Chief Information Officer pertama kali diperkenalkan pada 1981 oleh William R. Synnott dan William H. Gruber (Harvard Business Review). Saat itu, jabatan ini diposisikan untuk mengatur kebijakan informasi dan sumber daya informasi perusahaan. Namun, menurut Wikipedia, pada akhir 1980-an hanya sekitar 10 persen perusahaan Fortune 500 yang memiliki CIO.

Pada dekade 1990-an, peran CIO berkembang lebih jauh. Mereka tidak hanya menjaga infrastruktur teknologi, tetapi juga mengintegrasikan sistem besar seperti enterprise resource planning (ERP) yang menopang operasional global. Dilansir dari Technology Magazine dan Ardoq, CIO mulai menjadi jembatan antara kepentingan bisnis dan penyedia teknologi, seperti SAP atau Oracle.

Perubahan besar terjadi pada era 2010-an. Meningkatnya adopsi komputasi awan, big data, kecerdasan buatan, dan internet untuk segala (IoT) memperluas ruang lingkup CIO. Pandemi Covid-19 bahkan mempercepat transformasi ini, ketika perusahaan di seluruh dunia harus segera beralih ke model kerja jarak jauh dan layanan berbasis digital. Menurut laporan TechTarget, hal ini membuat CIO menjadi motor utama transformasi digital di berbagai industri.

Kini, tanggung jawab CIO semakin meluas. Berdasarkan survei Lenovo yang dikutip SME Horizon, lebih dari 90 persen CIO menangani urusan di luar bidang IT, termasuk analisis data (56 persen), keberlanjutan atau ESG (45 persen), HR (39 persen), dan pemasaran (32 persen). Survei yang sama juga mencatat 76 persen CIO merasa perannya lebih berpengaruh dibanding eksekutif lain dalam menentukan arah perusahaan, sementara 88 persen menyebut perannya vital bagi kelangsungan bisnis.

Selain itu, dilansir dari Wall Street Journal, jumlah CIO yang melapor langsung kepada CEO terus meningkat, dari 41 persen pada 2015 menjadi lebih dari 50 persen pada 2023. Fakta ini menegaskan pergeseran posisi CIO dari sekadar pengelola sistem menjadi pengambil keputusan strategis di level tertinggi.

Apa Itu CDIO?

Berbeda dengan CIO yang berakar dari infrastruktur IT, Chief Digital Information Officer (CDIO) atau lebih dikenal dengan Chief Digital Officer (CDO) lahir belakangan sebagai jawaban atas kebutuhan transformasi digital. Menurut Wikipedia, CDIO dibentuk untuk mempercepat digitalisasi perusahaan, khususnya dalam bidang yang bersentuhan langsung dengan konsumen, seperti pemasaran digital, media sosial, aplikasi mobile, dan pengalaman pelanggan.

CDIO biasanya diberi mandat mendorong inovasi digital lintas unit bisnis. Mereka berfokus pada bagaimana teknologi dapat memperluas pasar dan menciptakan nilai baru. Dengan kata lain, CIO lebih berorientasi pada stabilitas internal, sedangkan CDIO lebih outward-looking, berfokus pada perubahan perilaku konsumen dan disrupsi digital.

Namun, dilansir dari Technology Magazine, batas antara CIO dan CDIO semakin kabur. Banyak perusahaan kini menuntut CIO juga menguasai strategi digital, sehingga sebagian tanggung jawab CDIO sering kali beririsan atau bahkan digabungkan ke dalam fungsi CIO.

Perbedaan CIO dan CDIO

Meski kerap saling melengkapi, perbedaan keduanya tetap terlihat. CIO berfokus pada pengelolaan infrastruktur, keamanan, data, serta efisiensi operasional. CDIO, sebaliknya, menitikberatkan pada transformasi digital, inovasi layanan, dan pengalaman konsumen.

CIO lahir sejak 1980-an dan berevolusi dari teknisi IT menjadi arsitek strategi digital. CDIO baru hadir dalam dekade terakhir untuk mempercepat digitalisasi. Tantangan CIO umumnya berkaitan dengan keamanan siber dan integrasi teknologi, sedangkan CDIO berhadapan dengan percepatan adopsi digital serta perubahan budaya organisasi.

Penutup

Perjalanan kedua jabatan ini menunjukkan bagaimana teknologi semakin melekat dalam strategi bisnis modern. CIO berevolusi menjadi pemimpin strategis yang berperan penting dalam pengambilan keputusan, sementara CDIO hadir untuk mempercepat inovasi digital.

Ke depan, garis pemisah keduanya bisa semakin samar. Pertanyaannya bukan lagi siapa yang lebih penting, melainkan bagaimana keduanya bersinergi agar perusahaan mampu bertahan dalam persaingan yang ditentukan oleh data, kecerdasan buatan, dan inovasi digital.