Semakin hari teknologi terus berkembang. Seiring perkembangan teknologi tersebut, tidak luput dari peluang-peluang kejahatan yang bisa menyerang.

Pasti Anda pernah atau mungkin merupakan salah satu korban dari kejahatan di era siber. Seperti pencurian identitas hingga peretasan website.

Bahkan, saking besarnya dampak yang bisa ditimbulkan, cukup mendominasi pemberitaan di media secara masif.

Kehilangan puluhan juta rupiah masih bisa dibilang beruntung. Sebab, tidak sedikit yang mengalami kerugian bahkan sampai miliyaran rupiah.

Maka dari itu, Anda tidak bisa memandang sebuah serangan siber hanya sebelah mata. Terdapat beberapa contoh serangan siber yang perlu Anda waspadai, seperti:

1. Serangan Smartphone

Penggunaan smartphone saat ini sudah sangat umum, dan hampir tiap orang memilikinya. Padahal para pelaku kriminal siber bisa dengan mudah menyerang smartphone Anda.

Sebab, di dalam smartphone bisa saja terdapat data penting, seperti password hingga data pribadi lainnya yang menjadi sasaran empuk para peretas.

Celah keamanan yang sangat rentan ini biasanya datang dari aplikasi yang Anda gunakan. Itulah mengapa, Anda bisa menjaga diri sendiri dengan melakukan riset terhadap aplikasi yang akan Anda unduh, berhati-hati ketika membuka email dari pengirim yang tidak dikenal, serta harti-hati dengan gambar-gambar yang Anda unggah.

 

2. Pencurian Identitas

Selanjutnya, setelah smartphone terkena serangan, serangan siber yang harus diwaspadai yaitu pencurian identitas.

Bentuk pencurian identitas tersebut bisa dikarenakan Anda pernah mengunggah foto, video, alamat rumah, atau mungkin resume.

Pelaku pencuri identitas bisa mencuri informasi pribadi dan membuka akun kartu kredit atas nama Anda.

 

3. Predator Seksual

Serangan siber ini cukup mengkhawatirkan, karena bisa saja serangan siber ini menarget anak-anak Anda. Jika sering mengunggah foto anak-anak Anda, kebiasaan tersebut harus Anda waspadai. Sebab, sangat banyak predator seksual di dunia siber yang mengintai.

Parahnya, foto-foto yang Anda unggah tersebut biasanya akan diambil dan dijual via email, aplikasi tertentu, bahkan dalam dark web.

Tidak sampai di situ, tindakan predator seksual tersebut bisa semakin berbahaya, apalagi jika mereka mencoba bertemu dengan anak-anak Anda secara langsung.

 

4. Phishing

Phishing adalah saat pelaku serangan siber memancing orang untuk membocorkan informasi-informasi sensitif seperti password dan lain sebagainya.

Cara paling umum untuk phishing adalah ketika seseorang menerima email yang seolah-olah dari instansi tertentu, dan dipancing ke situs yang terlihat autentik. Saat berada di situs, orang tersebut kemudian diminta password dan data penting lainnya.

Para pelaku serangan siber tersebut akan mengambil informasi dan menggunakannya untuk tujuan-tujuan tertentu.

Itulah mengapa, Anda harus lebih waspada dan tidak mudah percaya dengan email-email yang diterima, apalagi yang meminta informasi pribadi.

 

5. Peretasan Data Retail

Kemudian, selain serangan terhadap indvidu, serangan siber bisa juga menyerang sektor bisnis. Peretasan data retail adalah bahaya yang sangat serius dan bisa merugikan siapa pun dalam jumlah besar.

Sebagai contoh, pada tahun 2014 perusahaan retail Amerika Serikat diserang, dan peretas mencuri 40 juta nomor kartu kredit beserta debit konsumen. Parahnya, pelaku peretasan tersebut mencuri dan menjual informasi konsumen di pasar gelap.

 

6. Perampokan Bank

Seakan tidak kehabisan akal, para perampokan bank saat ini beralih ke digital. Kasus yang cukup terkenal, saat sekelompok perampok berhasil mencuri lebih dari 1 juta USD dalam dua tahun dari institusi finansial di seluruh dunia.

Target dari serangan siber tersebut adalah karyawan bank. Serangan siber tersebut menggunakan malware yang bernama ‘Carbanak’ melalui email.

Jika sudah berhasil masuk ke komputer target, mereka akan meniru perilaku sehari-hari karyawan dan mentransfer uang ke akun mereka sendiri.

 

7. Peretasan Data Kesehatan

Pada awal 2015, perusahaan kesehatan di Amerika Serikat mengalami peretasan data berskala besar yang berdampak pada 78.8 juta orang.

Juli 2015, peretas berhasil menembus jaringan komputer UCLA Health System’s dan memiliki akses terhadap informasi pribadi dari 4.5 juta pasien.

Riwayat kesehatan pasien biasanya berisi informasi penting yang sensitif, dan menjadi target utama dari pelaku serangan siber. Umumnya, pencurian data tersebut bertujuan untuk penipuan asuransi kesehatan, serta jual-beli resep dokter palsu.

Mau Belajar Lebih Lanjut?

Jika Anda ingin belajar lebih lanjut mengenai topik di atas, ikuti training di Inixindo Jogja.

Dalam training tersebut, Anda bisa mendapat pendampingan instruktur sehingga proses pemahaman terhadap topik dapat lebih cepat.

Menariknya lagi, Anda juga bisa memiliki sertifikasi dari topik yang sudah diikuti. Sertifikasi tersebut menjadi bukti bahwa Anda sudah benar-benar paham dan ahli di bidang terkait.

Tak hanya itu saja, dengan memiliki sertifikasi juga menjadi modal besar untuk perkembangan karir Anda.

Tunggu apalagi? Langsung saja hubungi kami melalui kontak tertera di bawah ini.

Email:

marketing@inixindojogja.co.id

Telp / Whatsapp:

+62-274-515448