Dua kali selama 50 tahun terakhir, perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi mengubah cara pandang dan aktivitas terhadap bisnis secara radikal dan saat ini kita berada di ambang transformasi ketiga. Sebelum munculnya teknologi informasi, kegiatan bisinis dalam proses pembuatan produk dilakukan secara manual, menggunakan kertas dan komunikasi verbal.
Transformasi teknologi informasi pertama terjadi pada tahun 1960-an dan 1970-an mengubah aktivitas bisnis untuk mengurangi dan tidak terlalu mengandalkan kertas dan komunikasi verbal. Aktivitas-aktivitas bisnis dibantu dengan canggihnya komputer misalnya aktivitas pengelolaan inventori, pengelolaan dan pembayaran tagihan, dan pengadaan barang. Produktivitas meningkat karena setiap aktivitas menjadi tercatat secara rapi di komputer dan data dalam jumlah besar dapat ditangkap dan dianalisa. Hal ini berimbas pada standarisasi proses di perusahaan tentang bagaimana pemanfaatan TI pada operasional perusahaan.
Hadirnya internet murah dan konektivitas di mana-mana menandai dimulainya tranformasi IT-driven kedua yang terjadi pada tahun 1980-an dan 1990-an. Munculnya internet memungkinkan koordinasi dan integrasi pada masing-masing sub-unit perusahaan, berbagi data dan informasi untuk internal, serta saling memonitor target. Perusahaan bahkan dapat berkoordinasi dengan pihak luar perusahaan, pemasok, vendor, dan pelanggan yang berada di tempat yang berbeda. Perusahaan dapat secara erat melakukan integrasi rantai pasokan dan didistribusikan secara global. Dua gelombang transformasi TI pertama memunculkan peningkatan produktivitas besar dan pertumbuhan ekonomi namun belum menjadi bagian dari suatu produk itu sendiri.
Pada masa transformasi ketiga seperti sekarang ini, TI menjadi bagian dari produk yang ditawarkan ke pelanggan. Embedded sensor, prosesor, perangkat lunak, dan konektivitas dalam produk (seperti komputer yang dimasukan ke dalam produk), ditambah lagi dengan teknologi Cloud di mana data produk dapat disimpan dan dianalisis serta beberapa aplikasi dapat dijalankan di Cloud merupakan pemicu peningkatan fungsi dan kinerja suatu produk untuk lebih bermanfaat bagi pelanggan. Penggunaan data produk (data aktivitas produk saat berada ditangan pelanggan) memungkinkan adanya perbaikan dan penyelarasan produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan. Transformasi ini ada yang menyebut dengan Internet of Things. Dengan adanya Internet of Things, desain produk, pemasaran, manufaktur,dan layanan purna jual dapat memanfaatkan data dari IoT untuk memuaskan kebutuhan masyarakat saat ini bahkan menciptakan kebutuhan baru.
Internet of Thing adalah sebuah konsep dimana suatu objek yang memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer.
Internet of Things, atau dikenal juga dengan singkatan IoT, merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus. Adapun kemampuan seperti berbagi data, remote control, dan sebagainya, termasuk juga pada benda di dunia nyata. Contohnya bahan pangan, elektronik, koleksi, peralatan apa saja, termasuk benda hidup yang semuanya tersambung ke jaringan lokal dan global melalui sensor yang tertanam dan selalu aktif.
Pada tulisannya, M.Porter memilih untuk tidak menggunakan frasa Internet of Things dan menggunakan Smart, Connected products sebagai sebutan yang tepat untuk menggambarkan transformasi IT-driven ketiga ini. Smart, Connected Products mempunyai 3 bagian inti yaitu komponen fisik, komponen “smart”, dan komponen konektivitas. Komponen “smart” memperkuat kemampuan dan nilai fisik sedangkan konektivitas menguatkan kemampuan dan nilai komponen “smart” serta memungkinkan bagian dari produk itu ada di luar fisik produk itu sendiri.
Satu hal penting yang perlu kita ketahui sebagai masyarakat yang selalu belajar (continuous learning) adalah..
Instruktur Senior Inixindo Jogja