5 Kota dengan Smart City Terbaik di Dunia Berdasarkan Indeks Global 2024

5 Kota dengan Smart City Terbaik di Dunia Berdasarkan Indeks Global 2024

Smart city bukan sekadar tentang kota yang penuh teknologi canggih, melainkan tentang bagaimana teknologi, data, dan inovasi dapat digunakan secara strategis untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh lapisan masyarakat, memperkuat efisiensi layanan publik, serta menciptakan lingkungan yang berkelanjutan. Misalnya, sistem pengelolaan lalu lintas berbasis AI dapat membantu mengurangi kemacetan, atau aplikasi pelaporan warga dapat mempercepat penanganan masalah di lingkungan sekitar.

Smart city juga mencakup integrasi berbagai sektor seperti transportasi, energi, lingkungan, kesehatan, dan tata kelola kota ke dalam satu ekosistem digital yang saling terkoneksi. Kota pintar idealnya mampu merespons kebutuhan warganya secara real-time dan memfasilitasi partisipasi aktif warga melalui platform digital.

Berdasarkan Cities in Motion Index (CIMI) 2024 yang dirilis oleh IESE Business School—sebuah lembaga riset terkemuka yang menilai kinerja kota dari berbagai aspek seperti ekonomi, lingkungan, mobilitas, dan pemerintahan digital—lima kota teratas di dunia telah menunjukkan pencapaian luar biasa dalam menggabungkan inovasi teknologi, prinsip keberlanjutan, serta manajemen kota yang cerdas dan inklusif.

Siapa saja kota-kota tersebut dan apa yang membuat mereka unggul? Mari kita bahas satu per satu dalam ulasan berikut ini.

London

London, Inggris

Sebagai pemuncak Cities in Motion Index 2024, London menunjukkan dominasi dalam penerapan teknologi dan perencanaan kota. Melalui program London’s Smart City Strategy, kota ini mendorong penggunaan data terbuka, sensor IoT di ruang publik, dan efisiensi energi di gedung-gedung pemerintahan.

Tidak hanya itu, London juga dipuji sebagai kota paling “smart” oleh The Smart City Journal (2023), berkat inovasi di bidang konektivitas, transportasi, dan layanan publik digital.

New York

New York, Amerika Serikat

New York berada di posisi kedua dalam CIMI 2024 dan terus menjadi pusat teknologi dan inovasi terbesar di dunia. Kota ini memiliki lebih dari 170 startup unicorn (perusahaan rintisan dengan valuasi di atas 1 miliar USD), mencerminkan ekosistem teknologi yang sangat aktif.

Salah satu proyek ikoniknya adalah LinkNYC, jaringan kios interaktif yang menyediakan akses internet gratis dan layanan informasi kota secara real-time. Transformasi digital New York juga diperkuat dengan digitalisasi layanan kota dan sistem transportasi pintar berbasis aplikasi seperti MTA Bus Time dan SubwayTime, yang memungkinkan warga mengakses jadwal dan posisi kendaraan secara real-time.

Paris

Paris, Prancis

Peringkat ketiga ditempati oleh Paris, kota yang memadukan warisan budaya dengan visi kota masa depan. Melalui inisiatif Paris Smart City 2050, kota ini berencana membangun menara-menara energi-positif yang dilengkapi dengan taman vertikal, pertanian urban, dan sistem pengelolaan energi mandiri.

Paris juga menerapkan kebijakan Plan Climat-Air-Énergie untuk memantau kualitas udara secara digital dan mengurangi emisi karbon hingga 75% pada tahun 2050.

Tokyo

Tokyo, Jepang

Di posisi keempat, Tokyo menonjol dalam inovasi transportasi dan perencanaan kota. Kota ini mengintegrasikan sistem kereta otomatis, transportasi publik berbasis aplikasi, dan manajemen lalu lintas cerdas berbasis AI.

Tokyo juga mengembangkan distrik seperti Odaiba dan Shibuya sebagai zona eksperimen untuk teknologi IoT dan smart living. Semua ini menjadikan Tokyo sebagai model urbanisasi berteknologi tinggi yang tetap efisien dan manusiawi. Selain itu, pemerintah Tokyo secara aktif mendorong penggunaan energi bersih melalui proyek seperti Tokyo Zero Emission Strategy yang menargetkan netralitas karbon pada tahun 2050.

Berlin

Berlin, Jerman

Terakhir, Berlin berhasil masuk lima besar berkat kombinasi kuat antara inovasi teknologi dan tata kelola kota. Berlin memiliki ekosistem startup yang berkembang pesat, berada di peringkat ke-13 dunia dalam Global Startup Ecosystem Ranking 2023.

Melalui strategi Berlin Smart City, kota ini mengembangkan sistem e-governance, penggunaan energi terbarukan, dan partisipasi warga melalui platform digital. Tujuannya jelas: menjadikan kota ini inklusif, efisien, dan berkelanjutan.

Kelima kota ini bukan hanya sekadar “pintar” secara teknologi, tapi juga berkomitmen menciptakan kota yang layak huni, ramah lingkungan, dan berdaya saing tinggi.

Strategi mereka bisa menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dalam membangun ekosistem smart city yang berkelanjutan dan inklusif. Kota-kota di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung sudah mulai mengadopsi konsep ini, namun masih menghadapi tantangan dalam hal infrastruktur digital, partisipasi masyarakat, dan integrasi antar layanan publik.

Next Upcoming Event

Executive Class – IT Governance with COBIT 2019 + AI Strategies and Policies

20 May 2025
- 5 Stars Hotel
  • 23

    days

  • 17

    hours

  • 12

    minutes

  • 48

    seconds

5 Cara Maksimalkan Penggunaan AI untuk Strategi Bisnis

5 Cara Maksimalkan Penggunaan AI untuk Strategi Bisnis

Bayangkan sebuah dunia di mana setiap keputusan bisnis Anda didukung oleh data yang akurat, setiap tugas rutin diotomatiskan, dan setiap interaksi pelanggan dipersonalisasi. Dunia ini bukan lagi fantasi, tetapi kenyataan yang diwujudkan oleh Kecerdasan Buatan (AI). Artikel ini akan memandu Anda bagaimana bisnis Anda dapat memanfaatkan AI untuk meningkatkan strategi dan mencapai tujuan Anda.

Lalu, strategi apa yang bisa Anda lakukan untuk memaksimalkan proses bisnis perusahaan Anda dengan AI? Berikut penjelasannya:

Personalisasi Pengalaman Pelanggan

Personalisasi bukan lagi sekadar kata kunci, tetapi merupakan harapan pelanggan modern. AI memungkinkan bisnis untuk melampaui segmentasi demografis dasar dan memberikan pengalaman yang benar-benar individual. Algoritma AI dapat menganalisis data pelanggan dari berbagai sumber seperti CRM, riwayat pembelian, dan interaksi media sosial untuk mengidentifikasi preferensi, perilaku, dan kebutuhan individual. Selain itu, mesin rekomendasi bertenaga AI dapat menyarankan produk atau layanan yang paling relevan kepada setiap pelanggan, meningkatkan kemungkinan penjualan dan kepuasan pelanggan.

Contohnya, Netflix menggunakan AI untuk merekomendasikan film dan acara TV berdasarkan riwayat tontonan Anda, sementara Amazon menggunakan AI untuk menyarankan produk yang mungkin Anda minati berdasarkan riwayat pembelian Anda. AI juga memungkinkan pemasar untuk membuat kampanye yang sangat bertarget yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhan spesifik setiap pelanggan, menghasilkan tingkat keterlibatan dan konversi yang lebih tinggi.

Tidak hanya itu, chatbot yang didukung AI dapat memberikan dukungan pelanggan 24/7, menjawab pertanyaan, dan menyelesaikan masalah secara real-time, yang pada akhirnya meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Menurut sebuah laporan oleh McKinsey, personalisasi dapat meningkatkan pendapatan sebesar 5-15% dan efisiensi pengeluaran pemasaran sebesar 10-30%.

Otomatisasi dan Efisiensi Operasional

AI memiliki potensi besar untuk mengotomatiskan tugas-tugas rutin, menyederhanakan proses, dan mengoptimalkan operasi di berbagai departemen. AI membantu dalam beberapa hal. Pertama, Robotic Process Automation (RPA). RPA menggunakan bot AI untuk mengotomatiskan tugas-tugas berulang seperti entri data, pemrosesan faktur, dan manajemen inventaris, membebaskan karyawan untuk pekerjaan yang lebih strategis.

Kedua, manajemen supply chain. AI dapat mengoptimalkan supply chain dengan memprediksi permintaan, mengelola inventaris, dan mengoptimalkan rute pengiriman, mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi.

Ketiga, pemeliharaan prediktif. Dalam industri seperti manufaktur dan logistik, AI dapat memprediksi kapan peralatan mungkin gagal, memungkinkan pemeliharaan proaktif dan mengurangi waktu henti.

Keempat, deteksi dan pencegahan penipuan. Algoritma AI dapat menganalisis data keuangan untuk mengidentifikasi pola dan anomali yang mungkin mengindikasikan aktivitas penipuan, membantu bisnis mengurangi risiko dan kerugian.

Bank dan perusahaan kartu kredit menggunakan AI untuk mendeteksi transaksi yang mencurigakan dan mencegah penipuan kartu kredit. Sebuah studi oleh Deloitte menemukan bahwa organisasi yang menerapkan AI dalam rantai pasokan mereka dapat mencapai peningkatan efisiensi sebesar 15%.

Pengambilan Keputusan Berbasis Data

AI memberdayakan bisnis untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan berdasarkan data dengan memberikan wawasan yang lebih dalam dan prediksi yang akurat. AI membantu bisnis dalam beberapa hal.

Pertama, Analisis Data Tingkat Lanjut. AI dapat memproses dan menganalisis data dalam jumlah besar dari berbagai sumber untuk mengidentifikasi tren, pola, dan korelasi yang mungkin tidak terlihat oleh manusia.

Kedua, Visualisasi Data. Alat AI dapat membuat visualisasi data interaktif yang memudahkan para pengambil keputusan untuk memahami informasi yang kompleks dan mengidentifikasi peluang atau risiko.

Ketiga, Prediksi dan Peramalan. Model prediktif AI dapat memperkirakan tren penjualan di masa depan, permintaan pelanggan, dan kondisi pasar, memungkinkan bisnis untuk membuat keputusan yang lebih tepat tentang perencanaan, penganggaran, dan alokasi sumber daya.

Keempat, Manajemen Risiko. Perusahaan asuransi menggunakan AI untuk menilai risiko klaim dan menentukan harga polis yang sesuai. AI dapat membantu bisnis mengidentifikasi dan mengurangi risiko dengan menganalisis berbagai faktor dan memprediksi potensi hasil.

Harvard Business Review melaporkan bahwa perusahaan yang menggunakan analitik berbasis AI mencapai hasil bisnis yang lebih baik.

Pengembangan Produk dan Inovasi

AI dapat mempercepat inovasi dan membantu bisnis mengembangkan produk dan layanan baru yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berkembang. AI membantu dalam beberapa hal. Salah satunya adalah Riset dan Pengembangan. AI dapat menganalisis data pasar, umpan balik pelanggan, dan tren industri untuk mengidentifikasi kesenjangan dan peluang untuk produk atau layanan baru.

Selain itu, AI juga dapat digunakan dalam Desain dan Pengembangan Produk. Alat yang didukung AI dapat membantu desainer dan pengembang membuat prototipe dan menguji produk dengan lebih cepat dan efisien.

AI bisa digunakan pula untuk Personalisasi Produk. AI memungkinkan bisnis untuk menyesuaikan produk dan layanan dengan preferensi individual pelanggan, menciptakan pengalaman yang lebih menarik dan relevan.

Lebih jauh, AI bisa membantu dalam Pengembangan Material. Dalam industri seperti farmasi dan ilmu material, AI mempercepat penemuan dengan menganalisis sejumlah besar data dan mengidentifikasi potensi kandidat dengan lebih efisien.

World Economic Forum menyoroti AI sebagai pendorong utama inovasi di berbagai industri.

Peningkatan Pemasaran dan Penjualan

AI merevolusi cara bisnis memasarkan dan menjual produk dan layanan mereka, memungkinkan penargetan yang lebih tepat, personalisasi yang lebih baik, dan peningkatan efektivitas. AI membantu dalam beberapa hal, salah satunya adalah Pemasaran yang Dipersonalisasi.

Seperti yang dibahas sebelumnya, AI memungkinkan pemasar untuk menyampaikan pesan yang sangat bertarget kepada pelanggan individual berdasarkan preferensi dan perilaku mereka.

Selain itu, AI dapat mengoptimalkan biaya untuk iklan. Algoritma AI dapat menganalisis data kampanye untuk mengidentifikasi saluran dan strategi yang paling efektif, membantu bisnis mengoptimalkan pengeluaran iklan dan memaksimalkan ROI.

AI juga dapat membantu tim penjualan mengidentifikasi prospek yang paling menjanjikan, memprediksi perilaku penjualan, dan mengotomatiskan tugas-tugas penjualan, yang mengarah pada peningkatan tingkat konversi dan pendapatan.

Lebih jauh lagi, AI bisa membantu untuk melakukan Analisis Sentimen. Alat yang didukung AI dapat menganalisis data media sosial dan umpan balik pelanggan untuk memahami sentimen dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.

AI bukan lagi sekadar kata kunci yang sedang tren, melainkan alat yang ampuh yang dapat mengubah cara bisnis beroperasi dan bersaing. Dengan memanfaatkan AI untuk personalisasi, otomatisasi, pengambilan keputusan berbasis data, inovasi, dan pemasaran, bisnis dapat membuka tingkat efisiensi, produktivitas, dan pertumbuhan baru.

Next Upcoming Event

Executive Class – IT Governance with COBIT 2019 + AI Strategies and Policies

20 May 2025
- 5 Stars Hotel
  • 23

    days

  • 17

    hours

  • 12

    minutes

  • 48

    seconds

5 Negara dengan Tata Kelola IT Terbaik di Dunia, dari Amerika Serikat hingga Swedia

5 Negara dengan Tata Kelola IT Terbaik di Dunia, dari Amerika Serikat hingga Swedia

Di era digital yang berkembang pesat, tata kelola IT bukan lagi sekadar urusan teknis, melainkan fondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Negara mana sajakah yang berhasil membangun fondasi ini dengan kokoh? Mari kita selami lebih dalam!

Tata kelola IT mencakup berbagai kebijakan dan praktik yang memastikan pemanfaatan teknologi yang selaras dengan tujuan bisnis. Ini melibatkan struktur, proses, dan mekanisme yang tepat untuk mengelola dan mengendalikan IT. Negara-negara dengan tata kelola IT yang efektif menunjukkan peningkatan dalam efisiensi operasional, pengurangan biaya, dan peningkatan kepuasan pemangku kepentingan. Mereka juga lebih baik dalam mengelola risiko terkait IT, seperti pelanggaran keamanan siber dan kegagalan proyek.

Menurut sebuah studi oleh McKinsey, perusahaan-perusahaan dengan tata kelola IT yang kuat memiliki kinerja keuangan 20% lebih baik daripada perusahaan-perusahaan dengan tata kelola yang lemah. Selain itu, negara-negara dengan tata kelola IT yang baik cenderung memiliki tingkat inovasi yang lebih tinggi dan daya saing ekonomi yang lebih kuat.

Ilustrasi Amerika Serikat

Amerika Serikat

Amerika Serikat secara konsisten menduduki peringkat teratas dalam berbagai indeks yang mengukur kesiapan dan tata kelola IT. Negara ini memiliki infrastruktur teknologi yang kuat, ekosistem inovasi yang dinamis, dan kerangka kerja peraturan yang komprehensif. Infrastruktur yang kuat ini didukung oleh jaringan telekomunikasi yang luas, pusat data yang canggih, serta investasi yang signifikan dalam penelitian dan pengembangan. Ekosistem inovasinya didukung oleh universitas-universitas ternama, perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka, dan budaya kewirausahaan yang berkembang pesat. Selain itu, kerangka kerja peraturan yang komprehensif memastikan bahwa teknologi digunakan secara bertanggung jawab dan etis. Menurut Network Readiness Index (NRI) 2024, Amerika Serikat menempati peringkat pertama secara keseluruhan, dengan skor tinggi dalam pilar tata kelola.

Amerika Serikat telah lama menjadi yang terdepan dalam inovasi teknologi, dengan perusahaan-perusahaan seperti Google, Apple, dan Microsoft yang mendominasi industri global. Pemerintah AS juga telah memainkan peran penting dalam mendorong pengembangan teknologi melalui investasi dalam penelitian dan pengembangan serta kebijakan yang mendukung inovasi. Sebagai contoh, Undang-Undang Pemulihan dan Reinvestasi Amerika tahun 2009 mengalokasikan lebih dari $36 miliar untuk investasi terkait IT, termasuk perluasan broadband dan rekam medis elektronik.

Ilustrasi singapura

Singapura

Singapura terkenal dengan pemerintahannya yang efisien dan fokusnya yang kuat pada teknologi. Negara kota ini telah berinvestasi secara signifikan dalam infrastruktur digital dan mengembangkan berbagai inisiatif e-government. Investasi ini mencakup jaringan broadband berkecepatan tinggi, platform digital yang terintegrasi, dan berbagai layanan online yang memudahkan warga dan bisnis untuk berinteraksi dengan pemerintah. Inisiatif e-government Singapura telah meningkatkan efisiensi administrasi publik, mengurangi biaya, dan meningkatkan kepuasan warga. Singapura menempati peringkat kedua dalam NRI 2024, yang mencerminkan keunggulan tata kelola IT-nya. Global Infrastructure Hub juga menempatkan Singapura sebagai yang teratas dalam tata kelola infrastruktur, yang menyoroti komitmen negara tersebut terhadap pembangunan dan pengelolaan infrastruktur yang efektif.

Singapura telah muncul sebagai pusat global untuk bisnis dan keuangan, dengan ekonomi yang sangat bergantung pada teknologi. Pemerintah Singapura telah secara aktif mempromosikan adopsi teknologi di berbagai sektor, termasuk perawatan kesehatan, transportasi, dan pendidikan. Misalnya, inisiatif Smart Nation negara tersebut bertujuan untuk memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kehidupan warga, menciptakan peluang ekonomi baru, dan membangun masyarakat yang lebih tangguh. Sebagai bagian dari inisiatif ini, Singapura telah menerapkan berbagai solusi inovatif, seperti jaringan sensor yang luas untuk memantau kondisi lingkungan dan sistem transportasi otonom untuk meningkatkan mobilitas.

Ilustrasi finlandia

Finlandia

Finlandia secara konsisten memperoleh skor tinggi dalam hal konektivitas dan keterampilan digital. Negara ini memiliki tingkat penetrasi internet yang tinggi, sistem pendidikan yang kuat, dan budaya inovasi. Tingkat penetrasi internet yang tinggi di Finlandia memungkinkan warga untuk mengakses informasi, layanan, dan peluang ekonomi secara online. Sistem pendidikannya yang kuat membekali individu dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk berkembang di era digital. Budaya inovasinya mendorong pengembangan teknologi baru dan solusi digital. NRI 2024 menempatkan Finlandia di peringkat ketiga, dengan skor yang sangat baik dalam pilar tata kelola.

Finlandia memiliki salah satu tingkat penetrasi internet tertinggi di dunia, dengan lebih dari 90% rumah tangga memiliki akses ke broadband. Negara ini juga memiliki sistem pendidikan yang kuat yang menekankan pada keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, yang penting untuk berkembang di era digital. Selain itu, Finlandia memiliki budaya inovasi yang berkembang pesat, dengan sejumlah besar startup dan perusahaan teknologi yang muncul dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah Finlandia telah mendukung inovasi melalui berbagai inisiatif, seperti pendanaan untuk penelitian dan pengembangan serta dukungan untuk startup.

Ilustrasi swedia

Swedia

Swedia adalah negara Skandinavia lain yang terkenal dengan kemajuan teknologinya. Negara ini memiliki infrastruktur digital yang sangat baik, tenaga kerja yang terampil, dan fokus yang kuat pada keberlanjutan. Infrastruktur digital Swedia yang sangat baik memfasilitasi konektivitas yang andal dan berkecepatan tinggi di seluruh negeri. Tenaga kerjanya yang terampil mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi. Fokus Swedia yang kuat pada keberlanjutan mendorong pengembangan dan penggunaan solusi digital yang ramah lingkungan. Swedia menempati peringkat keempat dalam NRI 2024, yang menunjukkan kinerja tata kelola IT yang kuat.

Swedia telah lama menjadi pemimpin dalam adopsi teknologi, dengan bisnis dan pemerintah yang berinvestasi secara signifikan dalam infrastruktur digital. Negara ini memiliki tenaga kerja yang sangat terampil dengan tingkat melek huruf digital yang tinggi, yang penting untuk memanfaatkan manfaat teknologi. Selain itu, Swedia memiliki fokus yang kuat pada keberlanjutan, yang mendorong pengembangan solusi digital yang ramah lingkungan. Misalnya, Swedia telah menerapkan berbagai inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, seperti pengembangan sistem transportasi cerdas dan promosi energi terbarukan.

Ilustrasi Korea Selatan

Korea Selatan

Korea Selatan adalah pemimpin global dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Negara ini memiliki infrastruktur jaringan yang canggih, tingkat penetrasi internet yang tinggi, dan industri teknologi yang berkembang pesat. Infrastruktur jaringan Korea Selatan yang canggih mendukung transmisi data yang cepat dan andal, yang memungkinkan adopsi luas teknologi baru seperti 5G dan Internet of Things (IoT). Tingkat penetrasi internetnya yang tinggi memastikan bahwa sebagian besar penduduk memiliki akses ke dunia digital. Industri teknologinya yang berkembang pesat adalah rumah bagi perusahaan-perusahaan inovatif yang mengembangkan teknologi mutakhir. Korea Selatan menempati peringkat kelima dalam NRI 2024, dengan skor tinggi dalam pilar “Orang” yang mengukur keterampilan digital dan adopsi teknologi.

Korea Selatan telah membuat kemajuan signifikan dalam mengembangkan infrastruktur TIK-nya sejak awal 1990-an. Negara ini memiliki salah satu tingkat penetrasi internet tertinggi di dunia, dan infrastruktur jaringannya adalah salah satu yang tercepat dan paling andal. Pemerintah Korea Selatan telah memainkan peran penting dalam mendorong pengembangan industri TIK negara tersebut melalui berbagai kebijakan dan investasi. Misalnya, inisiatif Korea Selatan yang disebut “Korea 4.0” bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan teknologi baru seperti kecerdasan buatan, blockchain, dan big data.

Penting untuk dicatat bahwa peringkat ini dapat bervariasi tergantung pada metodologi dan fokus indeks yang berbeda. Namun, negara-negara yang disebutkan di atas secara konsisten diakui atas praktik tata kelola IT mereka yang kuat, investasi dalam infrastruktur digital, dan fokus pada inovasi. Negara-negara ini menetapkan tolok ukur bagi negara lain yang ingin meningkatkan tata kelola IT mereka dan memanfaatkan kekuatan teknologi untuk pembangunan ekonomi dan sosial.

Next Upcoming Event

Executive Class – IT Governance with COBIT 2019 + AI Strategies and Policies

20 May 2025
- 5 Stars Hotel
  • 23

    days

  • 17

    hours

  • 12

    minutes

  • 48

    seconds

Tata Kelola AI: Strategi Terintegrasi untuk Membangun Kepercayaan dan Ketahanan Digital

Tata Kelola AI: Strategi Terintegrasi untuk Membangun Kepercayaan dan Ketahanan Digital

Di era Artificial Intelliugence atau AI, tata kelola IT perlu berkembang untuk menjawab tantangan baru yang bersifat kompleks dan dinamis. Dilansir dari ISACA, integrasi framework tata kelola klasik seperti COBIT dengan prinsip-prinsip tata kelola AI modern menjadi landasan penting bagi organisasi dalam memastikan penerapan AI yang etis, transparan, dan berkelanjutan. Berdasarkan laporan Trustible dan Governance AI, model tiga lini pertahanan menjelaskan dengan jelas pembagian tanggung jawab antara unit pengembang, tim pengawasan, dan audit internal dalam mengelola risiko AI secara sistematis dan terukur.

Menurut laporan Deloitte, dewan direksi dan peran Chief AI Officer (CAIO) perlu terlibat aktif untuk menetapkan visi dan kebijakan AI yang selaras dengan strategi bisnis. Kebijakan etika, kepatuhan regulasi, dan manajemen data berkualitas tinggi menjadi fondasi kepercayaan, sedangkan penerapan AI untuk automasi pelaporan, analitik prediktif, dan monitoring real‑time memperkuat efektivitas tata kelola.

Kemudian, berdasarkan laporan dari ISACA, Nutanix, Alation, dan Centraleyes, peningkatan berkelanjutan melalui pelatihan staf, evaluasi vendor AI, serta adaptasi governance cloud dan GenAI memastikan organisasi tetap adaptif terhadap perubahan teknologi dan regulasi global.

Kerangka Kerja Tata Kelola AI Terintegrasi

Adaptasi Framework COBIT

Framework COBIT, yang selama ini menjadi tulang punggung tata kelola TI, kini diadaptasi untuk menyertakan pengelolaan siklus hidup AI dari perencanaan dan pengembangan hingga pemantauan kinerja dan risiko. Dengan menambahkan kontrol etika, bias testing, dan review algoritma, COBIT menjadi kerangka yang tangguh untuk memastikan AI dikelola sesuai standar enterprise governance.

Penerapan Platform AI Governance

Gartner menekankan pentingnya platform AI governance yang dapat mengotomasi aspek etika seperti fairness, explainability, dan compliance monitoring. Alat‑alat ini menyediakan dashboard real‑time untuk menilai risiko model, audit trail, dan mekanisme remediatif, sehingga organisasi dapat menerapkan prinsip “governance by design”.

Definisi dan Ruang Lingkup

Menurut Svetlana Sicular dari Gartner, AI governance adalah proses menetapkan kebijakan, hak pengambilan keputusan, dan akuntabilitas organisasi untuk penggunaan dan pengembangan AI secara etis dan transparan. Tanpa tata kelola yang jelas, organisasi berisiko mengalami bias model, pelanggaran privasi, dan kegagalan inisiatif AI.

Struktur Organisasi dan Peran

Model Tiga Lini Pertahanan untuk Tata Kelola AI

Menurut trustible, model tiga lini pertahanan memetakan kontrol dan tanggung jawab sebagai berikut:

  • Lini Pertama: Tim pengembang dan penerap AI yang menanamkan kontrol teknis dan kebijakan dasar.
  • Lini Kedua: Tim oversight atau Center of Excellence yang menetapkan pedoman, melakukan review risiko, dan eskalasi isu.
  • Lini Ketiga: Fungsi audit internal atau eksternal yang melakukan verifikasi independen atas kepatuhan dan efektivitas tata kelola AI.Keterlibatan Dewan dan CAIO

Deloitte melaporkan bahwa 72% dewan memiliki komite khusus untuk oversight risiko, termasuk AI, dan lebih dari 80% organisasi menempatkan ahli risiko untuk memantau inisiatif AI. Kehadiran Chief AI Officer (CAIO) membantu memusatkan akuntabilitas tata kelola AI, mulai dari penyusunan kebijakan hingga koordinasi implementasi.

Kebijakan, Standar, dan Proses

Kebijakan Etika dan Kepatuhan

Berdasarkan Artificial Intelligence Governance Brief yang diterbitkan ISACA, organisasi perlu mengembangkan kebijakan AI yang transparan untuk mengelola bias, keadilan, dan tanggung jawab sosial, serta memastikan kepatuhan terhadap regulasi seperti EU AI Act dan GDPR.

Pengelolaan Data

Data governance di era AI menuntut standar kualitas, transparansi, dan label data yang konsisten agar model AI dapat diandalkan. Framework AI TRiSM dari Gartner menekankan integrasi data governance sebagai tulang punggung tata kelola AI.

Manajemen Risiko dan Keamanan

Manajemen risiko harus mencakup penilaian insiden AI secara berkala, bias testing, dan mekanisme respon insiden terstruktur. Deloitte menekankan kombinasi kontrol tradisional dengan differential controls seperti ethics review dan bias testing untuk tata kelola AI yang aman.

Pemanfaatan AI untuk Memperkuat Tata Kelola

Automasi Pelaporan dan Audit

Menurut Deloitte, platform AI dapat otomatis menghasilkan laporan kepatuhan dan audit trail dari berbagai sumber data, mempercepat siklus audit dan meningkatkan akurasi.

Analitik Prediktif dan Monitoring Real‑Time

Menurut Gartner, dengan analitik prediktif, organisasi dapat memantau kinerja model, mendeteksi anomali, dan memprediksi potensi risiko sebelum terjadi insiden, mengubah tata kelola dari reaktif menjadi proaktif.

Integrasi Cloud dan Generative AI

Adaptasi Tata Kelola Cloud

Tata kelola cloud perlu diperluas mencakup beban kerja AI, kontrol akses dinamis, dan enkripsi end‑to‑end. Nutanix menekankan pentingnya alignment strategi AI‑cloud agar inisiatif terintegrasi dengan tujuan organisasi.

Data Sovereignty dan Cloud Regional

Menurut Alation, tren sovereign cloud mendukung kepatuhan terhadap regulasi lokal dengan menjaga data di dalam yurisdiksi, sambil tetap memanfaatkan kemampuan AI global.

Framework GenAI

Generative AI governance memerlukan kebijakan khusus untuk manajemen prompt, monitoring output, dan pencegahan misuse. Centraleyes menekankan standar dan kontrol yang dirancang untuk memastikan penggunaan GenAI yang etis dan terkontrol.

Dengan menggabungkan framework tata kelola tradisional dan AI governance modern, memetakan peran melalui model tiga lini pertahanan, serta memanfaatkan AI untuk memperkuat proses governance, organisasi dapat membangun ekosistem TI yang responsif dan tahan banting di era AI. Peningkatan kemampuan staf, evaluasi vendor berkelanjutan, dan adaptasi governance cloud serta GenAI memastikan kesiapan menghadapi perubahan regulasi dan teknologi yang terus berkembang.

Next Upcoming Event

Executive Class – IT Governance with COBIT 2019 + AI Strategies and Policies

20 May 2025
- 5 Stars Hotel
  • 23

    days

  • 17

    hours

  • 12

    minutes

  • 48

    seconds

5 Platform AI Terbaik untuk Meningkatkan Efisiensi Bisnis

5 Platform AI Terbaik untuk Meningkatkan Efisiensi Bisnis

Di tahun 2025, adopsi Artificial Intelligence (AI) bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan strategis bagi bisnis yang ingin tetap kompetitif. Menurut laporan National University, 77% perusahaan global telah menggunakan atau sedang mengeksplorasi penggunaan AI dalam operasional mereka, dengan AI diproyeksikan menyumbang $15,7 triliun terhadap ekonomi global pada 2030. Selain itu, 63% organisasi secara aktif berencana mengadopsi AI dalam tiga tahun ke depan, menjadikan teknologi ini sebagai prioritas utama.

AI telah terbukti mampu mengotomatisasi tugas-tugas rutin, meningkatkan pengambilan keputusan berbasis data, dan mempersonalisasi pengalaman pelanggan. Berikut adalah lima platform AI terkemuka yang dapat membantu bisnis Anda meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing.

Ilustrasi GPT-5

1. ChatGPT-5: Otomatisasi Layanan Pelanggan 24/7

OpenAI ChatGPT-5 menjadi solusi utama untuk layanan pelanggan berbasis AI. Dengan kemampuan memahami pertanyaan kompleks dan memberikan respons layaknya manusia, ChatGPT-5 membantu bisnis memberikan layanan 24 jam tanpa jeda. Menurut laporan Statista, 80% bisnis yang menggunakan chatbot AI melaporkan peningkatan kepuasan pelanggan. ChatGPT-5 juga mampu mengurangi beban kerja tim support, sehingga mereka bisa fokus pada kasus yang lebih kompleks.ChatGPT-5 kini digunakan oleh ribuan perusahaan global untuk customer support, HR, hingga penulisan konten otomatis. Selain itu, menurut penelitian, AI chatbot mampu memangkas waktu respons hingga 60% dan menurunkan biaya operasional layanan pelanggan secara signifikan.

UIPath

2. UiPath: Otomatisasi Proses Bisnis (RPA) yang Efisien

UiPath adalah platform Robotic Process Automation (RPA) yang mengotomatisasi tugas-tugas berulang seperti entri data, pemrosesan invoice, dan pembuatan laporan. Gartner melaporkan bahwa organisasi yang mengadopsi RPA seperti UiPath mengalami penurunan biaya operasional hingga 30%. UiPath juga mendukung integrasi dengan sistem bisnis lain, sehingga proses bisnis berjalan lebih cepat dan minim kesalahan. Setidaknya UiPath telah digunakan di lebih dari 10.000 perusahaan di seluruh dunia. RPA membantu mempercepat proses bisnis hingga 5x lipat dibandingkan manual.

Tableau

3. Tableau: Analitik Data Berbasis AI untuk Keputusan Lebih Cepat

Tableau kini dilengkapi fitur AI-powered analytics yang membantu bisnis menganalisis data secara real-time dan menghasilkan insight yang actionable. Menurut McKinsey, perusahaan yang menggunakan analitik canggih seperti Tableau mengalami peningkatan kecepatan dan akurasi pengambilan keputusan hingga 23%. Visualisasi data yang interaktif memudahkan semua level manajemen memahami tren dan peluang bisnis. Tableau memiliki basis pengguna yang cukup besar digunakan oleh lebih dari 100.000 organisasi di seluruh dunia.

Dataiku

4. Dataiku: Kolaborasi Data Science Tanpa Batas

Dataiku adalah platform end-to-end untuk manajemen data, analitik, dan machine learning. Dengan fitur no-code dan code-based, Dataiku memudahkan kolaborasi antara tim teknis dan non-teknis. Platform ini mendukung otomatisasi data preparation, visualisasi, hingga deployment model AI secara cepat dan aman. Selain itu, Dataiku juga menawarkan AutoML yang mempercepat pengembangan model prediktif.
Platform ini juga mendukung integrasi dengan cloud besar seperti AWS, Google Cloud, dan Azure, serta real-time analytics untuk pengambilan keputusan instan.

Microsoft Azure

5. Microsoft Azure AI: Integrasi AI Skala Enterprise

Microsoft Azure AI menyediakan ekosistem AI yang luas, mulai dari Copilot, cognitive services, hingga integrasi dengan model OpenAI. Azure AI banyak diadopsi perusahaan besar untuk otomatisasi, keamanan data, dan produktivitas skala besar. Menurut IDC, dua pertiga investasi AI di 2025 difokuskan untuk mengintegrasikan AI ke proses inti bisnis, dan Azure menjadi salah satu platform pilihan utama. Azure AI mendukung otomatisasi proses bisnis, analitik prediktif, dan integrasi dengan Office 365 serta Dynamics. Platform ini juga menawarkan solusi AI siap pakai yang dapat diimplementasikan tanpa perlu membangun model dari nol.

Investasi global di bidang AI diproyeksikan mencapai $337 miliar pada 2025 dan akan terus meningkat. Lima platform di atas menjadi pilihan utama perusahaan untuk meningkatkan efisiensi, menurunkan biaya, dan mempercepat pertumbuhan bisnis. Dengan adopsi AI yang tepat, bisnis dapat mengotomatisasi proses, mempercepat pengambilan keputusan, dan memberikan layanan pelanggan yang lebih baik, sekaligus menjaga daya saing di era digital.

Next Upcoming Event

Executive Class – IT Governance with COBIT 2019 + AI Strategies and Policies

20 May 2025
- 5 Stars Hotel
  • 23

    days

  • 17

    hours

  • 12

    minutes

  • 48

    seconds

5 Sektor Industri yang Perlu Implementasikan COBIT 2019

5 Sektor Industri yang Perlu Implementasikan COBIT 2019

COBIT 2019 dikembangkan oleh ISACA sebagai kerangka kerja tata kelola dan manajemen TI yang komprehensif. Tujuannya adalah membantu organisasi menyeimbangkan antara realisasi manfaat, optimasi risiko, dan pemanfaatan sumber daya TI secara efisien dan berkelanjutan. Kerangka ini memfasilitasi penerapan prinsip-prinsip good governance yang selaras dengan kebutuhan bisnis modern yang dinamis.

Keunggulan COBIT 2019 terletak pada fleksibilitas dan modularitasnya, yang memungkinkan organisasi dari berbagai skala dan sektor untuk menyesuaikannya sesuai kebutuhan masing-masing. Misalnya dalam sektor keuangan atau kesehatan, COBIT 2019 memungkinkan penerapan kontrol, pengukuran kinerja, dan pengelolaan risiko TI yang terstruktur. Tak heran, banyak industri kini mulai mengimplementasikannya untuk mendukung transformasi digital secara terarah dan berkelanjutan.

Layanan Keuangan

Lembaga keuangan termasuk bank, asuransi, dan fintech menghadapi tuntutan regulasi yang tinggi, risiko keuangan yang kompleks, serta ekspektasi pelanggan terhadap layanan digital yang cepat dan aman. Untuk menjawab tantangan ini, banyak organisasi menerapkan COBIT 2019 guna memperkuat kontrol internal, memastikan kepatuhan terhadap regulasi seperti Basel III atau GDPR, serta meningkatkan transparansi proses TI yang krusial bagi stabilitas operasional.

Hal ini diperkuat oleh studi kasus ISACA di Georgia yang menunjukkan bagaimana COBIT 2019 membantu lembaga keuangan dalam meningkatkan governance maturity dan efisiensi pengelolaan risiko teknologi. Selain itu, kerangka ini juga mendukung pengelolaan data nasabah dan aset digital dengan standar keamanan tinggi.

Pemerintahan

Instansi pemerintah dan BUMN membutuhkan tata kelola TI yang ketat untuk menjaga akuntabilitas publik, transparansi kebijakan, serta perlindungan data masyarakat. COBIT 2019 memberikan kerangka kerja yang membantu lembaga-lembaga ini dalam menyusun strategi TI yang selaras dengan misi pelayanan publik, serta mengukur efektivitas implementasi teknologi digital.

Dalam studi EasyChair, COBIT 2019 terbukti meningkatkan kematangan proses di institusi pemerintah, menurunkan risiko kebocoran data, dan memperbaiki kualitas layanan publik berbasis elektronik. Dengan adopsi kerangka ini, pemerintah dapat lebih konsisten dalam mengukur dan mengevaluasi penggunaan TI dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, dan administrasi kependudukan.

Kesehatan

Di sektor kesehatan—termasuk rumah sakit, klinik, laboratorium, dan e‑health—penggunaan teknologi informasi harus mematuhi berbagai standar keamanan dan etika, serta mampu menangani data pasien yang sangat sensitif. COBIT 2019 hadir sebagai solusi untuk menyelaraskan pengelolaan TI dengan standar global seperti ISO 27001, HIPAA, dan regulasi lokal lainnya.

Menurut ISACA, kerangka ini mendorong transformasi digital di bidang kesehatan secara terkontrol dan terukur. Sementara penelitian di ResearchGate menunjukkan bagaimana COBIT membantu manajemen inovasi TI di sektor kesehatan Arab Saudi. Selain meningkatkan efisiensi operasional, penerapan COBIT juga memperkuat keamanan informasi klinis dan integrasi sistem layanan pasien.


Telekomunikasi

Perusahaan telekomunikasi menghadapi kompleksitas infrastruktur jaringan, kebutuhan skalabilitas tinggi, dan tekanan untuk terus berinovasi dalam menghadirkan layanan digital. Di tengah pertumbuhan trafik data yang pesat dan transformasi menuju teknologi 5G, perusahaan di sektor ini membutuhkan kerangka tata kelola TI yang dapat memastikan efisiensi, keamanan, dan kelangsungan layanan.

Dalam studi kasus oleh ResearchGate, COBIT 2019 membantu merancang tata kelola TI yang selaras dengan strategi bisnis dan mampu menjawab kebutuhan operasional yang dinamis. COBIT juga berperan penting dalam manajemen proyek teknologi, integrasi sistem, serta pengukuran kinerja layanan pelanggan.

Manufaktur

Industri manufaktur menghadapi tekanan untuk meningkatkan efisiensi produksi, mengadopsi otomasi, dan memanfaatkan teknologi Industry 4.0 secara optimal. Dalam konteks ini, tata kelola TI yang baik menjadi kunci untuk menjamin bahwa sistem informasi mendukung lini produksi dan pengambilan keputusan bisnis secara real-time.

COBIT 2019 digunakan untuk menilai kematangan proses TI, menyelaraskan implementasi sistem ERP dan SCM dengan strategi bisnis, serta mengelola risiko yang berkaitan dengan rantai pasok dan proses produksi. Jurnal ISI memaparkan bagaimana sektor manufaktur karton berhasil meningkatkan efektivitas pengembangan modul ERP dengan panduan COBIT 2019. Dengan kerangka ini, perusahaan manufaktur dapat mengukur dan mengelola nilai bisnis dari investasi TI, serta meningkatkan daya saing secara keseluruhan.

Kelima sektor di atas memiliki karakteristik, kebutuhan, dan tantangan TI yang unik. Namun demikian, semuanya memerlukan kerangka tata kelola yang komprehensif, fleksibel, dan dapat disesuaikan dengan perkembangan teknologi serta strategi organisasi. COBIT 2019 hadir sebagai solusi strategis yang menawarkan peta jalan yang jelas untuk menyelaraskan TI dengan tujuan bisnis, meningkatkan kontrol dan akuntabilitas, serta mengelola risiko TI secara proaktif.

Dengan penerapan COBIT 2019, organisasi tidak hanya mampu meningkatkan kinerja TI, tetapi juga memperkuat pondasi tata kelola yang mendukung keberlanjutan dan inovasi jangka panjang di era digital.

Next Upcoming Event

Executive Class – IT Governance with COBIT 2019 + AI Strategies and Policies

20 May 2025
- 5 Stars Hotel
  • 23

    days

  • 17

    hours

  • 12

    minutes

  • 48

    seconds

KELAS TATA KELOLA IT DAN AI

Executive Class kembali dengan IT Governance + AI Strategies and Policies! Klik Disini untuk dapatkan Promonya!

23Days
:
09Hours
:
12Mins
:
47Secs