Exclusive Class – Data Center Specialist Foundation (Pengelolaan Data Center+Pengelolaan Layanan Operasional)

Exclusive Class – Data Center Specialist Foundation (Pengelolaan Data Center+Pengelolaan Layanan Operasional)

Kuasai Kemampuan yang Terstandarisasi dalam Mengelola Infrastruktur Data Center

Dalam era digital yang semakin terintegrasi, pusat data menjadi tulang punggung utama bagi kelangsungan layanan bisnis, pemerintahan, dan teknologi. 

Namun, laporan dari Uptime Institute mengungkapkan bahwa lebih dari 60% insiden downtime pusat data disebabkan oleh kesalahan manusia dan kurangnya pengelolaan operasional yang sistematis

Di sisi lain, DataCenter Knowledge menyebutkan bahwa kerugian akibat downtime dapat mencapai rata-rata USD 300.000 per jam, tergantung pada sektor industri.

Lebih lanjut, survei oleh Gartner menyatakan bahwa organisasi yang menginvestasikan pelatihan untuk tim pengelola pusat datanya mengalami:

  • Peningkatan efisiensi operasional hingga 30%

  • Penurunan insiden gangguan layanan sebesar 40%

  • Peningkatan kepatuhan terhadap standar keamanan dan keberlangsungan layanan TI

Fakta-fakta tersebut menegaskan bahwa kompetensi teknis dan operasional dalam pengelolaan pusat data bukan lagi sekadar nilai tambah, melainkan kebutuhan mendesak.

Pelatihan Data Center Specialist Foundation hadir untuk menjawab tantangan tersebut. Program ini dirancang untuk memberikan pemahaman dan keterampilan menyeluruh terkait pengelolaan pusat data.

Pelatihan ini mengombinasikan pendekatan teknis dan manajerial agar peserta mampu mengelola pusat data secara efisien, aman, dan andal, sekaligus siap menghadapi audit, bencana, maupun tantangan operasional sehari-hari.

Detail Modul dan Pelatihan

Dasar-Dasar Pusat Data

  • Manfaat dan risiko pusat data.
  • Standar dan acuan pusat data.
  • Pertimbangan lokasi, konstruksi, dan bangunan.
  • Komponen utama: lantai raised floor, plafon gantung, infrastruktur pasokan listrik, sistem pendingin, dan penangkal kebakaran.
  • Gambaran desain infrastruktur pusat data.

Pengelolaan Operasional Pusat Data

  • Tata Kelola dan Prosedur Operasional Standar:
    • Menetapkan kerangka tata kelola.
    • Mengembangkan dan menerapkan prosedur operasional standar (SOP).
  • Pengelolaan Keamanan Fisik:
    • Menentukan batas dan mekanisme keamanan fisik.
    • Menerapkan protokol kontrol akses dan pemisahan fisik.
  • Operasi Harian:
    • Pengelolaan jadwal dan inventaris.
    • Manajemen lantai dan prosedur pemantauan.
    • Proses instalasi dan penghentian peralatan.
  • Pembersihan dan Pemeliharaan:
    • Teknik pembersihan praktis untuk pusat data.
    • Menyusun protokol pembersihan untuk menjaga integritas operasional.
    • Menjadwalkan dan melaksanakan kegiatan pemeliharaan.
    • Mengelola suku cadang dan siklus hidup peralatan.
  • Operasi Darurat:
    • Prosedur penanganan keadaan darurat operasional.
    • Protokol penangkal kebakaran dan keselamatan.

Alat Bantu dan Metrik Operasional

  • Alat bantu untuk pengelolaan dan pemantauan pusat data.
  • Metrik kinerja utama dan teknik pengukuran.
  • Struktur organisasi dan peran dalam operasi pusat data.

Persiapan Sertifikasi (Opsional)

  • Tinjauan kompetensi SKKNI untuk Pengelolaan Pusat Data.
  • Skenario praktik dan studi kasus yang selaras dengan persyaratan sertifikasi.
  • Panduan persiapan untuk ujian sertifikasi BNSP.
5 Alasan Mengapa Strategi Data Center Modern Perlu Diterapkan di Era AI

5 Alasan Mengapa Strategi Data Center Modern Perlu Diterapkan di Era AI

Di tengah percepatan transformasi digital, teknologi kecerdasan buatan (AI) kini menjadi mesin penggerak inovasi di berbagai sektor. Menurut laporan Gartner, pada tahun 2025, lebih dari 80% perusahaan global diproyeksikan akan mengadopsi AI dalam operasional mereka, dengan peningkatan investasi hingga 40% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Selain itu, global megatrends seperti AI, sustainability, automasi, dan cybersecurity telah memaksa para pemimpin IT untuk merombak strategi data center agar tetap relevan dan kompetitif. Berikut adalah lima alasan utama mengapa strategi data center modern harus segera diterapkan di era AI.

1. Meningkatkan Performa dan Skalabilitas

AI modern, terutama ketika berurusan dengan deep learning dan analisis data skala besar, menuntut infrastruktur komputasi yang bukan saja cepat, tetapi juga mampu menangani beban kerja yang bersifat parallel dan intensif. Data center modern yang didukung oleh teknologi GPU/TPU dan jaringan berkecepatan tinggi membantu mengoptimalkan performa pemrosesan. 

Sistem seperti infrastruktur modular dan clustering komputasi menjadi kunci untuk memastikan skalabilitas sesuai dengan pertumbuhan data dan kompleksitas algoritma AI. Gartner menyatakan bahwa tanpa peningkatan performa dan sistem yang scalable, banyak beban kerja AI akan mengalami bottleneck, yang berdampak pada kecepatan inovasi dan efisiensi operasional. 

2. Efisiensi Energi dan Keberlanjutan

Dalam era di mana isu lingkungan semakin mendesak, efisiensi energi menjadi salah satu prioritas utama. Modernisasi data center tidak hanya berarti peningkatan performa, tetapi juga penerapan teknologi yang mendukung penggunaan energi bersih dan optimal. 

Desain data center modern kini mengintegrasikan sistem pendinginan canggih dan solusi renewable energy, seperti tenaga surya dan angin, yang sejalan dengan tren sustainability. Gartner mencatat bahwa strategi yang mengutamakan keberlanjutan membantu perusahaan tidak hanya mengurangi biaya operasional, tetapi juga meningkatkan reputasi serta kesiapan menghadapi peraturan lingkungan yang semakin ketat.

3. Keamanan Data dan Pencegahan Ancaman Siber

Seiring dengan semakin kompleksnya serangan siber, perlindungan data menjadi aspek yang tak bisa ditawar. Data center modern dilengkapi dengan sistem keamanan berlapis yang dirancang untuk mengantisipasi dan merespons ancaman siber secara real-time. 

Investasi dalam teknologi seperti enkripsi data, sistem otentikasi multi-faktor, dan monitoring aktif secara otomatis, menjadi bagian integral dari strategi modernisasi. Gartner menekankan bahwa tanpa mempertimbangkan keamanan yang terintegrasi, risiko kehilangan data dan downtime yang tidak terduga dapat mengakibatkan kerugian besar dan mengancam kelangsungan bisnis.

4. Integrasi Teknologi Otomasi dan Kecerdasan Buatan

Salah satu keunggulan dari data center modern adalah kapasitasnya untuk mengintegrasikan solusi otomasi dan AI. Proses-proses operasional seperti pengelolaan beban kerja, pemantauan kondisi perangkat keras, dan analitik kinerja kini dapat dilakukan secara otomatis. 

Otomasi memungkinkan efisiensi operasional yang lebih tinggi, mengurangi kesalahan manusia, dan memastikan penyampaian layanan yang konsisten. Menurut Gartner, adopsi otomasi canggih dan integrasi AI dalam data center menjadi keharusan untuk mempercepat respon terhadap dinamika operasional dan memaksimalkan produktivitas infrastruktur IT.

5. Kesiapan Menghadapi Volume Data yang Melonjak dan Perkembangan Teknologi

Era AI ditandai dengan eksplosifnya volume data yang harus diproses dan disimpan. Data center modern dirancang dengan kemampuan untuk menangani lonjakan data tersebut, baik dari IoT, edge computing, maupun aplikasi berbasis cloud. 

Dengan arsitektur yang fleksibel dan scalable, data center modern mampu menyesuaikan kapasitas penyimpanan dan pemrosesan sesuai dengan kebutuhan masa depan. Gartner menggarisbawahi bahwa transformasi digital dan meningkatnya kompleksitas beban data menuntut pendekatan baru pada desain dan operasional data center, sebagai langkah strategis agar bisnis tetap kompetitif dan adaptif terhadap perubahan teknologi.

Mengadaptasi strategi data center modern di era AI bukan hanya soal mengikuti tren, tetapi merupakan investasi strategis untuk memastikan bisnis Anda dapat mengantisipasi perkembangan teknologi, menjaga keamanan data, dan mendukung operasional dengan performa tinggi dan efisiensi energi. 

Gartner telah memberikan panduan bahwa mengintegrasikan solusi yang scalable, aman, dan berkelanjutan adalah langkah penting untuk mempertahankan keunggulan kompetitif di pasar global yang semakin dinamis. Perusahaan yang proaktif mengimplementasikan transformasi ini akan siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang besar yang ditawarkan oleh revolusi AI.

Next Upcoming Event

Exclusive Class – Government Chief Information Officer (GCIO)

18 June 2025
- Inixindo Jogja
  • 28

    days

  • 17

    hours

  • 57

    minutes

  • 5

    seconds

5 Alasan Mengapa Strategi Data Center Modern Perlu Diterapkan di Era AI

Tingkatan Pusat Data dan Persyaratannya, dari Tier I hingga Tier IV

Data Center atau Pusat Data merupakan hal yang wajib dimiliki oleh organisasi di era digital, terlebih jika organisasi memiliki data digital yang berukuran besar atau yang biasa disebut Big Data. 

Pusat Data juga menjadi pilihan terbaik untuk penyimpanan dan pengamanan data organisasi yang bersifat rahasia. Pusat Data juga menjadi inti dari semua aktivitas data digital yang dimiliki oleh organisasi, sebab disitulah semua data disimpan, diolah dan diproses.

Pusat data adalah fasilitas yang digunakan untuk menempatkan sistem komputer dan komponen terkait, seperti sistem penyimpanan dan telekomunikasi. Infrastruktur ini sangat penting bagi bisnis yang ingin memastikan data mereka aman, terorganisir, dan mudah diakses.

Dalam Pusat Data sendiri terdapat berbagai peralatan dan fasilitas penunjang untuk menjamin data tersedia kapan saja, atau istilahnya uptime dari kerja server selama 24 jam setiap harinya. 

Pusat Data juga memiliki tingkatan tersendiri, yang disebut dengan tier. Tier ini merupakan tingkatan yang menunjukkan perbedaan antara teknologi dan tingkat keamanan dari data center tersebut.

Tingkatan atau klasifikasi tier pada Pusat Data ini pertama kali muncul pada 1990-an. Mulanya klasifikasi ini berkembang dari sebuah terminologi bersama ke dalam sebuah standar global untuk kepentingan validasi bagi pihak ketiga dalam hal kelayakan infrastruktur Pusat Data.

Saat itu, Uptime Institute memberikan sertifikasi tier dan menjadi standar bagi pelaku bisnis Pusat Data di seluruh dunia dan membuat suatu sistem klasifikasi untuk Pusat Data. Dari situlah klasifikasi tier pertama kali dikenalkan.

Uptime Institute mengklasifikasikan pusat data ke dalam empat tingkatan (Tier 1 hingga Tier 4) berdasarkan keandalan, redundansi, dan ketersediaan infrastruktur.

Lembaga lainnya yang memberikan standarisasi pada pusat data adalah Telecommunications Industry Association 942 atau TIA-942. 

TIA-942 menetapkan persyaratan untuk desain fisik pusat data, termasuk tata letak ruang, jalur kabel, dan sistem distribusi daya.

Standar ini menekankan pentingnya redundansi dalam semua aspek infrastruktur, mulai dari daya hingga pendinginan dan jaringan.

TIA-942 mengklasifikasikan pusat data ke dalam empat tingkat (Tier 1 hingga Tier 4) berdasarkan tingkat redundansi dan ketersediaannya​

Ilustrasi Pusat Data

Tingkatan Pusat Data

Tier I: Basic Site Infrastructure

Pusat data Tier I adalah tingkatan paling dasar. Pusat data ini menyediakan kapasitas minimum yang diperlukan untuk mendukung operasi TI dasar. Infrastruktur yang dimiliki biasanya hanya terdiri dari satu jalur untuk distribusi daya dan pendinginan, tanpa adanya redundansi.

Pusat data Tier I menawarkan infrastruktur minimal dengan ketersediaan 99.671%. Ini berarti downtime maksimal yang diizinkan adalah sekitar 28,8 jam per tahun. Pusat data ini tidak memiliki redundansi dalam pasokan daya dan pendinginan, serta tidak ada jalur cadangan untuk komponen kritis. Meskipun begitu, Tier I bisa menjadi solusi yang ekonomis bagi organisasi yang masih bisa mentoleransi waktu henti yang lebih tinggi.

Tier II: Redundant Site Infrastructure Capacity Components

Pusat data Tier II menyediakan komponen kapasitas yang redundan untuk meningkatkan keandalan dibandingkan Tier I. Namun, tetap menggunakan satu jalur distribusi untuk daya dan pendinginan.

Pusat data pada tingkat ini menyediakan beberapa komponen redundan untuk meningkatkan keandalan. Dengan ketersediaan 99.741%, downtime maksimal yang diizinkan adalah sekitar 22 jam per tahun. 

Pusat data Tier II dilengkapi dengan unit pendingin, generator, dan UPS (Uninterruptible Power Supply) yang redundant. Ini membuatnya lebih tahan terhadap kegagalan komponen dibandingkan dengan Tier I, menjadikannya cocok untuk organisasi yang memerlukan uptime yang lebih tinggi namun masih dapat mentoleransi downtime tertentu.

Tier III: Concurrently Maintainable Site Infrastructure

Tier 3 adalah pusat data yang dapat dikelola secara bersamaan, artinya pemeliharaan atau penggantian komponen dapat dilakukan tanpa perlu mematikan sistem. Ini karena Tier 3 memiliki jalur distribusi ganda dan komponen redundan.

Pusat data pada tingkat ini dirancang untuk memungkinkan pemeliharaan sistem tanpa menghentikan operasional. Dengan ketersediaan mencapai 99.982%, downtime maksimal hanya sekitar 1,6 jam per tahun. 

Pusat data Tier III memiliki redundansi dan jalur cadangan penuh untuk semua komponen, memungkinkan pemeliharaan atau perbaikan tanpa mematikan sistem. Hal ini sangat cocok untuk perusahaan yang membutuhkan tingkat ketersediaan tinggi dan tidak dapat mentoleransi downtime.

Tier IV: Fault Tolerant Site Infrastructure

Tier 4 adalah tingkatan tertinggi dalam sistem pusat data. Infrastruktur ini dirancang untuk tahan terhadap gangguan baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan, dengan sistem yang independen dan terisolasi secara fisik.

Pusat data Tier IV menawarkan toleransi kesalahan penuh dengan ketersediaan mencapai 99.995%, yang berarti downtime maksimal hanya sekitar 26,3 menit per tahun. 

Dengan infrastruktur yang sepenuhnya redundan dan sistem toleransi kesalahan, Tier IV mampu menahan kegagalan perangkat keras atau insiden tanpa mengganggu operasional. Ini adalah pilihan ideal untuk organisasi yang tidak dapat menerima downtime sama sekali.

Regulasi Pusat Data di Negara-negara Maju, dari Uni Eropa hingga Kanada

Regulasi Pusat Data di Negara-negara Maju, dari Uni Eropa hingga Kanada

Pusat Data menjadi salah satu hal yang sangat vital untuk organisasi yang sudah bertransformasi digital. Pusat data bekerja dalam menyimpan, memproses dan mengelola data. Sebagai infrastruktur IT, pusat data mendukung semua aspek kehidupan modern, mulai dari aplikasi bisnis hingga komunikasi sehari-hari. 

Namun, keberadaan pusat data yang semakin banyak juga menimbulkan tantangan baru. Hal yang menjadi tantangan adalah terkait keberlanjutan, efisiensi energi, dan perlindungan data pribadi.

Tantangan Pusat Data

Karena banyaknya pusat data, tentu menimbulkan tantangan tersendiri. Pusat data membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk menjalankan segara hardwarenya, mulai dari server hingga perangkat pendingin. Hal ini memunculkan kekhawatiran tentang dampak lingkungan, terutama dalam hal emisi karbon.

Diperkirakan pusat data di seluruh dunia mengkonsumsi sekitar 1 persen jumlah total listrik global dan menghasilkan emisi karbon yang signifikan, seperti dilansir dari Intelligent CIO

Selain itu, meningkatnya jumlah data yang disimpan juga menimbulkan masalah pada perlindungan data pribadi, dengan risiko pelanggaran keamanan dan privasi yang semakin tinggi.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, berbagai negara maju telah mengembankan berbagai sousi terkait regulasi untuk pusat data. Regulasi ini bertujuan untuk meningkatkan keberlanjutan, efisiensi energi, dan keamanan data dalam pusat data.

Ilustrasi Pusat Data

Regulasi Pusat Data di Negara-negara maju

Uni Eropa

Keberlanjutan dan Efisiensi Energi

Uni Eropa menjadi perkumpulan negara pertama yang menerapkan regulasi ketat terkait keberlanjutan dan efisiensi energi untuk pusat data. Salah satu inisiatif utamanya adalah Climate Neutral Data Center Pact yang memiliki tujuan untuk mencapai netralitas karbon pada 2030.

Inisiatif ini mencakup target spesifik untuk Power Usage Effectiveness atau PUE, yaitu metrik yang digunakan untuk mengukur efisiensi pusat data. 

Mulai 1 Januari 2025, pusat data baru yang dibangun di Uni Eropa harus mencapai PUE tahunan sebesar 1,3 di iklim dingin dan 1,4 di iklim panas.

Sebagai contoh, Amsterdam adalah salah satu kota pertama yang menerapkan batas PUE tahunan sebesar 1,2 untuk pusat data baru. Seperti dilansir dari Uptime Institute, kota ini juga memperkenalkan inisiatif penggunaan lahan yang efisien, pemanfaatan kembali panas, dan desain multi-lantai untuk mendorong keberlanjutan. 

Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga membantu meningkatkan efisiensi pusat data.

Perlindungan Data

Dalam hal perlindungan data, Uni Eropa memiliki standar yang sangat tinggi, yang disebut dengan GDPR atau General Data Protection Regulation.

Regulasi ini sudah mulai berlaku sejak 2018 dan menetapkan aturan ketat tentang bagaimana data pribadi harus dikumpulkan, disimpan, dan digunakan.

Seperti dilansir dari Usercentrics, GDPR mewajibkan organisasi untuk mendapatkan persetujuan dari individu sebelum mengumpulkan data mereka. 

Selain itu, organisasi juga wajib memberikan hak kepada individu atau pemilik data untuk mengakses, memperbaiki, dan menghapus data pribadi mereka.

Amerika Serikat

Keberlanjutan dan Efisiensi Energi

Di Amerika Serikat, Department of Energy atau DOE telah mengalokasikan sebanyak USD 42 miliar untuk mendukung solusi pendinginan hemat energi sebagai bagian dari upaya mencapai emisi karbon nol bersih pada 2050. 

Meski demikian, ada resistensi yang signifikan terhadap regulasi pemerintah yang ketat, dengan banyak industri yang lebih memilih regulasi mandiri dibandingkan intervensi pemerintah.

Perlindungan Data

Perlindungan data di Amerika Serikat bersifat terfragmentasi di tingkat negara bagian. Dilansir dari Usercentrics, hingga tahun 2024, 14 negara bagian telah memiliki undang-undang perlindungan data mereka sendiri. 

Misalnya, California dengan California Consumer Privacy Act (CCPA) telah menetapkan standar tinggi untuk pengelolaan data pribadi. Namun, kemajuan menuju undang-undang perlindungan data federal yang komprehensif masih lambat. 

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang semakin luas telah menimbulkan perhatian baru terhadap privasi data, yang mungkin mendorong legislasi federal yang lebih kuat di masa depan​

Kanada

Perlindungan Data

Kanada sedang dalam proses memperbarui kerangka kerja perlindungan datanya melalui Digital Charter Implementation Act (Bill C-27). RUU ini akan menggantikan regulasi PIPEDA yang sudah berusia lebih dari 20 tahun dan memperkenalkan Consumer Privacy Protection Act (CPPA) serta Personal Information and Data Protection Tribunal Act. 

CPPA akan menetapkan aturan baru tentang akses dan penggunaan informasi pribadi di sektor swasta, sedangkan Tribunal Act akan membentuk pengadilan administratif untuk meninjau beberapa keputusan dari Komisioner Privasi Kanada dan memberlakukan hukuman untuk pelanggaran CPPA​

Australia

Perlindungan Data

Australia memiliki Privacy Act yang telah ada sejak tahun 1988, dengan tambahan undang-undang di tingkat negara bagian dan wilayah. 

Pada tahun 2022, Privacy Act mengalami amandemen, dan pada tahun 2023, laporan tinjauan yang mengandung 116 rekomendasi untuk memperkuat perlindungan data dan privasi diterbitkan. 

Beberapa pelanggaran data profil tinggi dalam beberapa tahun terakhir telah menambah tekanan untuk meningkatkan regulasi ini, dan perubahan yang lebih besar diharapkan terjadi pada tahun 2024​

Ilustrasi pusat data

Regulasi Pusat Data Sebagai Upaya Peyeimbangan

Regulasi pusat data di negara-negara maju mencerminkan upaya untuk menyeimbangkan kebutuhan operasional dengan tanggung jawab lingkungan dan perlindungan data. 

Di Uni Eropa, fokus pada keberlanjutan dan perlindungan data sangat kuat, dengan inisiatif seperti Climate Neutral Data Centre Pact dan GDPR yang menetapkan standar global. 

Di Amerika Serikat, meskipun ada resistensi terhadap regulasi pemerintah yang ketat, langkah-langkah menuju efisiensi energi dan perlindungan data terus berkembang, meskipun lebih lambat. 

Kanada dan Australia juga sedang melakukan pembaruan besar pada kerangka kerja perlindungan data mereka untuk menyesuaikan dengan tantangan digital yang terus berkembang.

Dengan regulasi yang semakin ketat dan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan perlindungan data, masa depan pusat data di negara-negara maju akan terus mengalami perubahan yang signifikan. 

Langkah-langkah ini tidak hanya penting untuk menjaga operasi pusat data yang efisien dan aman, tetapi juga untuk memastikan bahwa data pribadi individu tetap terlindungi dalam era digital yang semakin kompleks.

Pusat Data di Perbankan dan Sektor Finansial, Seberapa Penting?

Pusat Data di Perbankan dan Sektor Finansial, Seberapa Penting?

Perbankan dan sektor finansial menjadi salah satu industri yang sangat bergantung pada perkembangan teknologi. Terlebih di era digital seperti sekarang, perbankan dan sektor finansial perlu menggunakan teknologi informasi untuk tetap bertahan dan bersaing. 

Segala kegiatan perbankan dan sektor finansial kini dilakukan secara digital. Data-data nasabah dan transaksi pun disimpan oleh perbankan dan sektor finansial di data center atau pusat data.

Data center adalah fasilitas yang digunakan untuk menempatkan sistem komputer dan komponen terkait, seperti sistem telekomunikasi dan penyimpanan data. Di dalamnya terdapat server, penyimpanan, dan infrastruktur jaringan yang memungkinkan pengelolaan data dalam skala besar. 

Bagi sektor perbankan dan finansial, data center bukan hanya sebuah tempat untuk menyimpan data, tetapi juga pusat dari berbagai aktivitas penting yang mencakup pemrosesan transaksi, analisis risiko, dan pengelolaan portofolio nasabah.

Data center atau pusat data memainkan peran yang krusial dalam memastikan kelancaran operasional, keamanan data, dan inovasi teknologi di perbankan dan sektor finansial. 

Ilustrasi Pusat Data

Pentingnya Data Center untuk Perbankan dan Sektor Finansial

Keamanan Data

Keamanan data menjadi prioritas yang paling utama dalam perbankan dan sektor finansial.Pengelolaan pusat data yang baik tentu akan meningkatkan perlindungan informasi sensitif pelanggan dan data finansial dari berbagai ancaman siber. 

Data center yang dikelola dengan standar tinggi dilengkapi dengan lapisan keamanan seperti firewall, enkripsi data, dan sistem deteksi intrusi yang terus menerus memantau aktivitas mencurigakan.

Berbagai ancaman siber seperti hacking, malware, dan serangan-serangan lainnya dapat menimbulkan kerugian yang besar untuk perbankan dan sektor finansial. 

Maka perbankan dan sektor finansial perlu pengelolaan pusat data yang komprehensif, mencakup implementasi protokol keamanan yang ketat dan pemantauan real-time untuk mencegah terjadinya serangan-serangan siber.

Selain itu, pusat data yang aman dan memastikan data nasabah tetap terlindungi akan menjaga kepercayaan dan reputasi instansi.

Ilustrasi pusat data

Kepatuhan terhadap regulasi

Selain keamanan, kepatuhan akan regulasi menjadi salah satu alasan penting yang menekankan pentingnya pengelolaan pusat data. Perbankan dan sektor finansial diatur oleh berbagai peraturan ketat, sebab sektor ini adalah sektor yang paling rawan. 

Di Indonesia sendiri, ada beberapa aturan terkait perbankan dan sektor finansial yang perlu dipatuhi, seperti Peraturan Bank Indonesia No. 19/12/PBI/2017 tentang Penyediaan Infrastruktur Teknologi Informasi oleh Bank, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 38/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum, dan masih banyak regulasi-regulasi lainnya.

Pengelolaan data center yang tepat memastikan bahwa semua data disimpan dan diproses sesuai dengan regulasi yang berlaku. 

Kepatuhan ini tidak hanya melindungi instansi dari denda dan sanksi, tetapi juga memastikan bahwa operasi berjalan sesuai dengan norma hukum yang berlaku. Tentu pemenuhan regulasi juga akan meningkatkan kepercayaan nasabah akan layanan perbankan dan sektor finansial.

Ilustrasi pusat data

Keberlanjutan Operasional

Keberlanjutan operasional merupakan aspek penting yang memastikan bahwa layanan perbankan dan sektor finansial tetap tersedia tanpa gangguan. 

Data center yang dikelola dengan baik menyediakan infrastruktur yang redundant, yang berarti ada sistem cadangan yang siap digunakan jika terjadi kegagalan sistem utama. Hal ini mencakup penyediaan listrik cadangan, pendinginan yang efektif, dan jaringan komunikasi yang handal.

Prosedur pemulihan bencana juga merupakan bagian integral dari pengelolaan pusat data. Dalam kasus bencana alam atau kegagalan teknis besar, pusat data harus dapat memulihkan operasional dengan cepat untuk meminimalisir downtime dan kerugian finansial. 

Dengan demikian, pengelolaan pusat data yang efektif memastikan bahwa bank dan institusi finansial dapat beroperasi secara terus-menerus dan melayani pelanggan tanpa henti.

Keandalan dan ketersediaan

Keandalan dan ketersediaan data merupakan aspek penting lainnya dalam pengelolaan pusat data. Layanan perbankan dan finansial harus tersedia setiap saat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 

Data center yang dikelola secara profesional memastikan uptime yang tinggi dan pemantauan terus-menerus untuk mencegah downtime.

Keandalan pusat data mencakup penggunaan perangkat keras yang berkualitas tinggi, pemeliharaan rutin, dan pemantauan sistem secara real-time. Ini memastikan bahwa semua komponen infrastruktur berfungsi optimal dan siap menangani lonjakan beban kerja kapan saja. 

KELAS TATA KELOLA IT DAN AI

Executive Class kembali dengan IT Governance + AI Strategies and Policies! Klik Disini untuk dapatkan Promonya!

00Days
:
00Hours
:
00Mins
:
00Secs