Susahnya Mengatur Sirkulasi Udara di Data Center

Susahnya Mengatur Sirkulasi Udara di Data Center

Susahnya Mengatur Sirkulasi Udara di Data Center

Coba tanya ke bagian IT di korporat-korporat besar biaya yang paling besar untuk sebuah data center, pasti mereka dengan kompak menjawab “server!” Memang benar bagi sebagian bisnis biaya hardware memiliki porsi yang paling besar dibandingkan dengan yang lain. Tapi ada yang lepas dari perhatian kita, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menjaga temperatur server.

Jika data center di perusahaan Anda tidak berjalan efisien, biaya yang dikeluarkan justru akan membengkak, lebih besar dari biaya membeli hardware baru. Solusi yang paling sederhana untuk menjaga temperatur server tetap rendah adalah dengan menghembuskan udara dingin. Tapi solusi yang paling sederhana bukan berarti solusi tersebut yang paling efisien.

IDC Data Center Survey menemukan fakta bahwa 24% biaya yang dikeluarkan dalam mengelola data center habis digunakan untuk sistem pendingin. Jika korporasi besar di Amerika Serikat bisa menghabiskan dana 1,2 juta dollar untuk sebuah data center, 300 ribu dollar-nya lari ke biaya pendingin.

Memang seiring dengan berkembangnya teknologi VM(Virtual Machine), efisiensi  dari sebuah mesin server semakin hari semakin tinggi. Semakin kecil tenaga yang dikeluarkan semakin kecil pula panas yang dihasilkan. Tapi meskipun begitu, seiring bertambahnya rak server yang sejalan dengan berkembangnya bisnis suatu perusahaan mengakibatkan jarak setiap rak server semakin rapat. Hai inilah yang kemudian membuat sirkulasi udara di dalam data center menjadi terhambat.

Data dari IDC juga menyimpulkan bahwa sebagian besar server bahkan tidak dapat melampaui batas efisiensi  wajar yang diukur dalam satuan PUE (Power Usage Efficiency). Satuan tersebut memuat perbandingan antara total tenaga yang dibutuhkan dengan tenaga yang benar-benar terpakai untuk kepentingan IT.

Sebagai perbandingan, nilai 1.0 PUE memiliki arti bahwa data center tersebut sangatlah efisien. Sedangkan angka 2.0 sampai 3.0 dapat dikategorikan sebagai sangat tidak efisien. Google dan Facebook sudah memenuhi nilai efisiensi ini dengan skor masing-masing sebesar 1.12 dan 1.04.

Lalu apa yang dapat kita lakukan agar suhu data center dapat terjaga tanpa membuat bengkak tagihan listrik? Pada tahun 2010 Bob Sulivan dari IBM memperkenalkan konsep “lorong panas/dingin.”  Konsep ini mewajibkan sebuah data center menaruh rak server saling berhadapan . Akan ada dua jenis lorong, lorong panas dan lorong dingin.

Susahnya Mengatur Sirkulasi Udara di Data Center 1

Konsep hot/cold aisle yang dikemukakan oleh Bob Sulivan.

Lorong panas adalah lorong di mana server saling berhadapan. Lorong ini tempat server menghembuskan udara panas. Di atas lorong ini pula exhaust system diletakkan sehingga dapat langsung menyedot udara panas keluar.

Sedangkan untuk lorong dingin, di sinilah tempat di mana server saling membelakangi. Udara dingin dihembuskan dari bawah lorong ini. Di atas rak server biasanya diletakan sekat agar udara dingin dan panas tidak tercampur.

OK.Kalau cara ini efektif dan efisien untuk menjaga suhu data center, pasti semua data center memakai konsep ini bukan? Jawabannya tidak! Kenapa? Faktor manusia sangat berpengaruh dalam menentukan desain sebuah data center.

Dalam konsep yang dirancang oleh Bob Sulivan ini akan membuat suhu udara di dalam setiap lorong  (aisle) menjadi tidak nyaman untuk bahkan sekedar dilewati oleh manusia. Suhu lorong ‘panas’ di mana rak server saling berhadapan akan membuat petugas data center yang biasa melakukan maintenance merasa gerah.  Sementara udara di lorong ‘dingin’ tetap harus bebas dari semua hal yang dapat mengganggu sirkulasi udara seperti badan manusia.

Selain itu konsep ini, juga memerlukan perhitungan yang akurat tentang lebar lorong, tekanan udara, dan suhu udara di luar ruangan. Jika Anda merasa tertantang dengan permasalahan teknis data center, Anda dapat mengikuti pelatihan/training CDCP di INIXINDO Jogja.

Sebuah Era Digitalisasi Resmi Dimulai Di Boyolali

Sebuah Era Digitalisasi Resmi Dimulai Di Boyolali

Sebuah Era Digitalisasi Resmi Dimulai Di Boyolali

Pada hari Rabu tanggal 14 Februari 2018 lalu, Inixindo Jogja mendapatkan undangan untuk acara peresmian Smart City Center Kabupaten Boyolali. Dalam acara ini Bupati Boyolali, Seno Samodro menyampaikan bahwa peresmian gedung Smart City Center ini sebagai tonggak dimulainya era digitalisasi di Kabupaten Boyolali.

“Semuanya akan dilakukan secara bertahap di kota dan di kecamatan-kecamatan,” ujar Bupati Boyolali Seno Samodro dalam acara Peresmian Gedung Smart City dan dan Launching  VOIP di kompleks Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Gedung Smart City Center ini merupakan fasilitas Data Center di Kabupaten Boyolali.

Sebuah Era Digitalisasi Resmi Dimulai Di Boyolali 2

“Bupati Boyolali Seno Samodro menyampaikan pidato sambutan.” (source: Pemkab. Boyolali)

Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah ini, memang sedang gencar dalam menerapkan konsep smart city. Bupati Boyolali juga menyampaikan keinginannya agar konsep Smart City ini tidak hanya bermanfaat bagi pegawai di lingkungan pemerintah daerah saja tapi bisa dirasakan oleh seluruh warga Boyolali.

Pemerintah Kabupaten Boyolali menjanjikan akan menyediakan layanan VOIP hasil kerja sama dengan Inixindo Jogja bagi seluruh warga Kabupaten Boyolali. VOIP ini akan dibarengi dengan fasilitas Wi-fi gratis yang akan ditempatkan secara bertahap di tempat-tempat publik di 19 kecamatan di Boyolali.

Berkesempatan hadir dalam acara ini, Bapak Andi Yuniantoro, Direktur PT. Inixindo Widya Iswara (Inixindo Jogja) sebagai konsultan teknologi informasi yang telah bekerja sama dalam penyusunan masterplan Smart City di Boyolali. Masterplan tersebut sebenarnya sudah disusun sejak Desember 2016 lalu.

Selain perancangan masterplan, Inixindo Jogja bersama Diskominfo Kab. Boyolali juga bersama-sama mengembangkan aplikasi VOIP yang telah dibahas sebelumnya di atas. Aplikasi ini diharapkan dapat mempermudah komunikasi dengan warga Boyolali dengan dinas-dinas yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali.

Penasaran Dengan Penjaga Data Center Milik Google?

Penasaran Dengan Penjaga Data Center Milik Google?

Siapa sih yang tak tahu perusahaan search engine raksasa seperti Google? Kita pastinya membayangkan sebuah bangunan raksasa yang dipenuhi dengan rak server canggih mirip dengan yang ditampilkan di film-film sci-fi.

Yup! Anda memang tidak salah. Google memang memiliki jaringan yang terdiri dari beberapa data center yang tersebar di berbagai belahan dunia. Salah satu dari beberapa data center tersebut terletak di Negara Bagian North Carolina, Amerika Serikat.

Jika Anda mengira bahwa data center merupakan tempat yang tertutup dengan pengamanan yang berlapis-lapis, tidak halnya dengan data center milik Google di kota Lenoir ini. Google memperbolehkan media atau orang umum untuk datang berkunjung dan sekedar melihat-lihat apa yang ada di dalam fasiltas raksasa ini.

Tidak hanya itu saja, bagi Anda yang tidak mau bersusah payah untuk naik pesawat selama 12 jam hanya untuk ingin tahu apa saja yang ada di dalam data center tersebut, Anda bisa melihat bagian dalam data center milik Google melalui Streetview. Coba saja klik link ini, Anda akan diarahkan langsung ke halaman website data center milik Google dan dapat langsung mengulik dalaman dari data center itu.

Walaupun Google membuka isi dari data center miliknya, hal ini tidak membuat data center milik Google lepas dari pengawasan. Selalu ada pendukung teknis atau yang bahasa kerennya disebut sebagai technical support.

Di dalam tampilan Streetview ini kita juga bisa berjumpa dengan salah satu penjaga data center.

Penasaran Dengan Penjaga Data Center Milik Google? 3

Tapi tunggu! Sepertinya yang ada di tampilan Streetview tersebut adalah Stormtrooper. Benar-benar candaan khas Google. Mereka sengaja melindungi privasi dan keamanan pegawainya dengan cara yang unik.

Orang-orang yang menjaga server milik Google 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu ini bertugas memastikan semua berjalan lancar, mulai dari suhu, sirkulasi udara, kelistrikan, ataupun kondisi hardware. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki tugas berat ini harus memiliki sertifikasi khusus di bidang data center seperti CDCP (Certified Data Center Professionals).

Jika Anda berminat untuk menjadi profesional di bidang data center layaknya Storm Trooper di Google Data Center, Anda bisa mendapatkan training untuk sertifikat CDCP di Inixindo Jogja. Anda bisa melihat silabus pelatihan CDCP di sini.