Tingkatan Pusat Data dan Persyaratannya, dari Tier I hingga Tier IV

Tingkatan Pusat Data dan Persyaratannya, dari Tier I hingga Tier IV

Data Center atau Pusat Data merupakan hal yang wajib dimiliki oleh organisasi di era digital, terlebih jika organisasi memiliki data digital yang berukuran besar atau yang biasa disebut Big Data. 

Pusat Data juga menjadi pilihan terbaik untuk penyimpanan dan pengamanan data organisasi yang bersifat rahasia. Pusat Data juga menjadi inti dari semua aktivitas data digital yang dimiliki oleh organisasi, sebab disitulah semua data disimpan, diolah dan diproses.

Pusat data adalah fasilitas yang digunakan untuk menempatkan sistem komputer dan komponen terkait, seperti sistem penyimpanan dan telekomunikasi. Infrastruktur ini sangat penting bagi bisnis yang ingin memastikan data mereka aman, terorganisir, dan mudah diakses.

Dalam Pusat Data sendiri terdapat berbagai peralatan dan fasilitas penunjang untuk menjamin data tersedia kapan saja, atau istilahnya uptime dari kerja server selama 24 jam setiap harinya. 

Pusat Data juga memiliki tingkatan tersendiri, yang disebut dengan tier. Tier ini merupakan tingkatan yang menunjukkan perbedaan antara teknologi dan tingkat keamanan dari data center tersebut.

Tingkatan atau klasifikasi tier pada Pusat Data ini pertama kali muncul pada 1990-an. Mulanya klasifikasi ini berkembang dari sebuah terminologi bersama ke dalam sebuah standar global untuk kepentingan validasi bagi pihak ketiga dalam hal kelayakan infrastruktur Pusat Data.

Saat itu, Uptime Institute memberikan sertifikasi tier dan menjadi standar bagi pelaku bisnis Pusat Data di seluruh dunia dan membuat suatu sistem klasifikasi untuk Pusat Data. Dari situlah klasifikasi tier pertama kali dikenalkan.

Uptime Institute mengklasifikasikan pusat data ke dalam empat tingkatan (Tier 1 hingga Tier 4) berdasarkan keandalan, redundansi, dan ketersediaan infrastruktur.

Lembaga lainnya yang memberikan standarisasi pada pusat data adalah Telecommunications Industry Association 942 atau TIA-942. 

TIA-942 menetapkan persyaratan untuk desain fisik pusat data, termasuk tata letak ruang, jalur kabel, dan sistem distribusi daya.

Standar ini menekankan pentingnya redundansi dalam semua aspek infrastruktur, mulai dari daya hingga pendinginan dan jaringan.

TIA-942 mengklasifikasikan pusat data ke dalam empat tingkat (Tier 1 hingga Tier 4) berdasarkan tingkat redundansi dan ketersediaannya​

Ilustrasi Pusat Data

Tingkatan Pusat Data

Tier I: Basic Site Infrastructure

Pusat data Tier I adalah tingkatan paling dasar. Pusat data ini menyediakan kapasitas minimum yang diperlukan untuk mendukung operasi TI dasar. Infrastruktur yang dimiliki biasanya hanya terdiri dari satu jalur untuk distribusi daya dan pendinginan, tanpa adanya redundansi.

Pusat data Tier I menawarkan infrastruktur minimal dengan ketersediaan 99.671%. Ini berarti downtime maksimal yang diizinkan adalah sekitar 28,8 jam per tahun. Pusat data ini tidak memiliki redundansi dalam pasokan daya dan pendinginan, serta tidak ada jalur cadangan untuk komponen kritis. Meskipun begitu, Tier I bisa menjadi solusi yang ekonomis bagi organisasi yang masih bisa mentoleransi waktu henti yang lebih tinggi.

Tier II: Redundant Site Infrastructure Capacity Components

Pusat data Tier II menyediakan komponen kapasitas yang redundan untuk meningkatkan keandalan dibandingkan Tier I. Namun, tetap menggunakan satu jalur distribusi untuk daya dan pendinginan.

Pusat data pada tingkat ini menyediakan beberapa komponen redundan untuk meningkatkan keandalan. Dengan ketersediaan 99.741%, downtime maksimal yang diizinkan adalah sekitar 22 jam per tahun. 

Pusat data Tier II dilengkapi dengan unit pendingin, generator, dan UPS (Uninterruptible Power Supply) yang redundant. Ini membuatnya lebih tahan terhadap kegagalan komponen dibandingkan dengan Tier I, menjadikannya cocok untuk organisasi yang memerlukan uptime yang lebih tinggi namun masih dapat mentoleransi downtime tertentu.

Tier III: Concurrently Maintainable Site Infrastructure

Tier 3 adalah pusat data yang dapat dikelola secara bersamaan, artinya pemeliharaan atau penggantian komponen dapat dilakukan tanpa perlu mematikan sistem. Ini karena Tier 3 memiliki jalur distribusi ganda dan komponen redundan.

Pusat data pada tingkat ini dirancang untuk memungkinkan pemeliharaan sistem tanpa menghentikan operasional. Dengan ketersediaan mencapai 99.982%, downtime maksimal hanya sekitar 1,6 jam per tahun. 

Pusat data Tier III memiliki redundansi dan jalur cadangan penuh untuk semua komponen, memungkinkan pemeliharaan atau perbaikan tanpa mematikan sistem. Hal ini sangat cocok untuk perusahaan yang membutuhkan tingkat ketersediaan tinggi dan tidak dapat mentoleransi downtime.

Tier IV: Fault Tolerant Site Infrastructure

Tier 4 adalah tingkatan tertinggi dalam sistem pusat data. Infrastruktur ini dirancang untuk tahan terhadap gangguan baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan, dengan sistem yang independen dan terisolasi secara fisik.

Pusat data Tier IV menawarkan toleransi kesalahan penuh dengan ketersediaan mencapai 99.995%, yang berarti downtime maksimal hanya sekitar 26,3 menit per tahun. 

Dengan infrastruktur yang sepenuhnya redundan dan sistem toleransi kesalahan, Tier IV mampu menahan kegagalan perangkat keras atau insiden tanpa mengganggu operasional. Ini adalah pilihan ideal untuk organisasi yang tidak dapat menerima downtime sama sekali.

Next Upcoming Event

Executive Class Pengelolaan Keamanan Informasi

3 December 2024
  • 00

    days

  • 00

    hours

  • 00

    minutes

  • 00

    seconds

Regulasi Pusat Data di Negara-negara Maju, dari Uni Eropa hingga Kanada

Regulasi Pusat Data di Negara-negara Maju, dari Uni Eropa hingga Kanada

Pusat Data menjadi salah satu hal yang sangat vital untuk organisasi yang sudah bertransformasi digital. Pusat data bekerja dalam menyimpan, memproses dan mengelola data. Sebagai infrastruktur IT, pusat data mendukung semua aspek kehidupan modern, mulai dari aplikasi bisnis hingga komunikasi sehari-hari. 

Namun, keberadaan pusat data yang semakin banyak juga menimbulkan tantangan baru. Hal yang menjadi tantangan adalah terkait keberlanjutan, efisiensi energi, dan perlindungan data pribadi.

Tantangan Pusat Data

Karena banyaknya pusat data, tentu menimbulkan tantangan tersendiri. Pusat data membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk menjalankan segara hardwarenya, mulai dari server hingga perangkat pendingin. Hal ini memunculkan kekhawatiran tentang dampak lingkungan, terutama dalam hal emisi karbon.

Diperkirakan pusat data di seluruh dunia mengkonsumsi sekitar 1 persen jumlah total listrik global dan menghasilkan emisi karbon yang signifikan, seperti dilansir dari Intelligent CIO

Selain itu, meningkatnya jumlah data yang disimpan juga menimbulkan masalah pada perlindungan data pribadi, dengan risiko pelanggaran keamanan dan privasi yang semakin tinggi.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, berbagai negara maju telah mengembankan berbagai sousi terkait regulasi untuk pusat data. Regulasi ini bertujuan untuk meningkatkan keberlanjutan, efisiensi energi, dan keamanan data dalam pusat data.

Ilustrasi Pusat Data

Regulasi Pusat Data di Negara-negara maju

Uni Eropa

Keberlanjutan dan Efisiensi Energi

Uni Eropa menjadi perkumpulan negara pertama yang menerapkan regulasi ketat terkait keberlanjutan dan efisiensi energi untuk pusat data. Salah satu inisiatif utamanya adalah Climate Neutral Data Center Pact yang memiliki tujuan untuk mencapai netralitas karbon pada 2030.

Inisiatif ini mencakup target spesifik untuk Power Usage Effectiveness atau PUE, yaitu metrik yang digunakan untuk mengukur efisiensi pusat data. 

Mulai 1 Januari 2025, pusat data baru yang dibangun di Uni Eropa harus mencapai PUE tahunan sebesar 1,3 di iklim dingin dan 1,4 di iklim panas.

Sebagai contoh, Amsterdam adalah salah satu kota pertama yang menerapkan batas PUE tahunan sebesar 1,2 untuk pusat data baru. Seperti dilansir dari Uptime Institute, kota ini juga memperkenalkan inisiatif penggunaan lahan yang efisien, pemanfaatan kembali panas, dan desain multi-lantai untuk mendorong keberlanjutan. 

Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga membantu meningkatkan efisiensi pusat data.

Perlindungan Data

Dalam hal perlindungan data, Uni Eropa memiliki standar yang sangat tinggi, yang disebut dengan GDPR atau General Data Protection Regulation.

Regulasi ini sudah mulai berlaku sejak 2018 dan menetapkan aturan ketat tentang bagaimana data pribadi harus dikumpulkan, disimpan, dan digunakan.

Seperti dilansir dari Usercentrics, GDPR mewajibkan organisasi untuk mendapatkan persetujuan dari individu sebelum mengumpulkan data mereka. 

Selain itu, organisasi juga wajib memberikan hak kepada individu atau pemilik data untuk mengakses, memperbaiki, dan menghapus data pribadi mereka.

Amerika Serikat

Keberlanjutan dan Efisiensi Energi

Di Amerika Serikat, Department of Energy atau DOE telah mengalokasikan sebanyak USD 42 miliar untuk mendukung solusi pendinginan hemat energi sebagai bagian dari upaya mencapai emisi karbon nol bersih pada 2050. 

Meski demikian, ada resistensi yang signifikan terhadap regulasi pemerintah yang ketat, dengan banyak industri yang lebih memilih regulasi mandiri dibandingkan intervensi pemerintah.

Perlindungan Data

Perlindungan data di Amerika Serikat bersifat terfragmentasi di tingkat negara bagian. Dilansir dari Usercentrics, hingga tahun 2024, 14 negara bagian telah memiliki undang-undang perlindungan data mereka sendiri. 

Misalnya, California dengan California Consumer Privacy Act (CCPA) telah menetapkan standar tinggi untuk pengelolaan data pribadi. Namun, kemajuan menuju undang-undang perlindungan data federal yang komprehensif masih lambat. 

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang semakin luas telah menimbulkan perhatian baru terhadap privasi data, yang mungkin mendorong legislasi federal yang lebih kuat di masa depan​

Kanada

Perlindungan Data

Kanada sedang dalam proses memperbarui kerangka kerja perlindungan datanya melalui Digital Charter Implementation Act (Bill C-27). RUU ini akan menggantikan regulasi PIPEDA yang sudah berusia lebih dari 20 tahun dan memperkenalkan Consumer Privacy Protection Act (CPPA) serta Personal Information and Data Protection Tribunal Act. 

CPPA akan menetapkan aturan baru tentang akses dan penggunaan informasi pribadi di sektor swasta, sedangkan Tribunal Act akan membentuk pengadilan administratif untuk meninjau beberapa keputusan dari Komisioner Privasi Kanada dan memberlakukan hukuman untuk pelanggaran CPPA​

Australia

Perlindungan Data

Australia memiliki Privacy Act yang telah ada sejak tahun 1988, dengan tambahan undang-undang di tingkat negara bagian dan wilayah. 

Pada tahun 2022, Privacy Act mengalami amandemen, dan pada tahun 2023, laporan tinjauan yang mengandung 116 rekomendasi untuk memperkuat perlindungan data dan privasi diterbitkan. 

Beberapa pelanggaran data profil tinggi dalam beberapa tahun terakhir telah menambah tekanan untuk meningkatkan regulasi ini, dan perubahan yang lebih besar diharapkan terjadi pada tahun 2024​

Ilustrasi pusat data

Regulasi Pusat Data Sebagai Upaya Peyeimbangan

Regulasi pusat data di negara-negara maju mencerminkan upaya untuk menyeimbangkan kebutuhan operasional dengan tanggung jawab lingkungan dan perlindungan data. 

Di Uni Eropa, fokus pada keberlanjutan dan perlindungan data sangat kuat, dengan inisiatif seperti Climate Neutral Data Centre Pact dan GDPR yang menetapkan standar global. 

Di Amerika Serikat, meskipun ada resistensi terhadap regulasi pemerintah yang ketat, langkah-langkah menuju efisiensi energi dan perlindungan data terus berkembang, meskipun lebih lambat. 

Kanada dan Australia juga sedang melakukan pembaruan besar pada kerangka kerja perlindungan data mereka untuk menyesuaikan dengan tantangan digital yang terus berkembang.

Dengan regulasi yang semakin ketat dan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan perlindungan data, masa depan pusat data di negara-negara maju akan terus mengalami perubahan yang signifikan. 

Langkah-langkah ini tidak hanya penting untuk menjaga operasi pusat data yang efisien dan aman, tetapi juga untuk memastikan bahwa data pribadi individu tetap terlindungi dalam era digital yang semakin kompleks.

Next Upcoming Event

Executive Class Pengelolaan Keamanan Informasi

3 December 2024
  • 00

    days

  • 00

    hours

  • 00

    minutes

  • 00

    seconds

Pusat Data di Perbankan dan Sektor Finansial, Seberapa Penting?

Pusat Data di Perbankan dan Sektor Finansial, Seberapa Penting?

Perbankan dan sektor finansial menjadi salah satu industri yang sangat bergantung pada perkembangan teknologi. Terlebih di era digital seperti sekarang, perbankan dan sektor finansial perlu menggunakan teknologi informasi untuk tetap bertahan dan bersaing. 

Segala kegiatan perbankan dan sektor finansial kini dilakukan secara digital. Data-data nasabah dan transaksi pun disimpan oleh perbankan dan sektor finansial di data center atau pusat data.

Data center adalah fasilitas yang digunakan untuk menempatkan sistem komputer dan komponen terkait, seperti sistem telekomunikasi dan penyimpanan data. Di dalamnya terdapat server, penyimpanan, dan infrastruktur jaringan yang memungkinkan pengelolaan data dalam skala besar. 

Bagi sektor perbankan dan finansial, data center bukan hanya sebuah tempat untuk menyimpan data, tetapi juga pusat dari berbagai aktivitas penting yang mencakup pemrosesan transaksi, analisis risiko, dan pengelolaan portofolio nasabah.

Data center atau pusat data memainkan peran yang krusial dalam memastikan kelancaran operasional, keamanan data, dan inovasi teknologi di perbankan dan sektor finansial. 

Ilustrasi Pusat Data

Pentingnya Data Center untuk Perbankan dan Sektor Finansial

Keamanan Data

Keamanan data menjadi prioritas yang paling utama dalam perbankan dan sektor finansial.Pengelolaan pusat data yang baik tentu akan meningkatkan perlindungan informasi sensitif pelanggan dan data finansial dari berbagai ancaman siber. 

Data center yang dikelola dengan standar tinggi dilengkapi dengan lapisan keamanan seperti firewall, enkripsi data, dan sistem deteksi intrusi yang terus menerus memantau aktivitas mencurigakan.

Berbagai ancaman siber seperti hacking, malware, dan serangan-serangan lainnya dapat menimbulkan kerugian yang besar untuk perbankan dan sektor finansial. 

Maka perbankan dan sektor finansial perlu pengelolaan pusat data yang komprehensif, mencakup implementasi protokol keamanan yang ketat dan pemantauan real-time untuk mencegah terjadinya serangan-serangan siber.

Selain itu, pusat data yang aman dan memastikan data nasabah tetap terlindungi akan menjaga kepercayaan dan reputasi instansi.

Ilustrasi pusat data

Kepatuhan terhadap regulasi

Selain keamanan, kepatuhan akan regulasi menjadi salah satu alasan penting yang menekankan pentingnya pengelolaan pusat data. Perbankan dan sektor finansial diatur oleh berbagai peraturan ketat, sebab sektor ini adalah sektor yang paling rawan. 

Di Indonesia sendiri, ada beberapa aturan terkait perbankan dan sektor finansial yang perlu dipatuhi, seperti Peraturan Bank Indonesia No. 19/12/PBI/2017 tentang Penyediaan Infrastruktur Teknologi Informasi oleh Bank, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 38/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum, dan masih banyak regulasi-regulasi lainnya.

Pengelolaan data center yang tepat memastikan bahwa semua data disimpan dan diproses sesuai dengan regulasi yang berlaku. 

Kepatuhan ini tidak hanya melindungi instansi dari denda dan sanksi, tetapi juga memastikan bahwa operasi berjalan sesuai dengan norma hukum yang berlaku. Tentu pemenuhan regulasi juga akan meningkatkan kepercayaan nasabah akan layanan perbankan dan sektor finansial.

Ilustrasi pusat data

Keberlanjutan Operasional

Keberlanjutan operasional merupakan aspek penting yang memastikan bahwa layanan perbankan dan sektor finansial tetap tersedia tanpa gangguan. 

Data center yang dikelola dengan baik menyediakan infrastruktur yang redundant, yang berarti ada sistem cadangan yang siap digunakan jika terjadi kegagalan sistem utama. Hal ini mencakup penyediaan listrik cadangan, pendinginan yang efektif, dan jaringan komunikasi yang handal.

Prosedur pemulihan bencana juga merupakan bagian integral dari pengelolaan pusat data. Dalam kasus bencana alam atau kegagalan teknis besar, pusat data harus dapat memulihkan operasional dengan cepat untuk meminimalisir downtime dan kerugian finansial. 

Dengan demikian, pengelolaan pusat data yang efektif memastikan bahwa bank dan institusi finansial dapat beroperasi secara terus-menerus dan melayani pelanggan tanpa henti.

Keandalan dan ketersediaan

Keandalan dan ketersediaan data merupakan aspek penting lainnya dalam pengelolaan pusat data. Layanan perbankan dan finansial harus tersedia setiap saat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 

Data center yang dikelola secara profesional memastikan uptime yang tinggi dan pemantauan terus-menerus untuk mencegah downtime.

Keandalan pusat data mencakup penggunaan perangkat keras yang berkualitas tinggi, pemeliharaan rutin, dan pemantauan sistem secara real-time. Ini memastikan bahwa semua komponen infrastruktur berfungsi optimal dan siap menangani lonjakan beban kerja kapan saja. 

Next Upcoming Event

Executive Class Pengelolaan Keamanan Informasi

3 December 2024
  • 00

    days

  • 00

    hours

  • 00

    minutes

  • 00

    seconds

Memahami SNI 8799 tentang Pusat Data dan Standar-Standar Lainnya

Memahami SNI 8799 tentang Pusat Data dan Standar-Standar Lainnya

Di era digital yang kian berkembang pesat, data bagaikan emas yang sangat berharga untuk berbagai sektor. Dari data pribadi, transaksi keuangan, hingga informasi bisnis yang sensitif, semuanya tersimpan rapi di dalam pusat data (data center). Pusat data menjadi garda terdepan dalam melindungi aset digital yang tak ternilai harganya.

Meski demikian, dibalik perannya yang krusial, pusat data tak luput dari berbagai potensi risiko. Kebocoran data, downtime, hingga serangan siber dapat merugikan bagi sebuah organisasi. 

Maka dari itu, standar-standar pusat data hadir sebagai panduan penting untuk memastikan keamanan, keandalan, dan efektivitas infrastruktur data.

Standar-standar ini tak hanya menjadi acuan bagi para pengelola pusat data, tetapi juga memberikan jaminan bagi para pengguna layanannya. 

Dengan memenuhi standar yang ditetapkan, pusat data menunjukkan komitmennya dalam menjaga keamanan dan kelancaran akses informasi bagi para pengguna.

Standar-standar untuk pusat data

Standar pusat data bagaikan kompas yang mengarahkan pengelola infrastruktur data dalam membangun dan mengoperasikan fasilitas yang aman, andal, dan efisien. 

Standar ini bukan sekadar aturan baku, melainkan pedoman yang teruji dan diakui secara global untuk memastikan kelancaran operasi dan terjaganya aset digital berharga.

Berikut beberapa standar yang digunakan dalam pusat data:

Uptime Institute (TI) Data Center Tier

Klasifikasi tingkat keandalan dan ketahanan pusat data berdasarkan infrastruktur dan sistem yang digunakan. Terdiri dari empat tingkatan (Tier I-IV), dengan Tier IV menjadi yang tertinggi, menandakan kemampuan pusat data untuk beroperasi tanpa henti bahkan di tengah kondisi terburuk.

ISO/IEC 27001

Standar internasional untuk sistem manajemen keamanan informasi (ISMS) yang membantu mengidentifikasi, mengelola, dan meminimalkan risiko keamanan data. Standar ini mencakup aspek-aspek seperti kontrol akses, manajemen risiko, dan pelatihan karyawan.

Payment Card Industry Data Security Standard (PCI DSS)

Standar keamanan data untuk industri kartu pembayaran yang memastikan kerahasiaan dan integritas data kartu. Dibuat oleh Dewan Industri Pembayaran Kartu (PCI Council), standar ini wajib diterapkan oleh semua organisasi yang memproses, menyimpan, atau mentransmisikan data kartu pembayaran.

BS 25700

Standar praktik terbaik untuk manajemen fasilitas pusat data, termasuk desain, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan. Standar ini membantu memastikan bahwa pusat data dirancang dan dioperasikan dengan cara yang aman, efisien, dan ramah lingkungan.

Indonesia: SNI 8799

SNI 8799 adalah standar nasional Indonesia yang mengatur tentang manajemen pusat data. 

Standar ini dikembangkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan diadopsi dari berbagai standar internasional, termasuk ISO/IEC 27001, Uptime Institute, dan TIA-942.

 

SNI 8799 tentang Pusat Data

SNI 8799, atau Standar Nasional Indonesia (Indonesian National Standard) 8799, adalah serangkaian pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia untuk memastikan keselamatan dan keamanan pusat data. 

Standar ini bertujuan memberikan kerangka kerja untuk desain, konstruksi, dan operasi pusat data, sehingga pusat data tersebut memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk keamanan data dan integritas.

 

 
Ilustrasi pusat data

Komponen Utama SNI 8799

Standar SNI 8799 terdiri dari beberapa komponen utama yang harus dipenuhi oleh pusat data:

  1. Keselamatan Fisik: Standar ini menekankan pentingnya langkah-langkah keselamatan fisik, termasuk pengawasan akses, sistem pengawasan, dan fasilitas penyimpanan yang aman.
  2. Keselamatan Jaringan: SNI 8799 memerlukan pusat data untuk mengimplementasikan langkah-langkah keselamatan jaringan yang solid, seperti firewall, sistem deteksi intrusi, dan enkripsi.
  3. Backup dan Recovery Data: Standar ini menekankan pentingnya backup data reguler dan rencana recovery bencana untuk memastikan kontinuitas bisnis dalam event bencana.
  4. Sistem Listrik dan Pendingin: SNI 8799 memerlukan pusat data untuk memiliki sistem listrik dan pendingin yang reliabel untuk memastikan operasi peralatan yang lancar.
  5. Kontrol Lingkungan: Standar ini menekankan pentingnya pusat data untuk mempertahankan lingkungan yang dikontrol, termasuk suhu, kelembaban, dan kualitas udara.

Manfaat SNI 8799

Pelaksanaan SNI 8799 menawarkan beberapa manfaat bagi pusat data, termasuk:

  1. Peningkatan Keselamatan Data: Standar ini memastikan pusat data memiliki langkah-langkah keselamatan yang solid untuk melindungi data sensitif.
  2. Peningkatan Kontinuitas Bisnis: SNI 8799 memerlukan pusat data untuk memiliki rencana recovery bencana, memastikan kontinuitas bisnis dalam event bencana.
  3. Peningkatan Efisiensi: Standar ini mempromosikan penggunaan sistem listrik dan pendingin yang efisien, mengurangi konsumsi energi dan biaya.
  4. Kemampuan Kompatibilitas dengan Peraturan: SNI 8799 memastikan pusat data memenuhi peraturan dan standar yang relevan, mengurangi risiko denda dan sanksi.

SNI 8799 adalah standar yang sangat penting bagi pusat data di Indonesia, memberikan kerangka kerja untuk memastikan keselamatan dan keamanan pusat data. 

Dengan memahami komponen utama dan manfaat SNI 8799, pusat data dapat memastikan keterlaksanaan standar dan memberikan lingkungan yang aman dan reliabel untuk operasionalnya.

Bagaimana Cara Membangun Infrastruktur Data Center yang Baik? Ketahui Tipsnya Berikut Ini

Bagaimana Cara Membangun Infrastruktur Data Center yang Baik? Ketahui Tipsnya Berikut Ini

Supaya perusahaan bisa bersaing di era transformasi digital seperti saat ini, sangat memerlukan adanya data center.

Mengapa? Sebab, data center tersebut mampu mendukung sebuah bisnis melalui penyimpanan, komputasi, dan jaringan.

Data center bisa menyediakan ruang penyimpanan dan pengelolaan data pada sebuah bisnis serta dilengkapi dengan berbagai metode pencadangan serta pemulihan.

Kemudian, terdapat juga memori dan processing power yang berguna untuk mengelola aplikasi dan transaksi bisnis perusahaan.

Data center juga menawarkan layanan konektivitas bagi penggunanya melalui interkoneksi antar komponen serta penyebaran di banyak jaringan.

Data center di berbagai skala perusahaan

Kehadiran data center ini bagi perusahaan besar dan mapan, dibutuhkan untuk memastikan keberlanjutan dan kestabilan operasi dalam operasional bisnis.

Sebuah perusahaan yang memiliki ribuan aplikasi bisnis dan jutaan pertukaran data setiap harinya, tentu membutuhkan satu atau lebih data center untuk menangani beban kerja yang besar.

Tidak hanya bagi perusahaan besar saja, sebab perusahaan kecil membutuhkan data center untuk mengelola aktivitas perkembangan bisnis mereka.

Cara membangun infrastruktur data center

Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membangun data center yang baik, antara lain:

1. Pastikan sumber energi cadangan yang memadai

Cadangan listrik adalah salah satu poin penting dalam membangun data center. Lama waktu operasional sebuah data center menjadi salah satu tolak ukur tier dari data center tersebut.

 

2. Membiat lapisan arsitektur data center

Ada tiga lapisan arsitektur yang cukup penting, yaitu lapisan bisnis, servis, serta infrastruktur IT.

Pada lapisan bisnis ada enterprise resource planning serta aplikasi lainnya. Kemudian, pada lapisan servis meliputi mail services, print services, dan lain-lain.

Selanjutnya, pada lapisan infrastruktur IT terdapat server, ruang penyimpanan, perangkat jaringan, lalu sumber energi dan perangkat pendingin.

 

3. Pengaturan tata letak perangkat data center dengan tepat

Usahakan sistem UPS ditempatkan jauh dari server agar terhindar dari paparan elektromagnetik. Kemudian, perhatikan jarak antara bagian depan rak (cold aisle) maupun jarak bagian belakang rak (hot aisle) dan lain sebagainya.

 

4. Gunakan sistem pendingin hemat energi

Mengingat sebuah data center aktif selama 24 jam, serta perangkatnya akan mengeluarkan panas terus menerus, maka dibutuhkan sistem pendingin pada data center.

Usahakan untuk memilih sistem pendingin yang hemat dan memanfaatkan sirkulasi hot and cold aisle agar biaya listrik lebih hemat.

Mau Belajar Lebih Lanjut?

Jika Anda ingin belajar lebih lanjut mengenai topik di atas, ikuti training di Inixindo Jogja.

Dalam training tersebut, Anda bisa mendapat pendampingan instruktur sehingga proses pemahaman terhadap topik dapat lebih cepat.

Menariknya lagi, Anda juga bisa memiliki sertifikasi dari topik yang sudah diikuti. Sertifikasi tersebut menjadi bukti bahwa Anda sudah benar-benar paham dan ahli di bidang terkait.

Tak hanya itu saja, dengan memiliki sertifikasi juga menjadi modal besar untuk perkembangan karir Anda.

Tunggu apalagi? Langsung saja hubungi kami melalui kontak tertera di bawah ini.

Email:

marketing@inixindojogja.co.id

Telp / Whatsapp:

+62-274-515448