https://www.rapa-puru.com/ https://ingemantspa.cl/ https://103.63.25.105/
https://fmipa.unpad.ac.id/wp-includes/robopragma/ https://unram.ac.id/wp-content/slot88/ https://fmipa.unpad.ac.id/wp-content/vvip2024/
– Inixindo Jogja
Apa Saja Unsur-unsur Keamanan Informasi dalam Sebuah Organisasi?

Apa Saja Unsur-unsur Keamanan Informasi dalam Sebuah Organisasi?

Keamanan Informasi merupakan salah satu aspek penting di era digital, terlebih untuk organisasi yang menggunakan teknologi informasi.

Membangun pondasi keamanan yang kuat adalah penting dalam dunia bisnis yang terus berkembang. Artikel ini akan membahas unsur-unsur keamanan informasi yang penting dalam sebuah organisasi.

Data perusahaan adalah aset yang berharga dan perlu dilindungi. Sedangkan keamanan informasi adalah tentang bagaimana melindungi data sensitif dan menghindari ancaman yang mungkin terjadi, seperti serangan siber, pelanggaran data, dan kebocoran informasi.

ilustrasi Keamanan Informasi

Unsur-unsur keamanan informasi

Dalam penerapannya, keamanan informasi memiliki berbagai unsur, diantaranya:

Klasifikasi data

Pertama-tama, data perlu diklasifikasikan berdasarkan sensitivitasnya. Data yang sangat sensitif, seperti data pelanggan atau data keuangan, memerlukan tingkat perlindungan yang lebih tinggi.

Akses yang dikendalikan

Pastikan bahwa hanya individu yang berwenang yang memiliki akses ke data sensitif. Hak akses harus dikelola secara ketat, termasuk autentikasi ganda jika diperlukan.

Enkripsi

Data perlu dienkripsi saat berpindah antar perangkat atau saat disimpan. Enkripsi melindungi data dari akses yang tidak sah.

Pemantauan Aktivitas

Implementasikan sistem pemantauan yang dapat mendeteksi aktivitas mencurigakan atau insiden keamanan. Ini memungkinkan tindakan segera jika ada ancaman.

Pelatihan Kesadaran Keamanan

Melatih karyawan tentang praktik keamanan yang baik dan ancaman yang mungkin dihadapi adalah langkah penting. Karyawan harus memahami peran mereka dalam menjaga keamanan informasi.

Kebijakan Keamanan Informasi

Implementasikan kebijakan yang jelas dan panduan tentang keamanan informasi. Pastikan bahwa karyawan memahami dan mengikuti aturan ini.

Manajemen Risiko

Lakukan penilaian risiko secara berkala untuk mengidentifikasi potensi ancaman baru. Hal ini memungkinkan pengambilan tindakan pencegahan yang sesuai.

Respons Terhadap Insiden

Siapkan rencana respons insiden yang dapat digunakan jika terjadi insiden keamanan. Ini membantu dalam mengurangi dampak insiden.

Kepatuhan Regulasi

Pastikan organisasi mematuhi peraturan dan hukum yang berkaitan dengan keamanan informasi. Ini terutama penting dalam industri yang diatur ketat seperti keuangan dan kesehatan.

Kesimpulan

Membangun pondasi keamanan informasi yang kuat adalah investasi penting bagi setiap organisasi. Keamanan informasi melindungi data sensitif, menjaga reputasi, dan menghindari kerugian finansial. Ini bukan hanya tanggung jawab departemen IT, melainkan tanggung jawab bersama seluruh organisasi.

Dengan memahami dan mengimplementasikan unsur-unsur keamanan informasi yang penting, organisasi dapat memastikan bahwa data sensitif mereka terlindungi dengan baik dan menghindari potensi ancaman yang dapat membahayakan kelangsungan bisnis.

Ingin meningkatkan pengelolaan keamanan informasi di organisasi Anda?

Ikuti Exclusive Class Pengelolaan Keamanan Informasi, KLIK DISINI

DTAC - Cyber Security Governance with ISO 27001
Tidak Hanya Terkait Produk, Design Thinking Bisa Diaplikasikan untuk Keamanan Informasi

Tidak Hanya Terkait Produk, Design Thinking Bisa Diaplikasikan untuk Keamanan Informasi

Design Thinking merupakan salah satu metode inovatif yang mendapatkan perhatian besar di berbagai industri. 

Meskipun Design Thinking erat kaitannya dengan pengembangan produk dan pengalaman pengguna, ternyata Design Thinking juga memiliki peran penting dalam hal keamanan informasi.

Lalu, bagaimana sebenarnya peran Design Thinking dalam hal keamanan informasi? berikut penjelasannya:

Pemahaman terhadap pengguna (User-centric approach)

Design Thinking memiliki prinsip utama yaitu memahami kebutuhan dan perspektif pengguna.

Ketika prinsip Design Thinking ini diterapkan pada keamanan informasi, pendekatan ini memungkinkan organisasi untuk melihat sistem dan kebijakan keamanan dari sudut pandang pengguna. 

Dengan lebih memahami cara pengguna berinteraksi dengan teknologi, kita dapat mengidentifikasi potensi celah keamanan dan mengambil tindakan yang lebih baik untuk melindungi data mereka.

Identifikasi ancaman dan kelemahan (Empathy for Security)

Design Thinking juga mendorong empati terhadap potensi ancaman dan kerentanan.

Dengan mengasumsikan peran seorang penyerang, organisasi dapat merancang skenario serangan dan mengidentifikasi titik lemah dalam sistem keamanan. 

Hal ini memungkinkan untuk mengambil tindakan proaktif dalam memperkuat keamanan informasi, mengurangi risiko potensial.

Pengujian dan iterasi (Prototyping and testing)

Design Thinking menggunakan pendekatan yang berbasis iterasi. Artinya, langkah-langkah awal dalam pengembangan sistem keamanan tidak selalu sempurna.

Dengan menerapkan salah satu prinsip Design Thinking ini, organisasi dapat merancang, mengimplementasikan, dan menguji solusi keamanan kemudian memperbaikinya berdasarkan hasil pengujian.

Penerapan prinsip ini memungkinkan peningkatan yang berkelanjutan dalam keamanan informasi.

Kolaborasi tim

Design thinking mendorong kerja sama tim multidisiplin, yang dapat berarti melibatkan ahli keamanan, pengembang, desainer UX, dan pemangku kepentingan lainnya. 

Dengan menggabungkan perspektif yang beragam, organisasi dapat memastikan bahwa solusi keamanan yang dirancang bukan hanya kuat dari segi teknis, tetapi juga memperhatikan pengalaman pengguna dan kebutuhan bisnis.

Kreativitas dalam menghadapi tantangan keamanan

Salah satu aspek paling menarik dari design thinking adalah dorongan untuk berpikir kreatif dalam mengatasi tantangan. 

Dalam konteks keamanan informasi, ini dapat berarti mencari solusi yang tidak konvensional untuk melindungi data. 

Dengan memungkinkan kreativitas, organisasi dapat menemukan cara baru untuk menghadapi ancaman siber yang terus berkembang

Kesimpulan

Design Thinking bukan hanya membuat produk yang lebih baik, namun juga tentang menciptakan lingkungan yang lebih aman. 

Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Design Thinking dalam upaya keamanan informasi, maka organisasi dapat lebih baik dalam memahami pengguna, mengidentifikasi ancaman, menguji solusi, dan menghasilkan inovasi dalam perlindungan data dan sistem mereka. 

Dengan begitu, Design Thinking bukan hanya menjadi metode untuk menciptakan pengalaman yang lebih baik, namun juga untuk menjaga keamanan di era digital.

Keamanan Cyber Semakin Penting, Presiden Bentuk BSSN

Keamanan Cyber Semakin Penting, Presiden Bentuk BSSN

Keamanan Cyber Semakin Penting, Presiden Bentuk BSSN

Masalah keamanan siber (cyber), saat ini sudah merupakan suatu hal yang sangat penting. Tidak kokohnya keamanan siber bahkan bisa mengancam keamanan suatu bangsa. Sebagai contoh adalah kasus Nigerian Scammer yang menjaring korban dengan berbagai modus. Nigerian Scammer menyebabkan kerugian hingga mencapai Rp 500 miliar per tahun.

Pada tingkatan yang lebih tinggi, cyber crime bahkan bisa mengancam kedaulatan negara. Kasus cyber crime pada saat pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016 silam bahkan membuat Secret Service turun tangan.

Karena permasalahan cyber crime yang semakin pelik, pada 3 Januari lalu, Presiden Joko Widodo membentuk Lembaga Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Lembaga ini dipimpin oleh Djoko Setiadi dan bertanggung jawab langsung pada Presiden.

Badan ini dibentuk melalui Peraturan Presiden nomor 53 tahun 2017 yang kemudian direvisi dengan Perpres nomor 133 tahun 2017. Dalam tugasnya, Kepala BSSN akan dibantu oleh sekretariat utama dan empat deputi, yakni Deputi Bidang Identifikasi dan Deteksi, Deputi Bidang Proteksi, Deputi Bidang Penanggulangan dan Pemulihan dan Deputi Bidang Pemantauan dan Pengendalian.

Dalam Perpres, disebutkan bahwa BSSN bertugas melaksanakan keamanan siber secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan, mengembangkan dan mengonsolidasikan semua unsur yang terkait dengan keamanan siber.

Dijelaskan pula, BSSN punya delapan fungsi. Di antaranya terkait dengan identifikasi, deteksi, proteksi dan penanggulangan e-commerce, persandian, diplomasi siber, pusat manajeman krisis siber, pemulihan penanggulangan kerentanan, insiden dan/atau serangan siber.

Keamanan Cyber Semakin Penting, Presiden Bentuk BSSN 1

Dengan dibentuknya BSSN ini, maka untuk selanjutnya pelaksanaan seluruh tugas dan fungsi di bidang keamanan informasi, pengamanan pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet, dan keamanan jaringan dan infrastruktur telekomunikasi pada Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Lembaga Sandi Negara akan dilaksanakan oleh BSSN.

Namun setelah dibentuknya BSSN juga timbul pertanyaan, apakah fungsi Badan ini tidak tumpang tindih dengan institusi lain yang lebih dulu ada? Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto menilai, tugas BSS tidak akan tumpang tindih dengan badan siber yang ada pada institusi lain. Menurut Wiranto, tugas BSSN justru memproteksi seluruh kegiatan siber secara nasional.

“Supaya tidak tumpang tindih maka dibentuk BSSN. Nanti kan ada satu sistem dimana akan justru mereduksi adanya tumpeng tindih itu,” kata Wiranto seperti dikutip dari kompas.com.

Kegiatan pengamanan siber, menurut Wiranto bukan barang baru di Indonesia, ia mengatakan, di Badan Intelijen Negara (BIN) juga ada kegiatan siber. Selain itu, Kementerian Pertahanan, TNI, Kepolisian dan bahkan para pebisnis pun memiliki divisi pengamanan siber. BSSN akan memayungi, memproteksi, menyinkronkan dan mengharmoniskan semua kegiatan siber yang ada.

“Sebab kalau itu kita lepaskan masing-masing, maka akan terjadi overlapping, terjadi cross yang kemudian tidak menguntungkan kepentingan nasional,”ujar Wiranto.

Keamanan Cyber Semakin Penting, Presiden Bentuk BSSN 2

Hal senada juga dikatakan oleh Kepolisian RI (Polri). Polri memastikan BSSN tidak akan tumpang tindih dengan Direktorat Tindak Pidana (Dittipid) Siber Polri. Sebab nantinya tugas dan kewajiban BSSN akan berbeda dengan Polri.

“Nanti akan disinkronisasi supaya tidak terjadi tumpang tindih karena semuanya untuk satu tujuan, yakni demi keamanan dan ketertiban dunia siber,” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto seperti dikutip dari tempo.co.

Baik BSSN maupun Dittipid Siber Polri sama-sama dibentuk untuk mengantisipasi perkembangan dunia siber yang begitu cepat. Keduanya bertugas melakukan pemantauan serta mengondisikan suasana di area siber agar betul-betul tenang dan aman.

Setyo mengatakan Polri saat ini belum menerima arahan dari Presiden terkait pembagian wewenang BSSN dan Dittipid Siber Polri. “Mungkin nanti dalam waktu dekat,” kata Setyo.