https://www.rapa-puru.com/ https://ingemantspa.cl/ https://103.63.25.105/
– Inixindo Jogja
Media Sosial: Musuh Atau Teman?

Media Sosial: Musuh Atau Teman?

Media Sosial: Musuh Atau Teman?

Saat ini, sekitar 40% dari populasi dunia adalah pengguna media sosial. Dan pengguna media sosial ini menghabiskan rata-rata dua jam setiap hari untuk menggunakan fitur-fitur dalam media sosial seperti share, like, tweeting dan posting.

Media sosial memainkan peran besar dalam hidup manusia modern. Lalu, apakah kita telah mengorbankan kesehatan mental dan waktu kita karena bermain media sosial? Bagaimana pengaruh media sosial untuk hidup kita?

Para ahli pun melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana dampak media sosial bagi hidup kita. Namun karena media sosial adalah perangkat yang masih relatif baru, maka kesimpulan yang didapat masih terbatas. Penelitian juga mengandalkan kesaksian dan pelaporan diri para responden, yang seringkali masih bias. Selain itu, sebagian besar penelitian ini masih berfokus hanya pada Facebook. Dan berikut adalah hasil penelitian tersebut seperti yang disarikan dari BBC.

STRESS

Media Sosial: Musuh Atau Teman? 1Saat ini, manusia menggunakan media sosial untuk melampiaskan segala hal, mulai dari ketidakpuasan pelayanan yang mereka alami hingga politik. Namun kelemahannya adalah, penggunaan media sosial semacam ini sering kali menyerupai aliran stress yang tiada akhir. Pada tahun 2015, para peneliti di Pew Research Center yang berbasis di Washington DC berusaha untuk mengetahui, apakah media sosial malah memproduksi lebih banyak stress daripada menguranginya?

Dalam survei terhadap 1.800 orang, wanita dilaporkan lebih rentan mengalami stress daripada pria. Twitter ditemukan menjadi “kontributor signifikan”, karena meningkatkan kesadaran akan tingkat stress yang dialami orang lain.

Tapi Twitter juga bisa bertindak sebagai pencegah stress. Semakin banyak wanita yang menggunakannya, maka semakin sedikit stress yang mereka alami. Namun efek seperti ini tidak ditemukan pada pria. Menurut para peneliti, pria memiliki hubungan yang lebih jauh dengan media sosial. Para peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan media sosial hanya berkaitan dengan stress tingkat rendah.

SUASANA HATI

Media Sosial: Musuh Atau Teman? 2Pada tahun 2014, periset di Austria menemukan bahwa partisipan melaporkan suasana hati yang lebih buruk setelah menggunakan Facebook selama 20 menit dibandingkan dengan mereka yang hanya melihat-lihat internet. Studi tersebut menyebutkan, orang merasa demikian karena mereka menganggapnya sebagai pemborosan waktu.

Suasana hati yang baik atau buruk juga dapat “menular” di media sosial. Informasi yang buruk meningkatkan jumlah posting negatif sebesar 1%. Sedangkan berita yang baik membawa pengaruh lebih kuat, yaitu akan meningkatkan jumlah posting positif sebanyak 1,75%. Namun demikian, masih belum jelas apakah sebuah posting bahagia yang diunggah di media sosial, berasal dari ketulusan hati atau tidak.

DEPRESI

Media Sosial: Musuh Atau Teman? 3Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara depresi dan penggunaan media sosial. Dalam penelitian yang melibatkan lebih dari 700 siswa, ditemukan bahwa gejala depresi seperti suasana hati yang buruk, perasaan tidak berharga serta tidak berdaya, terkait dengan kualitas interaksi online. Periset menemukan tingkat gejala depresi yang lebih tinggi di antara mereka yang memiliki banyak interaksi negatif

Namun para ilmuwan juga melihat bagaimana media sosial dapat digunakan untuk mendiagnosis depresi dan dapat membantu penderita untuk mendapatkan pengobatan lebih awal.

TIDUR

Media Sosial: Musuh Atau Teman? 4Manusia biasanya menghabiskan malam dalam suasana gelap. Tapi saat ini, kita dimudahkan dengan banyaknya penerangan buatan baik siang ataupun malam. Penelitian menemukan, cahaya berlebihan pada malam hari, dapat menghambat produksi hormon melatonin tubuh.

Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar smartphone dan laptop, disebutkan sebagai penghambat yang terburuk. Dengan kata lain, jika Anda berbaring di bantal pada malam hari sambil memeriksa Facebook dan Twitter, Anda akan berpotensi mengalami gangguan tidur.

Nah, dari beberapa penelitian yang dilakukan para ahli, ternyata media sosial dapat berdampak baik dan buruk dalam hidup kita. Itu semua tergantung bagaimana kita menggunakan media sosial. Karena itu, jangan lupa untuk menggunakan media sosial dengan bijak.

CEO Facebook, Mark Zuckerberg Melawan Hoax

CEO Facebook, Mark Zuckerberg Melawan Hoax

CEO Facebook, Mark Zuckerberg Melawan Hoax

Tahun 2018 baru saja kita jajaki. Hampir setiap orang membuat resolusi atau target-target yang ingin dicapai pada tahun ini. Tak terkecuali dengan CEO Facebook Mark Zuckerberg. Hmmm..kira-kira apa ya resolusi yang dibuat oleh Zuckerberg untuk tahun ini?

Ternyata, resolusi Zuckerberg untuk tahun 2018 ini cukup serius dan sulit. Dia menantang dirinya sendiri agar melakukan sesuatu yang lebih baik lagi untuk pekerjaannya. Pada Kamis (4/1) lalu, Zuckerberg mengatakan bahwa resolusi pribadinya di tahun 2018 adalah mencegah agar Facebook tidak digunakan seseorang untuk merugikan masyarakat luas.

Dalam sebuah postingan di Facebook, Zuckerberg menyatakan, “Saat ini dunia merasa cemas dan terpecah, dan Facebook memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Seperti melindungi komunitas kita dari pelecehan dan kebencian, bertahan terhadap gangguan oleh suatu negara atau bangsa, dan memastikan bahwa seseorang menghabiskan waktunya di Facebook dengan baik. Tantangan pribadi saya untuk tahun 2018 adalah berfokus untuk memperbaiki isu-isu penting ini.”

Zuckerberg melanjutkan, “Kami tidak akan bisa mencegah semua kejahatan atau pelecehan, namun saat ini kami membuat terlalu banyak kesalahan dalam menegakkan kebijakan kami. Dan jika kami berhasil mencegah penyalahgunaan instrumen kami, maka kami akan mengakhiri tahun 2018 dalam lintasan yang jauh lebih baik. ”

Pengakuan akan kekurangan Facebook dalam melindungi programnya, muncul setelah mereka melalui tahun yang berat. Facebook, bersama dengan Twitter dan Google, mendapat kecaman sejak pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2016 atas perannya dalam menyebarkan berita palsu.

Akhir tahun lalu, eksekutif dari Facebook , Twitter dan Google dicecar oleh Kongres Amerika Serikat atas peran mereka dalam pemilihan umum 2016. Beberapa anggota Kongres menyatakan kekhawatiran mereka akan ketidakmampuan jejaring sosial ini untuk melindungi diri mereka sendiri.

CEO Facebook, Mark Zuckerberg Melawan Hoax 5

Setelah bertahun-tahun mempertahankan berbagai pendapat yang optimis tentang jejaring sosial, akhirnya Zuckerberg harus mengakui sisi gelap dari apa yang mereka bangun.

Dalam sebuah posting yang sangat jujur, Zuckerberg pernah meminta maaf karena cara kerja Facebook yang dibangunnya telah digunakan untuk memecah belah, bukan untuk menyatukan masyarakat.

Dan pada posting yang dia unggah di Facebook Kamis lalu, dia mengatakan akan meminta bantuan sekelompok ahli untuk berdiskusi bersama dan membantu mengatasi masalah ini.

Tahun 2017 dihabiskan oleh Facebook untuk mencoba mengatasi kekhawatiran masyarakat dengan tepat. Perusahaan ini melakukan pertarungan global untuk melawan berita palsu. Sepanjang 2017, Facebook telah membobol puluhan ribu akun palsu serta membuat iklan di surat kabar untuk mencari dan menemukan berita palsu.

Ternyata memang tidak main-main resolusi Zuckerberg tahun ini. Meskipun sulit, namun hal ini memang harus dilakukan. Semakin lama masyarakat sudah jengah dengan begitu banyaknya informasi palsu yang tersebar di Facebook. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah kelompok masyarakat yang percaya begitu saja dengan berita-berita tak bertanggung jawab yang mereka temukan di Facebook.

Ayo Facebook, kamu bisa melawan berita-berita palsu yang membuat pertikaian dan perpecahan!