Masalah yang sering dialami dalam pengembangan microservices adalah saat microservices tersebut membutuhkan environment dan dependencies yang berbeda-beda. Inilah yang melatarbelakangi istilah ‘dependency hell’ di mana mengurusi dependencies agar tidak mengganggu service yang lain membuat kita merasa berada di neraka. Tentunya hal ini dapat menghambat produktivitas dari developer maupun sysadmin.

Poin itulah yang coba disampaikan Yanuar Hadiyanto selaku pembicara dalam acara Comday tanggal 11 April 2019 kemarin dengan tema”Mengembangkan Microservices Menggunakan Docker” di EduparX, Inixindo Jogja. Dalam acara ini, Yanuar mengenalkan teknologi Docker yang menggunakan konsep kontainer di mana sebuah software dikemas bersama dengan environment dan dependency-nya masing lalu diisolasi sehingga tidak mengganggu software lain yang berada dalam satu sistem.

 

Comday Recap : Mengembangkan Microservice Menggunakan Docker 2 Comday Recap : Mengembangkan Microservice Menggunakan Docker 3

 

“Fungsi Docker sebenarnya mirip dengan Virtual Machine (VM). Akan tetapi, Docker dapat menghemat penggunaan resource hardware karena tidak seperti VM yang berjalan dengan sistem operasi sendiri dan menggunakan virtualisasi hardware,” ujar lelaki yang juga merupakan instruktur di Inixindo Jogja ini.

Dalam mengenalkan teknologi Docker dalam pengembangan microservices ini, Yanuar juga melakukan sesi demo. Di sesi ini, Yanuar mengunduh kontainer yang telah dibuat oleh orang lain dan menjalankan beberapa kontainer tersebut dalam satu OS. Acara ini ditutup dengan sesi tanya jawab.

***

Bagi Anda yang tertarik untuk mempelajari Docker untuk menegembangkan microservices, Inixindo Jogja akan mengadakan kelas pelatihan “Microservices With Docker” pada bulan Mei mendatang. Nantikan informasi selanjutnya dari kami dengan mengaktifkan notifikasi untuk situs ini!