
Webinar Optimasi Bandwidth dan Manajemen Traffic dengan Mikrotik
Inixindo Webinar
Optimasi Bandwith dan Manajemen Traffic dengan Mikrotik
Waktu
28 Juli 2021
Mulai
14.00
Waktu Indonesia Barat
Daftar gratis sekarang untuk mendapatkan aksesnya!
Waktu Indonesia Barat
Daftar gratis sekarang untuk mendapatkan aksesnya!
Computer Hacking Forensic Investigator atau CHFI merupakan salah satu sertifikasi IT security, dan ada baiknya untuk Anda miliki. Mengingat, semakin maraknya kasus cybercrime saat ini.
Dalam menangani kasus cybercrime, dibutuhkan pengetahuan mengenai proses penanganan insiden hacking dan cybercrime, di mana mencakup teknik investigasi komputer (digital investigation), baik itu pengumpulan dan pengamanan bukti, forensik digital, serta standar pemulihan data komputer serta perangkat mobile.
Teknik investigasi komputer tersebut, dapat digunakan instansi kepolisian, pemerintah, dan entitas perusahaan global untuk mengumpulkan bukti-bukti serta melakukan analisis pada bukti-bukti tersebut.
Sehingga bisa menjadi bukti dalam pengadilan untuk menangkap dan mempidanakan pelaku cybercrime.
Semakin populernya Computer Hacking Forensic Investigator ini sendiri, tidak lepas dari kasus cybercrime yang semakin kerap terjadi, bahkan parahnya menimbulkan kerugian dalam bentuk materi yang tidak sedikit.
Menurut studi rutin yang dilakukan The World Economic Forum (WEF), cybercrime merupakan salah satu ancaman terbesar di dunia karena selain memiliki kemungkinan besar dan berpotensi untuk membuat dampak yang cukup besar.
Maka tidak heran, memiliki bukti keahlian dalam bidang cyber security seperti Computer Hacking Forensic Investigator ini, menjadi nilai tambah dan bisa dikatakan sebagai investasi bagi karir Anda di masa depan.
Mungkin Anda masih bertanya-tanya, mengapa sebenarnya Anda perlu mengikuti Computer Hacking Forensic Investigator atau CHFI ini.
Terdapat sangat banyak alasan yang bisa menguatkan alasan, mengapa Anda sangat perlu mengikuti Computer Hacking Forensic Investigator.
Pertama, program Computer Hacking Forensic Investigator sangat disesuaikan dengan kebutuhan pasar saat ini, job task analisis, serta fokus industri baru khususnya pada keterampilan forensik
Kemudian, Computer Hacking Forensic Investigator sendiri merupakan vendor kursus yang netral dan telah mencakup semua solusi serta teknologi investigasi forensik
Di dalam Computer Hacking Forensic Investigator sendiri, sudah mencakup seluruh pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan memenuhi standar peraturan seperti ISO 27001, PCI DSS, SOX, HIPPA, dan lain sebagainya.
Dengan mengikuti Computer Hacking Forensic Investigator ini, tentu diharapkan Anda bisa memahami proses investigasi kejahatan komputer serta hukum yang terkait.
Anda juga bisa lebih paham mengenai berbagai jenis bukti digital, proses pemeriksaan bukti digital, serta kejahatan elektronik.
Tidak hanya itu saja, dengan mengikuti Computer Hacking Forensic Investigator, Anda juga bisa memahami proses penanganan pertama, alat penanganan pertama, mengamankan dan mengevaluasi TKP elektronik, serta bagaimana proses pengumpulan barang bukti.
Dalam Computer Hacking Forensic Investigator, Anda juga bisa memahami bagaimana cara memulihkan file dan partisi yang sudah dihapus dalam Windows, Linux, maupun perangkat mobile.
Ternyata, pelatihan Computer Hacking Forensic Investigator ini sendiri sangat direkomendasikan untuk diikuti beberapa pemilik kepentingan dari berbagai sektor industri, seperti:
Tapi adakah syarat yang perlu dimiliki sebelum mengikuti pelatihan Computer Hacking Forensic Investigator? Tentu saja, terdapat beberapa syarat yang diperlukan jika Anda ingin mengikuti pelatihan Computer Hacking Forensic Investigator atau CHFI ini.
Baca juga: Pentingnya Certified Ethical Hacker (CEH), Bisa Menjaga Kedaulatan Negara
Syarat pertama yang perlu Anda miliki, adalah memiliki pemahaman secara menyeluruh mengenai platform sistem operasi Windows, Linux, Android, iOs, dan lain sebagainya.
Kemudian, Anda juga diharuskan memiliki pengetahuan mengenai jaringan, paham juga mengenai dasar-dasar keahlian komputer, dan yang terakhir, Anda juga perlu memahami dasar dari keamnan IT.
Tentu sebelum mengikuti pelatihan Computer Hacking Forensic Investigator, mungkin Anda bertanya-tanya, apa sebenarnya manfaat yang bisa Anda dapatkan, dan tidak sekadar memiliki ilmu baru di bidang cyber security.
Tentunya, jika Anda berkecimpung di dunia cyber security, Anda perlu memiliki pengakuan dari keahlian Anda. Dengan memiliki kemampuan di bidang cyber security seperti Computer Hacking Forensic Investigator, maka bukan tidak mungkin, bisa menjadi nilai tambah bagi diri Anda.
Manfaat memiliki sertifikasi Computer Hacking Forensic Investigator yang paling terasa, salah satunya di dunia kerja atau karir Anda.
Dengan sertifikasi Computer Hacking Forensic Investigator yang Anda miliki, perusahaan akan tertarik untuk menjadikan Anda karyawan tetap di perusahaan, tentu dengan gaji menarik.
Atau, jika Anda sudah menjadi salah satu ahli IT di sebuah perusahaan, dengan memiliki Computer Hacking Forensic Investigator ini, bisa meningkatkan kepercayaan perusahaan pada Anda.
Tidak hanya itu, bahkan bukan tidak mungkin Computer Hacking Forensic Investigator akan menjadi syarat jika Anda akan naik ke level selanjutnya.
Jadi, sangat disayangkan jika Anda tidak segera mengikuti pelatihan Computer Hacking Forensic Investigator atau CHFI tersebut.
COBIT 5 telah hadir dan menjadi sebuah revolusi, terutama dalam bagaimana memandang manajemen serta tata kelola TI yang ada di dalam sebuah organisasi.
Di dalam COBIT 5, terdapat sejumlah perubahan yang cukup penting apabila dibandingkan dengan versi sebelumnya.
Lantas, terdapat pertanyaan yang muncul, yaitu apakah organisasi yang sudah mengeluarkan sejumlah investasi untuk mengimplementasikan COBIT versi sebelumnya, harus segera bermigrasi ke COBIT 5?
Tentu jawabannya “iya”. Sebab, zaman akan terus berkembang, begitu juga ilmu pengetahuan. Tentu, dengan begitu ada baiknya segera migrasi ke COBIT 5.
Jika dilihat lebih jauh, memang, migrasi menuju COBIT 5 tidak seperti migasi software dan hardware.
Hal ini sejalan dengan pendapat dari Sudarsan Jayaraman dalam sebuah artikel yang dia tulis dan telah dimuat di dalam bulletin Cobit Focus dari ISACA volume 3, pada Juli 2013 lalu.
Dirinya menyatakan, bahwa untuk berpindah ke COBIT 5 itu tidak seperti migrasi software, hardware atau platform tertentu.
Akan tetapi, proses migrasi tersebut perlu dilihat sebagai sebuah transisi dari bagaimana aktifitas dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari para para pemangku kepentingan.
Namun, akan muncul pertanyaan pastinya, apakah apa yang dilakukan dalam COBIT 5 ini tidak dilakukan pada COBIT versi sebelumnya?
Lalu, apa sebenarnya yang menjadi faktor pembeda antara COBIT 5 dari COBIT 4.1, dan apa saja manfaat yang bisa diambil dari COBIT 5 ini?
Nah, untuk membahasnya satu persatu, simak penjelasannya di bawah ini.
Meski COBIT 4.1 menjadi sebuah framework yang sangat populer, akan tetapi framework ini sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai framework TI, bukan framework bisnis organisasi.
Dalam COBIT 4.1 lebih menjelaskan kebutuhan TI sebagai sebuah model operasi dan pedoman praktik-praktik bagus dalam proses-proses TI.
Akan tetapi, di dalam COBIT 4.1 kurang memiliki perspektif tata kelola secara organisasi karena lebih berorientasi kepada proses TI.
Kendati COBIT 4.1 juga melakukan penyelarasan bisnis TI, yaitu dengan memetakan tujuan bisnis ke tujuan TI.
Sedangkan di sisi lain, pada COBIT 5 melakukan perubahan lebih jauh pada model proses tersebut, dengan memberi pembeda yang lebih jelas antara proses-proses dalam lingkup tata kelola dan proses-proses dalam lingkup manajemen.
Kemudian, sudah terdapat juga domain baru dalam model referensi proses yang diperkenalkan dalam COBIT 5, yaitu domain governance.
Hal ini tentunya menjadi sebuah perubahan besar yang bisa memberi kejelasan pada fungsi-fungsi manajemen, serta tata kelola di dalam sebuah organisasi.
Inovasi lain besar lainnya yang ada di COBIT 5 adalah diperkenalkannya lima prinsip utama, serta tujuh enabler yang menjadi pilar penyokong framework COBIT 5 ini.
Dengan adanya penambahan ini, maka COBIT 5 sendiri sudah mulai menyelaraskan dirinya lebih dekat dengan framework ISO 38500.
Meskipun, COBIT 5 masih mempertahankan model penurunan tujuan, seperti yang digunakan dalam COBIT 4.1.
Tapi, COBIT 5 sudah memasukkan identifikasi kebutuhan stakeholder sebagai titik awal dalam proses pemetaan tersebut.
Maka, berdasar kebutuhan stakeholder tersebut, kemudian diturunkan lebih jauh menjadi tujuan organisasi, tujuan TI, hingga akhirnya tujuan dari enabler.
Cukup berbeda dengan COBIT 4.1, di mana ujungnya adalah tujuan proses TI. Sementara dalam COBIT 5 penurunannya kepada tujuan dari enabler yang memiliki tujuh poin.
Selanjutnya, ada juga perbedaan signifikan lainnya yaitu dalam hal model asesmen proses yang dibawa oleh COBIT 5.
Model asesmen yang dibawa oleh COBIT 5 ini selaras dengan kebutuhan standard ISO 155004.
Ini mengartikan, bahwa asesmen yang dilakukan akan menjadi lebih ketat dan juga lebih akurat terhadap proses-proses yang relevan.
Pada dasarnya, dengan migrasi menggunakan COBIT 5, organisasi akan merasakan manfaat yang tentunya cukup siginifikan.
Beberapa manfaat dari COBIT 5 bagi organisasi antara lain adalah sebagai berikut:
Jika sebuah organisasi sudah implementasi COBIT 4.1 dan dirasa sudah mencapai tujuan organisasi itu sendiri, maka ada baiknya segera mempertimbangkan migrasi ke COBIT 5.
Sebab, dengan migrasi ke COBIT 5, artinya juga mengubah pengaturan tata kelola TI (IT Governance) menjadi tata kelola orgnisasi terhadap TI (Governance of Enterprise IT/GEIT).
Hal ini menyebabkan keterlibatan stakeholder organisasi memiliki peran yang amat sangat penting di dalam COBIT 5.
Namun, jika dijabarkan secara rinci, terdapat beberapa faktor yang mendukung keputusan organisasi untuk segera migrasi ke COBIT 5, antara lain:
– Langkap pengawasan yang diimplementasikan lebih berorientasi TI, dan cenderung tidak mencakup keseluruhan organisasi.
– Terjadinya kegagalan berulang dari proses-proses TI. Di mana hal tersebut disebabkan oleh permasalahan pada sisi layanan yang seharusnya dilakukan oleh sisi bisnis.
– Selanjutnya, penting juga mempertimbangkan migrasi ke COBIT 5 jika risiko yang bisa menjadi hambatan bisnis, masih saja tidak berkurang secara signifikan dan risiko TI tidak selaras dengan risiko organisasi.
Tentu saja terdapat pemicu-pemicu lainnya yang dapat mengarah kepada keputusan untuk migrasi ke COBIT 5.
Itulah mengapa, bagi organisasi yang sudah mengimplementasikan COBIT 4.1, pilihan untuk migrasi ke COBIT 5 adalah langkah yang diambil jika organisasi ingin berkembang.
Selain itu, dengan COBIT 5, organisasi bisa memperluas lingkup yang hanya inisiatif tata kelola TI, menjadi inisatif tata kelola organisasi secara lebih luas.
ITIL 4 adalah versi terbaru dari ITIL (Information Technology Infrastructure Library). ITIL 4 sendiri, tepatnya merupakan evolusi dari ITIL versi 3.
ITIL 4 memberikan transisi yang praktis dan fleksibel bagi organisasi, untuk mengadopsi cara kerja baru yang dibutuhkan oleh dunia digital modern.
Sebagai sebuah framework terkemuka untuk Manajemen Layanan TI, ITIL 4 tentunya perlu untuk Anda gunakan.
Dengan menggunakan ITIL 4, organisasi Anda bisa mengikuti perubahan dalam teknologi, bahkan bisa juga memberikan produk dan layanan inovatif, dengan lebih efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan pasar.
ITIL 4 sendiri dibangun berdasarkan kemajuan ITIL selama beberapa dekade, perkembangan praktik-praktik IT service management, customer experience, value, dan transformasi digital, serta melalui keselarasan yang lebih besar dengan cara kerja baru, seperti Lean, Agile, dan DevOps.
Tapi, mengapa ITIL 4 diperlukan dalam sebuah perusahaan?
Ini tidak lepas, karena ITIL 4 memiliki pendekatan yang paling baik untuk layanan manajemen TI di dunia.
ITIL 4 sendiri menawarkan pendekatan, berdasarkan best practice yang diadopsi dari sektor publik dan swasta internasional.
ITIL 4 telah banyak digunakan dan diadopsi banyak organisasi di dunia, baik dari pemerintahan, swasta, maupun pendidikan.
Di bawah ini ada beberapa organisasi yang sudah mengadopsi ITIL 4 dan versi pendahulunya:
Daftar di atas hanya sebagian kecil perusahaan yang sudah menggunakan ITIL 4.
Tentunya, masih banyak lagi organisasi yang mengadopsi ITIL 4 maupun versi pendahulunya, sebagai kerangka kerja IT Service Management mereka.
Sebagai gambaran, di Telkomsel sendiri adopsi ITIL nyatanya berdampak baik pada kinerja perusahaan.
Hal tersebut terbukti pada setiap tahun, Telkomsel menjadi penyumbang terbesar dari profit Telkom selama satu dekade terakhir.
ITIL 4 sebenarnya menggunakan dasar pendekatan yang sistematis, terutama untuk manajemen layanan TI.
Di sisi lain, adanya ITIL 4 juga bisa memberi manfaat bagi sebuah perusahaan, seperti:
1. ITIL 4 bisa meningkatkan Return on Investment (ROI) pada TI.
2. Selanjutnya, ITIL 4 juga bisa meningkatan kapabilitas dan produktivitas.
3. Tidak sampai situ saja, ITIL 4 ternyata mampu meningkatkan kepuasan pelanggan maupun pengguna.
4. Kemudian, ITI 4 juga bisa meningkatkan hasil pemanfaatan aset.
5. ITIL 4 juga bisa meningkatkan hubungan dan interaksi, antara penyedia layanan TI dengan pengguna maupun pelanggan.
6. Lalu, ITIL 4 akan membantu organisasi Anda untuk mengimbangi perubahan zaman, yang menuntut organisasi untuk terus berkembang.
7. Terakhir, ITIL 4 bisa membantu integrasi layanan TI.
Tentunya, manfaat-manfaat penggunaan ITIL 4 sendiri, secara nyata sudah dibuktikan oleh banyak organisasi di dunia yang mengadopsi ITIL 4 sebagai kerangka kerja layanan TI mereka.
Mungkin Anda sedikit penasaran mengenai apa saja yang akan dipelajari di dalam pelatihan ITIL 4.
Nah, Inixindo Jogja sebagai lembaga resmi pelatihan ITIL 4, akan memberikan sedikit gambaran mengenai outline pelatihan ITIL 4 tersebut, antara lain:
1. Pengenalan Kerangka Kerja ITIL 4.
2. Perbedaan ITIL 3 dengan ITIL 4.
3. Pengelolaan Layanan TIK (IT Service Management / ITSM).
4. Empat Dimensi Pengelolaan Layanan TIK
5. Service Value System.
6. Prinsip-Prinsip Panduan (Guiding Principles)
7. Service Value Chain
8. Continual Improvement Model.
9. 14 Praktik Pengelolaan Umum (General Management Practices).
10. 17 Praktik Pengelolaan Layanan (Service Management Practices).
11. 3 Praktik Pengelolaan Teknis (Technical Management Practices).
12. Persiapan dan Latihan Soal Ujian Sertifikasi ITIL 4 Foundation.
Setelah Anda berhasil mendapatkan sertifikasi ITIL 4 tersebut, tentu bisa Anda gunakan dalam menunjang karir Anda.
Ini tidak lain, karena sertifikasi ITIL 4 sendiri telah diakui secara internasional. Tidak sampai situ saja, bukan tidak mungkin, dengan memiliki sertifikasi ITIL 4, banyak perusahaan semakin tertarik untuk merekrut Anda.
Sebab, dengan memegang lisensi ITIL 4, Anda akan diakui secara resmi bisa dan mampu membawa perusahaan ke tujuan yang diharapkan.
Sejak dirilis, mungkin Anda belum paham apa sebenarnya perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1 yang merupakan generasi baru dari COBIT itu sendiri.
COBIT sebenarnya sudah sangat dikenal luas sebagai standard defacto, di mana COBIT ini menjadi framework tata kelola TI (IT Governance) dan yang terkait dengannya.
Framework ini, terus berevolusi sejak pertama kali diluncurkan tepatnya pada tahun 1996, hingga dirilisnya generasi terakhir yaitu COBIT 5 yang diluncurkan pada Juni 2012 silam.
Namun, yang menjadi dasar perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1, karena framework ini melakukan pergeseran-pergeseran beberapa paradigma.
Lantas di sinilah muncul pertanyaan, kenapa harus selalu berubah terus-menerus? Bukankah perubahan tersebut, justru membingungkan pihak yang akan mengadopsinya?
Ya, mungkin perubahan penyebab adanya perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1 tersebut akan menyulitkan pihak yang mengadopsinya.
Namun perlu disadari, bahwa segala hal di dunia ini akan selalu terus menerus berubah.
Terutama jika kita berbicara mengenai teknologi Informasi, dan pemanfaatannya yang sangat berkembang dengan cepat.
Pastinya perubahan di bidang teknologi informasi, akhirnya menuntut adanya perubahan dalam tata cara pengelolaannya juga.
Dengan begitu, framework tata kelola seperti COBIT juga perlu penyesuaian dengan berbagai perubahan yang terjadi.
Tidak hanya itu, munculnya perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1 ini, tidak lain karena konsep awal yang sudah sedemikian rupa dibangun, tapi masih terdapat kelemahan saat praktik dan adanya celah yang masih mungkin untuk diperbaiki serta disempurnakan.
Ada beberapa perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1 yang ternyata cukup penting. Apa saja perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1 tersebut?
Prinsip Baru dalam Tata Kelola TI
Perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1 yang pertama, ada pada prinsip baru dalam tata kelola TI untuk organisasi, yaitu Governance of Enterprise IT (GEIT).
Dalam COBIT 5 lebih berorientasi pada prinsip, dibanding pada proses.
Alasan dari orientasi pada prinsip, karena penggunaan prinsip-prinsip itu sendiri lebih mudah dipahami dan diterapkan dalam konteks enterprise dengan lebih efektif.
Penekanan pada Enabler
Selanjutnya, perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1 yaitu diberinya penekanan lebih kepada Enabler.
Memang, sebenarnya dalam COBIT 4.1 juga telah menyebutkan adanya enabler–enabler.
Akan tetapi, dalam COBIT 4.1 tidak menyebutnya secara gamblang dengan enabler.
Sementara perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1, yaitu disebutkannya secara gamblang dan spesifik mengenai keberadaan 7 enabler dalam implementasinya.
Di bawah ini terdapat tujuh enabler COBIT 5 dan perbandingannya dengan di dalam COBIT 4.1:
Di dalam COBIT 4.1, poin-poin ini tersebar ke dalam beberapa proses-proses COBIT 4.1.
Proses sendiri, menjadi hal yang sentral di dalam COBIT 4.1.
Beda dengan COBIT 5, di dalam COBIT 4.1 struktur organisasi tercermin dalam RACI chart yang mendefinisikan peran serta tanggung-jawab para pihak di dalam setiap proses.
Perihal kultur, etika, serta perilaku, poin ini hanya terselip di beberapa proses COBIT 4.1.
Di dalam COBIT 4.1 sendiri, informasi adalah salah satu sumber daya TI (IT resources).
Kemudian, di dalam COBIT 4.1, infrastruktur dan aplikasi, keduanya disatukan dengan layanan, kemudian dijadikan salah satu sumber daya TI juga.
Dalam COBIT 4.1, hanya disebutkan “orang” sebagai salah satu sumber daya. Meskipun, pada dasarnya mencakup juga keterampilan serta kompetensinya.
Model Referensi Proses yang Baru
Kemudian perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1 yang ke tiga, dalam COBIT 5 mendefinisikan model referensi proses yang baru, kemudian diberi tambahan domain governance serta beberapa proses, baik yang benar-benar baru atau yang dimodifikasi dari proses lama.
Selain itu, mencakup juga aktivitas organisasi secara end-to-end.
Selain menggabungkan dan menyempurnakan COBIT 4.1, Val IT, dan Risk IT ke dalam sebuah framework, COBIT 5 juga sengaja di jadikan lebih mutakhir.
Tujuannya untuk menyelaraskan dengan best practices yang ada, seperti misalnya ITIL v3 2011 maupun TOGAF.
Ada Proses-proses Baru di COBIT 5
Tidak sampai situ saja, perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1 sebenarnya sudah disinggung sebelumnya, bahwa di dalam COBIT 5 terdapat proses-proses baru, yang sebelumnya belum pernah ada di COBIT 4.1.
Selain itu, terdapat juga beberapa modifikasi di dalam proses-proses yang sudah ada pada COBIT 4.1.
Proses COBIT 5 Lebih Holistik
Dari beberapa hal tadi, sebenarnya secara sederhana dapat dikatakan, bahwa model referensi proses di dalam COBIT 5 ini sebenarnya mengintegrasikan konten dati COBIT 4.1, Risk IT dan Val IT.
Maka tidak heran, apabila keseluruhan proses-proses pada CobiT 5 ini jadi lebih holistik, lengkap dan dapat mencakup aktivitas bisnis dan IT secara end-to-end.
Dengan berbagai perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1 di atas, bisa disimpulkan bahwa COBIT 5 jelas menjadi sebuah inovasi dan penyempurnaan dari pendahulunya.
Maka tidak ada alasan untuk tidak segera migrasi dari COBIT 4.1 ke COBIT 5, agar Anda lebih siap menghadapi perubahan-perubahan di masa yang akan datang.