Beberapa hari yang lalu startup unicorn (atau decacorn) di bidang jasa angkut penumpang atau penumpang mengganti logonya setelah sekian lama berada di jajaran puncak tangga daftar aplikasi yang ada di Google Play di Indonesia. Netizen Indonesia yang ramah dan murah komentar tak mau ketinggalan obrolan seputar perubahan ini. Tak hanya perubahan logo yang menjadi bahasan netizen karena memang bukan hanya logonya saja yang berubah tapi user interface-nya juga berubah. Mulai dari icon-icon yang terdapat pada aplikasi hingga font.

Kenapa perubahan user interface ini ramai dibicarakan? Well, sebelum kita membahas mengapa user interface itu penting, yuk kita dalami dulu apa itu user interface, apa itu user experience (UX) dan mengapa penyebutan dua hal tersebut UI/UX sering dijadikan satu bagaikan komponen yang tak terpisahkan?

 

Apa itu UX?

UX adalah singkatan dari user experience. Hampir sama dengan arti literalnya, user experience berbicara tentang bagaimana pengalaman seorang user atau pengguna dalam menggunakan suatu produk. Yup, UX tidak melulu dikaitkan dengan software atau yang sekarang lebih sering kita sebut apps. Bahkan produk semacam closet duduk pun berhak memiliki UX yang baik. 

Pengembangan (development) user experience memiliki tujuan agar produk dapat memberikan suatu nilai kepada pengguna entah itu kemudahan, kenyamanan, kepuasan, estetika atau apapun itu sehingga user ingin terus menggunakan produk tersebut. Jika berbicara tentang produk software, fokus dari pengembangan user experience apalagi kalau bukan membuat wireframe dan struktur komponen-komponen yang ada dalam sebuah apps beserta fungsinya. 

 

Apa itu UI?

UI adalah akronim dari user interface sering diterjemahkan sebagai antarmuka pengguna. Hal ini juga bisa diartikan sebagai apapun yang ada di depan muka pengguna ketika mereka berinteraksi dengan suatu produk. Setiap halaman, tombol, icon, font, atau warna dalam sebuah aplikasi merupakan elemen-elemen yang ada dalam UI. Pengembangan software atau aplikasi belakangan ini semakin bersifat user centered menjadikan UI sebagai komponen utama.

Berbicara tentang UI tentu saja kita harus berbicara tentang desain, kegunaan, konten, dan masih banyak lain. Masih ingat beberapa dekade lalu ketika kita mengetikkan sebuah password di halaman web dan yang muncul masih berupa tulisan yang masih bisa dibaca bukan bulatan-bulatan kecil seperti sekarang ini? Yup, UI memang tidak hanya berbicara masalah estetika tapi juga keamanan.

 

Komponen dalam UI/UX

Penyebutan user interface dan user experience sering digabung sehingga tak sedikit yang bingung membedakan mana UI dan mana UX. Sebenarnya memang UI dan UX merupakan komponen yang tak terpisahkan, pengembangan UI akan percuma jika tidak memenuhi objective dari UX. Begitu pula pengembangan UX sepertinya tidak akan berjalan tanpa adanya UI. Dalam pengembangan UI/UX terdapat beberapa komponen penting yang berperan untuk ‘mengarahkan’ perilaku user dalam menggunakan suatu apps.

 

Information Architecture

Information architecture yang biasanya disingkat IA secara singkat adalah struktur dari segala bentuk informasi yang akan ditampilkan ke pengguna. IA merupakan bentuk paling dasar dari UI/UX baik itu web ataupun aplikasi native. Sebelum merancang information architecture kita harus memahami informasi apa saja yang dibutuhkan saat user membuka aplikasi kita. Tidak hanya ‘apa’ tapi kita juga harus tahu seberapa penting informasi tersebut bagi pengguna.

Membanjiri pengguna dengan semua informasi sekaligus dalam satu langkah dapat membuat pengguna bingung, membuatnya tak bisa mengingat poin utama yang ingin kita sampaikan, dan bahkan dapat menimbulkan ‘pengalaman buruk’ bagi pengguna karena merasa dipaksa. Oleh karena itu, mengapa setiap website terdapat ‘navigation bar’ yang membuat pengguna bisa memilih sendiri informasi apa saja yang ingin dia dapatkan.

Aktivitas utama dalam IA adalah mengorganisir informasi baik itu apa, kapan, di mana, dan bagaimana user mendapatkan informasi tersebut. Ada beberapa contoh metode untuk mengorganisir informasi dalam information architecture yaitu:

  • Hierarchical
    Metode pengorganisasian informasi berdasarkan hirarki didasari pada teori psikologi yang dikemukakan oleh Gestalt tentang hirarki visual di mana setiap elemen visual seperti bentuk, warna, letak, dan ukuran menyimpan informasi seberapa penting hal tersebut untuk dihiraukan. Metode inilah yang menyebabkan mengapa menu navigasi di suatu website walaupun terbilang kecil tapi terletak di atas dan ada di setiap halaman karena menu navigasi bukan informasi utama tapi informasi yang berfungsi sebagai penunjuk sesuai dengan namanya.
  • Sequential
    Metode pengorganisasian sequential adalah mem-breakdown informasi menjadi beberapa tahapan yang harus dilalui user satu per satu. Fungsi dari metode ini adalah agar user tidak lupa dengan informasi yang diberikan. Metode sequential banyak digunakan oleh e-commerce yang memiliki banyak detail informasi yang diberikan sebelum user melakukan pembelian.
  • Matrix
    Bisa dibilang metode pengorganisasian informasi yang magabut (makan gaji buta) karena metode ini melimpahkan kerjaan mengorganisir informasi kepada user. Sorting merupakan fitur yang menggunakan metode matrix. Tapi jangan senang dulu, metode ini sebenarnya agak merepotkan bagi seorang information architect karena menyusun jenis metadata apa saja yang berguna bagi user untuk setiap data cukup memakan waktu.

 

Interaction Design

Seperti yang semua orang tahu, user tidak hanya berperan pasif dengan cuma memandangi produk seperti layaknya karya seni. Mereka disebut user karena menggunakan suatu produk yang tentu saja terdapat interaksi di dalamnya. Oleh sebab itu, desain interaksi termasuk komponen yang tak kalah penting dalam pengembangan UI/UX.

Dalam produk software atau aplikasi, desain interaksi berbicara tentang bagaimana user mengklik, menekan, menggeser layar dan apa yang terjadi setelah itu. Desain interaksi yang baik itu mengacu pada ergonomi dan kebiasaan/perilaku dari pengguna. Salah satu contoh dari desain interaksi ini adalah bagaimana Google menerapkan ‘swipe’ (menggeser) untuk mengarsip email pada Gmail. Metode ‘swipe’ ini menggantikan metode ‘hold’ (menekan lama) karena metode ‘swipe’ dinilai lebih efisien dan praktis daripada ‘hold’ sedangkan jumlah rata-rata email masuk ke user semakin bertambah dari tahun ke tahun sehingga manfaat perubahan ini dapat dirasakan oleh pengguna.

 

Usability

Usability jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti kegunaan. Secara definisi usability adalah seberapa mudah pengguna menggunakan produk. Jika Anda pernah mendengar istilah ‘user-friendly’, hal tersebut merupakan tujuan dari komponen ini. Usability sering kali berbicara tentang seberapa familiar dan kompeten seorang pengguna dalam menggunakan fitur dari sebuah produk. Selain itu, usability juga berbicara tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi user untuk memahami apa yang harus dia lakukan untuk menggunakan suatu fitur dalam sebuah produk.

 

Wireframing

Wireframe merupakan prototype kasar dalam pengembangan UI/UX. Ketika kita sudah mempunyai IA, desain interaksi, dan konsep usability, saatnya bagi UI/UX designer untuk menyusun ketiga komponen dalam sebuah layout. Layout ini berfungsi sebagai acuan utama bagi engineer dalam proses produksi software atau aplikasi. Wireframe juga berguna dalam melakukan pre-test terhadap sebuah fungsi atau fitur.

 

Visual Design

Ketika wireframe sudah ada di tangan, sekarang saatnya bagi visual designer berkarya menuangkan ide-idenya dalam bentuk, warna, dan juga font. Walaupun ini merupakan komponen terakhir dalam UI/UX, visual design adalah komponen yang paling mudah untuk dapat dikenali, dikomentari, bahkan dicela. Ini terjadi karena visual design berada di garda depan sebuah UI/UX. Dari mata langsung jatuh ke hati, begitulah metafora yang sering dipakai oleh para pujangga untuk menggambarkan pentingnya peran elemen visual dalam membangun experience pengguna.

 

Pentingnya Pengembangan UI/UX untuk Sebuah Produk

Memberikan pengalaman yang baik bagi pengguna merupakan objective paling utama, tentunya setelah produk tersebut bisa digunakan. Seringkali UI/UX menjadi faktor penentu apakah pengguna mau untuk terus menggunakan produk tersebut atau tidak. Bahkan, UI/UX suatu produk turut menentukan asumsi seseorang terhadap produsen brand. Ya, UI/UX juga merupakan bagian dari branding. Maka tidak heran jika pengembangan UI/UX seharusnya mendapat perhatian lebih agar umur produk berlangsung lama.