https://www.rapa-puru.com/ https://ingemantspa.cl/ https://103.63.25.105/
https://fmipa.unpad.ac.id/wp-includes/robopragma/ https://unram.ac.id/wp-content/slot88/ https://fmipa.unpad.ac.id/wp-content/vvip2024/
– Inixindo Jogja
4 Kelebihan Kubernetes dalam Orkestrasi Kontainer

4 Kelebihan Kubernetes dalam Orkestrasi Kontainer

4 Kelebihan Kubernetes dalam Orkestrasi Kontainer

Kubernetes menjadi salah satu platform open-source yang banyak digunakan dalam manajemen workloads aplikasi, apa saja kelebihannya?

Dalam orkestrasi kontainer, ada dua nama besar yang seringkali disebut-sebut, yakni Kubernetes dan Docker Swarm. Keduanya memiliki peran yang sama pentingnya, yakni untuk menerapkan container di dalam cluster. Kubernetes ternyata menjadi salah satu yang paling favorit. Lalu, apa saja kelebihan Kubernetes untuk membantu orkestrasi?

1. Portabilitas

Kubernetes sangatlah portable dan fleksibel. Orchestration platform ini bisa dijalankan di atas berbagai infrastruktur, termasuk di on-premise data center, public cloud, private cloud, ataupun hybrid cloud. Kubernetes tidak hanya bisa digunakan dimana saja, namun juga bisa dijalankan dengan perintah yang sama.

2.   Skalabilitas

Secara otomatis, Kubernetes menskalakan cluster sesuai dengan kebutuhan anda. Tentunya hal ini bisa menghemat resource dan biaya yang perlu anda keluarkan. Fitur Kubernetes Cluster Autoscaler dan Horizontal Pod Autoscaler akan melakukan membuat cluster scale up secara otomatis dan dinamis untuk memenuhi permintaan.

3.  Konsistensi deployment

Kubernetes bisa di-deploy secara konsisten pada seluruh infrastruktur. Container memungkinkan untuk menerapkan konsep immutable infrastructure. Semua setup dan berbagai hal yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi bisa dimasukkan dalam container itu sendiri.

Container kemudian mengkonfigurasi diri mereka dengan cara yang sama setiap saat, konsistensi ini berarti programmer tidak perlu menghabiskan waktu lama untuk debugging, dan bisa lebih fokus pada fitur-fitur penting yang dibutuhkan dalam bisnis anda.

4. Otomatisasi

Hal yang biasa terjadi adalah perbedaan pendapat antara tim programmer dan tim operasional. Tim operasinal biasanya akan lebih konservatif dalam perubahan, sementara tim programmer mementingkan inovasi dan lebih dinamis.

Permasalahan ini bisa diselesaikan oleh kubernetes dengan otomasi yang dimilikinya. Sistemnya sangat stabil sehingga tidak mengganggu kinerja tim operasi. Selain itu, container akan menghemat waktu developer dengan menerapkan teknik rapid iteration cycle.

Dapatkan Artikel Ekslusif tiap Jum’at Pukul 07:09 langsung ke email kamu.

Container VS Virtual Machine

Container VS Virtual Machine

 

Salah satu kendala yang paling awal saat dihadapi oleh tim developer pada saat melakukan pengembangan app adalah kekhawatiran jika aplikasi yang mereka kembangkan tidak berjalan secara sempurna ketika ketika dideploy. Perbedaan konfigurasi di environment milik seorang developer dengan server atau dengan developer yang lain merupakan penyebab utamanya. Hal ini juga sering dirasakan oleh sysadmin ketika mereka hendak mengupdate kernel. Ada beberapa app dalam server mereka jadi bermasalah karena belum mendukung kernel terbaru.

Sebenarnya solusi untuk permasalahan ini sudah ada sejak lama dengan hadirnya teknologi virtualisasi. Ada dua macam teknologi virtualisasi yaitu virtual machine dan container. Apa saja perbedaan dua teknologi virtualisasi ini? Mari kita kupas satu per satu dari teknologi virtualisasi tersebut.

 

Apa itu Virtual Machine

Virtual machine (VM) adalah sebuah emulasi dari sebuah sistem komputer. Secara sederhana, virtual machine membuat kita bisa membagi resource hardware dari satu hardware fisik menjadi beberapa sistem komputer.

Sebagai contoh, kita memiliki satu PC yang memiliki prosesor dengan 4 core, RAM sebesar 8 GB serta harddisk 500GB misalnya. Tanpa VM tentu kita hanya bisa menginstall 1 OS atau beberapa OS tapi tak bisa berjalan bersamaan. Dengan VM, kita bisa membagi sistem komputer menjadi dua masing-masing memiliki prosesor 2 core,  RAM 4GB, serta harddisk 250GB dan tentu saja pembagian resource hardware tidak harus sama rata. Dengan ini, maka kita dapat menginstall OS di setiap sistem komputer dan dapat menjalankannya secara bersamaan sehingga kita seolah memiliki 2 PC yang berbeda.

Teknologi ini sering digunakan untuk server dan memunculkan istilah Virtual Private Server (VPS) tapi sedikit pula digunakan oleh app developer karena project yang sedang dikerjakannya memiliki platform yang berbeda dengan platform yang dimiliki.

 

Keunggulan VM

  • Resource hardware yang eksklusif sehingga tidak terganggu jika ada apps yang lain tiba-tiba membutuhkan resource yang tinggi
  • Memiliki management tools dan security tools yang sudah matang
  • Secara umum memiliki tingkat keamanan sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan container

 

 

Apa Itu Container

Berbeda dari VM, container adalah sebuah virtualisasi OS yang dapat membungkus suatu aplikasi beserta dependency dan environment-nya. Setiap container ini memiliki process yang terisolir sehingga tidak mengganggu host OS ataupun container yang lain. Prinsip container ini mirip dengan kontainer yang ada di kapal kargo di mana kapal kargo tersebut diibaratkan sebagai sistem komputer.

Jika dibandingkan dengan VM, secara pengaturan kontainer lebih mudah. Hal ini disebabkan karena konsep berbagi resource hardware dari container lebih fleksibel bila dibandingkan VM. Sebagai contoh, tadi disebutkan bahwa kita mempunyai 1 PC dengan 4 Core, RAM 8 GB, dan storage sebesar 500GB. Katakanlah kita mempunyai 2 container dengan kebutuhan RAM berbeda. Beberapa apps dalam container A membutuhkan RAM 5GB sedangkan apps dalam container B membutuhkan RAM 2GB. Dengan container, kita tak perlu menset kebutuhan hardware resource setiap container karena berada dalam satu sistem komputer. Sementara jika kita memakai VM dengan hardware resource yang sudah kita bagi sama rata seperti disebutkan di contoh sebelumnya, kita tidak mungkin memasang apps di container A di salah satu sistem komputer karena RAM maksimal yang bisa kita pakai hanyalah 4GB.

Faktor portabilitas juga menjadi kelebihan yang dimiliki oleh container. Para developer bisa membagikan container dengan format ISO image ke setiap perangkat yang dia pakai ataupun ke developer lain.

 

Platform Container

Linux Containers (LXC)

Platform ini merupakan cikal bakal lahirnya container. Linux Containers (LXC) ini adalah virtualisasi OS yang memungkinkan kita menjalankan beberapa sistem Linux di dalam satu sistem komputer secara bersamaan. Tentu saja platform ini hanya berlaku untuk Linux saja.

Docker

Pada awalnya, project pertama Docker adalah membangun single app LXC container, mengenalkan beberapa perubahan pada LXC sehingga lebih portabel dan fleksibel. Lama-kelamaan Docker berkembang hingga memiliki container runtime sendiri.

 

Keunggulan Container

  • Fleksibel dan scalable
  • Mengurangi resource yang dibutuhkan dalam IT Management
  • Waktu yang dibutuhkan untuk mengemas dan memasang app dalam container lebih cepat bila dibandingkan dengan VM

 

 

VM vs Container (Final Round)

Secara singkat, perbedaan antara VM dan Docker dapat dijabarkan dalam tabel berikut :

 

Virtual Machine

Container

Berat

Ringan

Performa terbatas pada konfigurasi VM

Performa maksimum tergantung pada hardware fisik

Virtualisasi pada level hardware

Virtualisasi pada level OS

Waktu start up dalam hitungan menit

Waktu start up dalam hitungan detik

Terisolasi penuh pada level hardware sehingga lebih aman

Terisolasi pada level proses

 

Tentu jika melihat rangkuman perbedaan antara VM dan Docker pada tabel di atas kita tahu bahwa VM dan container memiliki fungsi masing-masing. Untuk project yang bersifat monolitik di mana setiap apps yang kita kembangkan membutuhkan environment dan dependencies yang tidak terlalu berbeda maka menggunakan VM lebih bijak. Akan tetapi jika kita menggunakan arsitektur microservices dalam pengembangan software, penggunaan container lebih dianjurkan.

***

Jika Anda tertarik dalam pengembangan software dengan arsitektur microservice menggunakan Docker dan Kubernetes, Anda dapat mengikuti workshop cloud native di Inixindo Jogja.

 

Comday Recap : Mengembangkan Microservice Menggunakan Docker

Comday Recap : Mengembangkan Microservice Menggunakan Docker

Masalah yang sering dialami dalam pengembangan microservices adalah saat microservices tersebut membutuhkan environment dan dependencies yang berbeda-beda. Inilah yang melatarbelakangi istilah ‘dependency hell’ di mana mengurusi dependencies agar tidak mengganggu service yang lain membuat kita merasa berada di neraka. Tentunya hal ini dapat menghambat produktivitas dari developer maupun sysadmin.

Poin itulah yang coba disampaikan Yanuar Hadiyanto selaku pembicara dalam acara Comday tanggal 11 April 2019 kemarin dengan tema”Mengembangkan Microservices Menggunakan Docker” di EduparX, Inixindo Jogja. Dalam acara ini, Yanuar mengenalkan teknologi Docker yang menggunakan konsep kontainer di mana sebuah software dikemas bersama dengan environment dan dependency-nya masing lalu diisolasi sehingga tidak mengganggu software lain yang berada dalam satu sistem.

 

Comday Recap : Mengembangkan Microservice Menggunakan Docker 1 Comday Recap : Mengembangkan Microservice Menggunakan Docker 2

 

“Fungsi Docker sebenarnya mirip dengan Virtual Machine (VM). Akan tetapi, Docker dapat menghemat penggunaan resource hardware karena tidak seperti VM yang berjalan dengan sistem operasi sendiri dan menggunakan virtualisasi hardware,” ujar lelaki yang juga merupakan instruktur di Inixindo Jogja ini.

Dalam mengenalkan teknologi Docker dalam pengembangan microservices ini, Yanuar juga melakukan sesi demo. Di sesi ini, Yanuar mengunduh kontainer yang telah dibuat oleh orang lain dan menjalankan beberapa kontainer tersebut dalam satu OS. Acara ini ditutup dengan sesi tanya jawab.

***

Bagi Anda yang tertarik untuk mempelajari Docker untuk menegembangkan microservices, Inixindo Jogja akan mengadakan kelas pelatihan “Microservices With Docker” pada bulan Mei mendatang. Nantikan informasi selanjutnya dari kami dengan mengaktifkan notifikasi untuk situs ini!

#Comday – Mengembangkan Microservices Menggunakan Docker

#Comday – Mengembangkan Microservices Menggunakan Docker

#Comday - Mengembangkan Microservices Menggunakan Docker 3

#Comday – Mengembangkan Microservices Menggunakan Docker

Perkembangan teknologi dan bisnis yang mengarah ke Digitalisasi telah membuat Teknologi Informasi berganti peran dari sekedar sebagai Support menjadi Enabler dan bahkan Driver bagi bisnis. Perubahan ini menuntut pembuatan aplikasi yang semakin banyak dalam waktu yang singkat sehingga memunculkan praktek pengembangan aplikasi  secara DevOps (Development & IT Operations) yang terbukti mengurangi beban pengembang dalam menyelesaikan banyaknya project IT.

Untuk mendukung DevOps dan meningkatkan kemampuan skalabilitas di masa yang akan datang, Teknologi Informasi pun terpaksa mengubah arsitekturnya dari Monolitik menjadi Microservices. Microservices sendiri merupakan arsitektur web service yang harus dapat dapat dijalankan di banyak platform, dan Docker lah yang akan membungkus mesin microservices ini agar dapat berjalan diberbagai platform.

 

Comday yang akan datang kita akan membahas apa itu Microservices dan  Docker dan bagaimana cara mengimplementasikan keduanya dalam praktek pengembangan DevOps

 

Ikuti Community Day dengan tema “Mengembangkan Microservices Menggunakan Docker” pada hari Kamis tanggal 11 April 2019. Dalam acara ini akan dibahas apa itu Microservices dan  Docker dan bagaimana cara mengimplementasikan keduanya dalam praktek pengembangan DevOps

 

Klik tombol ‘Registrasi’ di atas untuk pendaftaran!

Registrasi telah ditutup This form does not exist

Biaya

Free (tempat terbatas)

DATE AND TIME

Kamis, 11 April 2019
14.00 WIB – Selesai

LOCATION

Eduparx – Inixindo Jogja
Jalan Kenari No 69 Yogyakarta
View Maps

App Development Dengan Menggunakan Docker

App Development Dengan Menggunakan Docker

App Development Dengan Menggunakan Docker

Container merupakan sebuah unit software yang telah distandarisasi, sedangkan Docker merupakan sebuah layanan pengelolaan container. Prinsip dari Docker adalah “develop, ship and run anywhere.” Ide dari docker adalah supaya developer dapat dengan mudah membangun aplikasi, meletakkan di dalam container, dan men-deploy-nya dimanapun.

Peluncuran docker di tahun 2013 menyebabkan revolusi dalam bidang pengembangan aplikasi – dengan membentuk demokratisasi software container, Docker membangun teknologi container Linux – yang portable, fleksibel, dan mudah untuk dikembangkan.

Pada Comday minggu ini, akan diperkenalkan apa itu container, komponen dari docker, dan bagaimana membangun website berbasis wordpress dengan menggunakan server apache dan mysql container image dengan mudah.Acara ini gratis dan terbuka bagi siapa saja yang berkecimpung atau tertarik dalam pengembangan aplikasi.

 

This form does not exist

Biaya

Free (tempat terbatas)

DATE AND TIME

Kamis, 13 Desember 2018
14.00 WIB – Selesai

LOCATION

Eduparx – Inixindo Jogja
Jalan Kenari No 69 Yogyakarta
View Maps