Artificial Intelligence (AI) telah mengubah cara organisasi bekerja dengan memberikan efisiensi dan inovasi luar biasa. Namun, di balik manfaatnya, ada tantangan besar yang sering muncul setelah AI diterapkan. AI memang menawarkan banyak keuntungan, tetapi tidak bebas dari risiko. Menurut laporan IBM tahun 2023, 77% bisnis pernah mengalami pelanggaran keamanan terkait AI, dengan biaya rata-rata mencapai USD 4,88 juta pada 2024. Angka ini naik 10% dibandingkan tahun sebelumnya. Fakta ini menunjukkan bahwa organisasi perlu waspada terhadap masalah yang muncul setelah menggunakan AI. Berikut adalah 5 permasalahan utama yang seringkali muncul setelah adopsi AI dalam organisasi:
Pengambilan Keputusan yang Bias
AI sering kali dilatih pada data yang mengandung bias, yang dapat menghasilkan keputusan diskriminatif, terutama terhadap kelompok minoritas. Sebuah studi dari MIT’s Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory (CSAIL) dan MIT Jameel Clinic, diterbitkan pada 2022, menunjukkan bahwa rekomendasi AI dapat mempengaruhi keputusan darurat, seperti dalam situasi kesehatan mental, dengan mempengaruhi pilihan bantuan polisi lebih sering untuk pria Afro-Amerika atau Muslim. Studi ini menyoroti pentingnya memahami bias dalam AI untuk mencegah ketidakadilan. Selain itu, penelitian lain dari ScienceDirect pada 2023 mengidentifikasi jenis bias seperti diskriminasi gender dan rasial dalam organisasi, menekankan perlunya AI yang bertanggung jawab untuk meningkatkan keadilan korporat.
Dilema Lapangan Pekerjaan
Pengurangan lapangan kerja muncul karena AI mengotomatisasi tugas-tugas rutin, menyebabkan pengurangan lapangan kerja dan perubahan signifikan dalam peran pekerja. Menurut Pew Research Center pada Juli 2023, 19% pekerja AS berada dalam pekerjaan dengan paparan tinggi terhadap AI, di mana aktivitas utama dapat digantikan atau dibantu oleh AI. Studi ini juga menemukan bahwa wanita, pekerja Asia, pekerja berpendidikan tinggi, dan pekerja dengan gaji tinggi lebih terpapar, dengan 23% pekerja memiliki paparan rendah dan 58% memiliki paparan sedang.
Penelitian lain dari ScienceDirect pada 2024 menunjukkan bahwa meskipun ada efek pelengkap AI terhadap pekerjaan, pekerja wanita, tua, dan berpendidikan tinggi merasa lebih khawatir tentang risiko pengurangan lapangan kerja, terutama di sektor manufaktur dan layanan. Ini menunjukkan perlunya strategi pelatihan ulang untuk mengurangi dampak sosial-ekonomi.
Pelanggaran Privasi dan Keamanan Data
Pelanggaran privasi dan keamanan data terjadi karena AI bergantung pada volume besar data pribadi, yang rentan terhadap kebocoran atau penyalahgunaan jika sistem tidak aman. Contohnya, pada 2024, Ticketmaster mengalami pelanggaran data yang memengaruhi 500 juta pelanggan akibat serangan siber, sebagaimana dilaporkan oleh Electric. Selain itu, laporan dari IBM pada 2023 di blog mereka menyebutkan bahwa 77% bisnis menghadapi pelanggaran keamanan AI, dengan biaya rata-rata mencapai USD 4,88 juta pada 2024.
Dampaknya meliputi hilangnya kepercayaan pelanggan serta kerugian finansial dan denda besar bagi organisasi. Ini menyoroti perlunya langkah keamanan yang kuat, seperti audit rutin dan kolaborasi antara tim AI dan keamanan.
Kegagalan Sistem
Kegagalan sistem adalah kondisi di mana AI tidak berfungsi dengan baik atau membuat keputusan yang salah, berpotensi menimbulkan bahaya. Sebagai ilustrasi, mobil otonom Tesla pernah gagal mendeteksi lampu lalu lintas pada 2022, meningkatkan risiko kecelakaan, sementara chatbot AI Tay dari Microsoft dihentikan pada 2016 karena mengeluarkan komentar ofensif, sebagaimana dicatat oleh Tech.co. Dampaknya adalah gangguan operasional dan risiko keselamatan bagi pengguna.
Organisasi harus melakukan pengujian menyeluruh terhadap AI sebelum implementasi dan memastikan adanya pengawasan manusia untuk keputusan kritis. Pendekatan ini dapat mencegah kegagalan yang merugikan.
Dilema Etis
Dilema etis timbul ketika penggunaan AI memunculkan pertanyaan moral, seperti pelanggaran privasi atau penggantian interaksi manusia. Misalnya, robot perawat seperti Tommy di Italia tidak mampu memberikan empati, sehingga kualitas perawatan pasien dipertanyakan, sebagaimana diungkap dalam studi oleh International Journal of Public Health pada 2021. Dampaknya adalah menurunnya kepercayaan publik dan persepsi bahwa organisasi mengabaikan nilai kemanusiaan.
Organisasi perlu menetapkan pedoman etika yang jelas dan melibatkan manusia dalam situasi yang membutuhkan empati. Dengan demikian, teknologi dapat digunakan tanpa mengorbankan aspek kemanusiaan.
AI menawarkan peluang besar, namun juga membawa tantangan yang tidak boleh diabaikan. Dari keputusan yang bias hingga dilema etis, masalah-masalah ini dapat merusak reputasi dan keuangan organisasi jika tidak ditangani dengan tepat.
Untuk mengatasi hal ini, organisasi perlu mengambil langkah proaktif: mengaudit algoritma secara rutin untuk mencegah bias, menyediakan pelatihan ulang bagi karyawan yang terdampak, memperkuat keamanan data, menguji sistem AI secara menyeluruh, dan menetapkan pedoman etika yang kuat.
Dengan pendekatan yang bijaksana, organisasi dapat memanfaatkan kekuatan AI tanpa mengorbankan kepentingan karyawan, pelanggan, atau masyarakat luas. AI adalah alat yang luar biasa namun, keberhasilannya bergantung pada cara kita menggunakannya.
Executive Class – IT Governance with COBIT 2019 + AI Strategies and Policies
-
49
days
-
23
hours
-
58
minutes
-
23
seconds