https://www.rapa-puru.com/ https://ingemantspa.cl/ https://103.63.25.105/
– Inixindo Jogja
Kiat-Kiat Menjadi Programmer Freelance

Kiat-Kiat Menjadi Programmer Freelance

Beberapa bulan lalu kita telah sempat membahas tentang tips belajar coding secara otodidak. Siapa tahu setelah beberapa bulan membaca artikel itu kalian sudah menjadi seorang programmer yang siap tempur di dunia nyata. Inilah saatnya kalian memutuskan apakah ingin bekerja di perusahaan atau menjadi programmer freelance. Tentu keduanya ada plus minusnya. Bagi programmer ‘kantoran’ yang sudah ngebet ingin jadi programmer freelance gara-gara iri melihat teman seperjuangan yang berstatus pekerja lepas bisa kerja sambil jalan-jalan, tahan dulu hasrat kalian yang sudah memucuk itu karena kita akan membahas kelebihan dan kekurangan dari masing-masing model kerja antara freelance dan employee terlebih dahulu.

 

Programmer Kantoran

Programmer kantoran biasanya dibagi lagi menurut perusahaan yang merekrutnya, jika berada di perusahaan yang sudah bertransformasi ke arah digital apalagi tech start up, kalian akan lebih diarahkan untuk menjadi seorang spesialis. Akan tetapi, jika kalian bekerja di perusahaan kecil apalagi yang belum melek digital siap-siap saja disuruh untuk menjadi programmer setengah dewa, single fighter, atau apapun istilahnya karena semua yang berhubungan dengan software diserahkan oleh programmer. Bahkan tak jarang programmer yang memiliki sambilan sebagai IT support.

Secara umum programmer kantoran tidak jauh berbeda dengan pekerja kantoran yang lainnya, jam kerja yang rutin, fasilitas-fasilitas yang sudah disediakan seperti tempat kerja, perlengkapan dan alat-alat kerja, bahkan mungkin asuransi yang ditanggung oleh perusahaan. Tak perlu mengeluarkan modal kecuali badan dan otak.

 

Programmer Freelance

Programmer freelance memiliki keuntungan di jam kerja yang suka-suka, tempat kerja yang suka-suka, dan workflow yang tentunya juga suka-suka. Maka tak heran jika banyak freelancer yang bisa berpelesir ke luar negeri dan masih bisa meneruskan project yang sedang ditanganinya. Selain itu, freelancer juga bisa memilih project seperti apa yang akan dia terima. Hal ini jarang bisa dilakukan oleh programmer kantoran karena mau tak mau dia harus mengikuti alur kerja yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.

Akan tetapi, menjadi seorang programmer freelance memiliki sebuah resiko yang besar yaitu tidak mendapatkan klien sama sekali. Bahkan ada beberapa programmer kantoran yang memutuskan untuk jadi freelance tapi akhirnya memutuskan untuk kembali bekerja sebagai programmer kantoran. Sama seperti seorang pengusaha, jika kalian ingin menjadi programmer freelance kalian tidak hanya harus memikirkan tentang kode yang kalian tulis, tapi kalian juga diwajibkan untuk memikirkan bagaimana memasarkan dan mengelola diri kalian sendiri.

Jika sudah memikirkan masak-masak dan yakin bahwa menjadi programmer freelance adalah jalan hidup kalian, kita akan bahas bagaimana kiat-kiat agar menjadi programmer freelance yang sukses.

 

Menjadi Seorang Spesialis

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa jika bekerja di perusahan besar yang melek digital atau tech startup kita diharapkan untuk menjadi seorang spesialis. Seorang spesialis ini adalah seorang yang benar-benar menguasai suatu bahasa pemrograman atau framework tertentu. Kebanyakan dari para perekrut freelancer membutuhkan programmer freelance untuk membantunya menyelesaikan project. Oleh karena itu, para perekrut tersebut sengaja mencari freelancer dengan keahlian yang tidak dimiliki oleh tim yang sudah ada.

Permasalahan yang timbul adalah seperti di bidang fashion, teknologi pun mempunyai tren yang bisa berubah sewaktu-waktu. PHP contohnya, dua tahun lalu bahasa pemrograman PHP dan framework-framework-nya masih merajai pemrograman back-end. Pada tahun ini Javascript pelan-pelan mulai mengambil alih pemrograman backend dengan Node.Js. Itulah mengapa jika kita ingin menjadi programmer freelance kita harus memiliki spesialisasi yang bisa menyesuaikan perkembangan teknologi. Intinya adalah jangan pernah lelah untuk belajar.

 

Perbanyak Portfolio

Sangat jarang atau bahkan mungkin tidak ada perekrut yang melakukan proses seleksi dengan melakukan tes terhadap programmer freelance yang hendak dia rekrut. Selain karena menghabiskan waktu, para freelancer juga biasanya enggan untuk melakukan tes mungkin karena posisi geografis yang berjauhan. Para perekrut tersebut melakukan seleksi dengan cara melihat portfolio para freelancer terlebih dahulu.

Di awal karir, kalian bisa membangun portfolio dengan mengerjakan project pribadi atau bergabung dengan project “kerja bakti” yang biasanya juga diinisiasi oleh sesama programmer freelance. Ingat, portfolio bagi programmer freelance adalah senjata utama. Kekuatannya lebih ampuh daripada ijazah S2 Teknik Informatika sekalipun.

 

Tentukan Tarif Kerja

Project pribadi dan project “kerja bakti” telah selesai. Kini saatnya menilai dan menghargai (makna sebenarnya yaitu menetapkan harga, Red) diri kita sendiri. Kita bisa membandingkan dengan harga pasaran yang ada di situs-situs crowdsourcing seperti Upwork atau Freelancer. Kunjungi profil dari freelancer yang lain. Buka portfolionya. Cari tahu keahliannya lalu bandingkan semuanya dengan apa yang kita punya. Di sinilah objektivitas dan kepercayaan diri kalian akan diuji melalui pertanyaan ‘apakah pantas saya memiliki rate sama dengan orang itu atau bahkan lebih tinggi’ dan jangan lupa sesuaikan juga dengan standar di tempat domisili kalian.

Dalam dunia freelance para programmer memiliki rate per jam kerja tapi juga ada yang menerapkan tarif per project. Sebaiknya kalian menentukan tarif di keduanya supaya bisa memberikan klien opsi lebih.

 

Jual Keahlianmu

Kata ‘menjual diri’ mungkin dianggap negatif bagi sebagian orang. Tapi jika kalian memutuskan untuk menjadi seorang programmer freelance, kalian mau tak mau melakukan proses pemasaran keahlian kalian sendiri. Programmer freelance haruslah paham mengenai konsep personal branding. Bayangkanlah nama kalian menjadi sebuah brand mirip seperti praktisi advokat hukum atau praktisi periklanan di mana nama merekalah yang menjadi merk dagang.

Selain mem-branding diri, kalian juga harus memperbanyak network dengan bergabung di berbagai macam komunitas. Seperti yang disebut di atas, banyak klien datang dari kalangan programmer sendiri karena mereka memang kekurangan tenaga. Bukan tidak mungkin antara sesama programmer freelance kemudian membentuk kongsi software house sendiri.

 

***

Bagaimana? Setelah tahu bahwa menjadi programmer freelance tidak semudah copy paste fungsi di Stack Overflow masihkah niat kalian menggebu-gebu? Tapi jangan khawatir, tantangan yang lebih besar akan membuat diri kita terus berkembang.

[Workshop] Penerapan Source Code Management dan Static Application Security Testing (SAST) Tools

[Workshop] Penerapan Source Code Management dan Static Application Security Testing (SAST) Tools

[Workshop] Penerapan Source Code Management dan Static Application Security Testing (SAST) Tools

Aplikasi merupakan salah satu komponen penting dalam penerapan Teknologi Informasi (TI) di berbagai organisasi dan perusahaan di era digital saat ini. Para pengembang aplikasi atau programmer pasti menghasilkan banyak sekali baris-baris source code atau kode program yang perlu dikelola oleh organisasi dan perusahaan agar kualitas serta keamanan dari aplikasi yang digunakan tetap terjaga dan terkontrol dengan baik.

Agar organisasi atau perusahaan dapat melakukan pengelolaan dan pengendalian terhadap semua source code yang dihasilkan oleh programmer baik in-house maupun outsource, maka berbagai tool untuk Source Code Management serta Source Code Analysis dapat diterapkan dan digunakan baik oleh programmer maupun manajemen TI. Melalui penerapan berbagai tool tersebut, para programmer serta manajer TI mendapatkan berbagai fitur seperti version control, change log, merging, conflict detection, rollback, bug & vulnerability analysis, dan SAST (Static Analysis Security Testing).

Dalam Workshop ini, berbagai konsep dan tool untuk Source Code Management serta Source Code Analysis yang akan dibahas adalah :

  • Subversion
    Open Source Software untuk Source Code Management dari Apache sebagai sistem untuk software versioning dan revision control.
  • FindBugs
    Open Source Software untuk Source Code Analysis yang mampu mendeteksi berbagai bug dan vulnerability dalam source code berbasis bahasa pemrograman Java.
  • SonarQube
    Open Source Software untuk Source Code Analysis yang menggunakan teknik static analysis untuk menemukan berbagai bug, code smell, dan lubang keamanan (security vulnerability) di source code dalam lebih dari 20 jenis bahasa pemrograman.

Penerapan tool untuk Source Code Management dan Source Code Analysis tersebut akan sangat membantu organisasi atau perusahaan dalam menjaga dan mengontrol kualitas serta keamanan dari source code yang dihasilkan oleh para programmer sehingga mampu meminimalisir risiko TI.

Waktu & Pelaksanaan Event

Waktu          : Kamis, 28 Juni 2018 (14.00 – selesai)
Tempat       : EduparX, Inixindo Jogja (Jalan Kenari No. 69, Mujamuju, Yogyakarta)
Biaya           : Gratis*

*Slot terbatas

This form does not exist

Poster

[Workshop] Penerapan Source Code Management dan Static Application Security Testing (SAST) Tools 1

Almanak Sejarah Singkat Tak Akurat Bahasa Pemrograman

Almanak Sejarah Singkat Tak Akurat Bahasa Pemrograman

Almanak Sejarah Singkat Tak Akurat Bahasa Pemrograman

Sepertinya halnya makhluk hidup, bahasa sebagai alat berkomunikasi terus berevolusi dari waktu ke waktu. Hal ini juga dialami oleh bahasa pemrograman, alat komunikasi antara manusia dengan mesin. Bedanya, jika diperlukan waktu berabad-abad untuk bahasa manusia berevolusi, bahasa pemrograman hanya membutuhkan waktu maksimal 10 tahun saja untuk berevolusi.

Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang semakin cepat dan juga umur mesin atau komputer yang tidak selama manusia. Berapa banyak komputer yang diproduksi 15 tahun lalu masih hidup sampai sekarang? Apalagi sekarang perkembangan teknologi informasi lebih ke arah mobile. Tentunya akan menjadikan bahasa pemrograman yang kaku alias tidak bisa menyesuaikan diri di berbagai macam platform akan ditinggalkan.

Seperti kisah cinta yang bisa berujung manis dan lebih sering berujung pahit, kisah bahasa pemrograman juga mengalami hal yang sama. Ada yang populer dan menjadi idola developer kekinian ada juga yang digunakan programmer lawas hanya untuk bernostalgia mengenang kejayaan masa lampau. Seperti apa sih ceritanya? Yuk, kita simak almanak sejarah singkat tentang bahasa pemrograman yang tidak akurat ini!

 

1800 – Mesin Pemintal

Yup! Anda tidak salah baca. Mesin pemintal adalah cikal bakal lahirnya pemrograman. Mungkin inilah satu-satunya mesin yang menggunakan multi-thread secara harfiah. Joseph Marie Jacquard membuat mesin pemintal yang sebelumnya dilakukan secara manual menjadi bisa diprogram sesuai dengan keinginan manusia. Memang pemrograman yang dilakukan masih sebatas pemrograman mekanis karena pada saat itu bohlam lampu saja masih belum ditemukan. Mesin ini diperintah melalui media kartu berlubang yang terbuat dari kayu.

 

1842 – Algoritma

Pada tahun ini, Ada Lovelace seorang mathematician dan juga seorang penulis menciptakan sebuah mesin penghitung. Berbeda dengan mesin penghitung seperti simpoa, mesin ini dapat melakukan penghitungan yang jauh lebih rumit daripada itu. Pada suatu hari, Ada Lovelace merasa bosan dan tidak ingin dianggap makan gaji buta. Dia kemudian mengeluarkan buku panduan yang disebut-sebut algoritma pertama yang pernah ditulis untuk memrogram sebuah mesin walaupun saat itu belum ada komputer untuk diprogram.

 

1936 – Turing

Pada tahun ini, Alan Turing menerbitkan sebuah makalah berjudul “On Computers Numbers, with Application to the Entscheidungsproblem” yang membuktikan bahwa the turing machine yang dia ciptakan dapat memecahkan segala problem matematika jika ditunjang dengan algoritma yang benar. Mesin inilah yang kemudian dianggap sebagai awal lahirnya komputer modern. Sebenarnya ada satu matematikawan lagi pada tahun ini yang bernama Alonzo Church yang juga memecahkan Entscheidungsproblem tapi tidak bisa seterkenal Alan Turing (mungkin karena Alonzo Church tidak mirip dengan Benedict Cumberbatch. 🙂

 

1957 – FORTRAN

John Backus menciptakan bahasa pemrograman pertama yang hampir mirip dengan bahasa pemrograman masa kini dan benar-benar digunakan programmer untuk memrogram komputer.

 

1959 – COBOL

Karena Grace Hopper tidak bisa berbahasa Jawa, dia lalu menciptakan bahasa pemrograman yang lebih mendekatkan diri ke Bahasa Inggris yang disebut COBOL. COBOL merupakan singkatan dari Common Business Oriented Language. Benar kan? Dari singkatannya saja kita bisa tahu kalau bahasa ini mirip dengan Bahasa Inggris.

 

1964 – BASIC

John Kemeny dan Thomas Kurtz menganggap bahwa bahasa pemrograman yang ada terlalu rumit dan memutuskan untuk back to basic dengan cara menciptakan bahasa pemrogaman yang disebut BASIC.

 

1970 – Pascal

Niklaus Wirth suka membuat bahasa pemrograman. Maka dari itu dia membuat bahasa Pascal dan bahasa pemrograman lainnya. Dia juga mencetuskan Wirth’s Law yang mengukuhkan Moore’s Law karena software developer cenderung menulis program yang semakin boros resource yang bahkan komputer mainframe susah payah untuk menjalankan software tersebut.

 

1972 – C

Dennis Ritchie yang merasa bosan lalu membuat sebuah bahasa pemrograman C. Banyak yang berspekulasi mengapa disebut C. Ada yang mengatakan gara-gara si Dennis hanya mendapatkan nilai C di kelas Bahasa Inggris dan ada yang mengatakan C diambil dari ‘curly braces’ di mana banyak digunakan di bahasa pemrograman ini. Masih merasa makan gaji buta akhirnya si Dennis bersama temannya menciptakan sistem operasi yang disebut Unix.

 

1980 – Object Oriented Programming

Alan Kay menemukan bahasa pemrograman yang memiliki paradigma Object-Oriented Programming dan dinamakan SmallTalk. Di bahasa ini, semua adalah object, bahkan object adalah object. Tak ada yang mengerti mengapa bahasa pemrograman ini disebut SmalTalk.

 

1983 – C++

Bjarne Stroustrup berkelana dengan mesin waktu dan saat sampai di masa lalu dia menemukan fakta bahwa C terlalu lama di-compile. Dia lalu kembali ke masa depan lalu menambahkan semua fitur di C dan dinamai C++.

 

1986 – Objective C

Brad Cox dan Tom Love memutuskan untuk membuat versi C yang tidak dapat dibaca yang terinspirasi dari SmallTalk. Semua orang tidak dapat mengerti syntax dari Objective C ini.

 

1987 – Perl

Larry Wall menciptakan bahasa Perl. Tiba-tiba dia ingin pergi umrah dan mengeluarkan buku “Programming Perl” dengan unta yang dijadikan sebagai model cover buku.

 

1991 – Python

Guido Van Rossum tidak menyukai kurung kurawal (curly braces) dan akhirnya menciptakan Python bahasa pemrograman yang namanya justru lebih mirip kurung kurawal bila dibandingkan dengan bahasa C.

 

1994 – PHP

Rasmus Leedorf membuat template engine untuk CGI scripts yang akan digunakan untuk halaman web pribadinya dan kemudian merilis dot-file di web. Semua orang akhirnya menggunakan dot-file untuk semua hal. Karena semangat yang terlalu menggebu-gebu akhirnya si Rasmus memberikan database binding ke dot-file ini dan menyebutnya PHP.

 

1995 – Ruby

Yukihiro Matsumoto tidak begitu bahagia, programmer lain juga tidak bahagia. Dia menciptakan Ruby agar semua bahagia. Setelah menciptakan Ruby, Matz (nama panggilan Matsumoto) menjadi bahagia, komunitas Ruby juga bahagia, dan semua orang bahagia.

 

1995 – Javascript

Brendan Eich memanfaatkan akhir pekannya untuk mendesain bahasa yang akan digunakan seluruh web di dunia dan mungkin juga Skynet. Dia menawarkan ke Netscape dan bilang bahwa “ini adalah LiveScript”. Pada saat Netscape sedang direview semua orang sedang keranjingan Java dan akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan kurung kurawal (curly braces) serta menyebutnya Javascript.

Java akhirnya diberi trademark yang dapat menyebabkan masalah pada Javascript. Jadi, Javascript kemudian diberi nama ECMAScript tapi sampai saat ini orang-orang masih menyebutnya Javascript.

 

1996 – Java

James Gosling membuat Java, bahasa pemrograman yang sangat terlalu digembar-gemborkan sekali sebagai bahasa OOP (Object-Oriented Programming) pertama dimana desain dianggap jauh lebih penting daripada pragmatisme.

 

2001 – C#

Anders Hejlsberg menggubah kembali Java dan menyebutnya C# karena menurutnya memrogram dengan C jauh lebih keren dibandingkan dengan Java. Semua orang suka dengan versi baru Java ini karena benar-benar berusaha tidak mirip dengan Java.

 

2005 – Ruby On Rails

David Heinemeier Hansson menciptakan framework untuk Ruby dan menyebutnya Ruby On Rails. Sekarang orang-orang tak ingat lagi jika Ruby dan Ruby On Rails itu merupakan bagian yang terpisah.

 

2006 – jQuery

John Resig merancang sebuah library untuk JavaScript. Semua orang menganggap jQuery adalah bahasa pemrograman. Sekarang orang bisa mendapatkan penghasilan dengan cara meng-copy-paste kode jQuery dari internet.

 

2009 – GO

Ken Thompson dan Rob Pike memutuskan untuk membuat bahasa pemrograman mirip C tapi dengan safety equipment, menamakannya “GO” , dan membuatnya lebih marketable dengan memakai Gophers sebagai maskot yang imut.

 

2010 – Rust

Graydon Hoare juga ingin membuat bahasa seperti bahasa C. Dia lalu menamakannya Rust. Tiba-tiba semua orang ingin semua software ditulis dengan Rust sesegera mungkin. Karena ingin dompetnya setebal ensiklopedia, Graydon bergabung dengan Apple untuk mengerjakan Swift.

 

2012 – TypeScript

Anders Hjelsberg ingin menulis C# di web browser. Dia merancang TypeScript, bahasa pemrograman yang mirip JavaScript dengan lebih banyak unsur Java di dalamnya.

 

2013 – CoffeeScript

Jeremy Ashkenas ingin bahagia seperti para developer Ruby. Jadi, dia menciptakan CoffeeScript yang ter-compile menjadi JavaScript tapi lebih mirip Ruby. Jeremy Ashkenas tak akan pernah menemukan arti kebahagiaan sejati seperti Matz dan developer Ruby lainnya.

 

2014 – Swift

Chris Lattner menciptakan Swift dengan obyektif utama “tidak menjadi Objective C.” Pada akhirnya, Swift lebih mirip Java.

 

Itulah tadi sejarah singkat tapi tak akurat tentang bahasa pemrograman. Kami harap artikel ini dapat dijadikan bacaan ringan yang menghibur untuk mengisi waktu luang seperti menunggu air yang Anda masak untuk membuat kopi matang. Kami sangat tidak menganjurkan artikel ini dijadikan referensi baik skripsi ataupun thesis. Kami menyediakan link ke Wikipedia jika Anda ingin sejarah yang akurat.

Proteksi Kode Oracle PL/SQL dengan Fitur Wrap

Proteksi Kode Oracle PL/SQL dengan Fitur Wrap

Proteksi Kode Oracle PL/SQL dengan Fitur Wrap

Oracle Database memiliki bahasa pemrograman PL/SQL yang digunakan untuk memperluas kemampuan dan fleksibilitas database melalui berbagai trigger, fungsi, dan stored procedure. Agar source code (kode sumber) PL/SQL tidak terlihat oleh orang lain, Oracle Database memiliki fitur wrap sehingga cara kerja trigger, fungsi, atau stored procedure yang dibuat dengan bahasa pemrograman PL/SQL tidak bisa diketahui atau dipelajari oleh orang lain.

Dengan bantuan tool Oracle SQL Developer, kita bisa membuat berbagai obyek database dengan lebih cepat, mudah, dan nyaman. Oracle SQL Developer versi terbaru saat ini yaitu 4.1.5 bisa diunduh secara gratis dari:

http://www.oracle.com/technetwork/developer-tools/sql-developer/downloads/index.html

Proteksi Kode Oracle PL/SQL dengan Fitur Wrap 2

Sebagai contoh, kita bisa membuat sebuah fungsi PL/SQL yang sederhana untuk menghitung pajak seperti berikut melalui Oracle SQL Developer:

CREATE OR REPLACE FUNCTION HITUNG_PAJAK (NILAI IN NUMBER)

RETURN NUMBER AS

HASIL NUMBER;

BEGIN

HASIL := NILAI * 0.1;

RETURN HASIL;

END HITUNG_PAJAK;

Proteksi Kode Oracle PL/SQL dengan Fitur Wrap 3

Untuk menyembunyikan kode sumber fungsi HITUNG_PAJAK dengan fitur wrap di Oracle Database, pertama script kode sumber perlu disimpan sebagai file agar kita memiliki master kode sumber asli dari fungsi tersebut sehingga masih bisa diedit lagi bila perlu. Cara membuat file scriptnya adalah dengan melakukan klik kanan pada nama fungsi tersebut dan memilih “Quick DDL” kemudian “Save to File…” seperti berikut:

Proteksi Kode Oracle PL/SQL dengan Fitur Wrap 4

Setelah menyimpan file script fungsi tersebut, misalnya ke “C:\script\hitung_pajak.sql”, bukalah Command Prompt (perintah “cmd”) di Windows. Melalui Command Prompt, gunakan perintah “cd” untuk berpindah ke folder dimana file “hitung_pajak.sql” berada dan kemudian jalankan perintah “wrap iname=hitung_pajak.sql” yang akan menghasilkan file baru bernama “hitung_pajak.plb”. File baru ini berisikan kode fungsi yang sudah di-wrap dan tidak bisa dibaca lagi kode sumbernya. Perintah “wrap” merupakan tool bawaan dari Oracle Database. Berikut adalah hasil eksekusinya:

Proteksi Kode Oracle PL/SQL dengan Fitur Wrap 5

Untuk mengganti fungsi HITUNG_PAJAK yang masih terlihat kode sumbernya dengan kode wrap yang ada di file “hitung_pajak.plb”, maka tool SQL*Plus bawaan Oracle Database bisa digunakan untuk menjalankan file script “hitung_pajak.plb”. Format perintah adalah “sqlplus username/password @scriptfile”. Berikut adalah contoh perintah untuk menjalankan file script “hitung_pajak.plb” sebagai user “scott” dengan password “tiger”:

Proteksi Kode Oracle PL/SQL dengan Fitur Wrap 6

Bila kita melihat kembali fungsi HITUNG_PAJAK melalui Oracle SQL Developer, hasilnya menjadi seperti berikut:

Proteksi Kode Oracle PL/SQL dengan Fitur Wrap 7

Perhatikan bahwa kode sumber fungsi tersebut sudah tidak bisa dibaca lagi, namun masih tetap bisa jalan seperti biasa di Oracle Database. Dengan demikian, kita mampu melakukan proteksi terhadap kode PL/SQL yang kita buat dengan memanfaatkan fitur wrap di Oracle Database sehingga kode sumbernya tidak bisa dibaca dan dipelajari oleh orang lain.

Selamat mencoba!

Andrian The

Instruktur Senior