Bagaimana Cara yang Tepat untuk Menjaga Keamanan Pusat Data?

Bagaimana Cara yang Tepat untuk Menjaga Keamanan Pusat Data?

Pusat data menjadi salah satu bagian penting bagi organisasi, dimana semua data disimpan termasuk data-data penting dan sensitif. Data yang disimpan dalam pusat data bisa berupa informasi pribadi, transaksi keuangan, hingga informasi bisnis yang sangat sensitif. Maka dari itu, sebuah pusat data perlu memiliki keamanan khusus yang dapat melindungi data-data didalamnya.

Kasus kebocoran pusat data menjadi hal yang sering dibicarakan akhir-akhir ini. Salah satu kasus kebocoran pusat data adalah bocornya Pusat Data Nasional Sementara atau PDNS karena terkena malware Lockbit 3.0. Hal ini tentu menimbulkan kerugian-kerugian yang tidak terhitung jumlahnya.

Bagi sebuah organisasi, kebocoran data tidak hanya menyebabkan kerugian berupa material saja, tetapi juga mengancam keamanan dan integritas data yang sangat sensitif. Data pelanggan yang bocor juga bisa menjadi korban dari pencurian identitas dan transaksi keuangan yang tidak sah.

Kebocoran data ini juga mengancam reputasi organisasi yang terlibat, dan merusak kepercayaan terhadap organisasi tersebut.

Standar Keamanan Pusat Data

Untuk menjaga agar pusat data tetap aman, ada beberapa standar keamanan yang bisa diterapkan, salah satunya adalah ISO 27001 tentang keamanan informasi. ISO 27001 merupakan standar internasional untuk sistem manajemen keamanan informasi atau ISMS. Standar ini menyediakan kerangka kerja untuk pengelolaan dan perlindungan informasi sensitif.

Selain itu, ada pula Standar Nasional Indonesia yang spesifik terkait pusat data, yakni SNI 8799. SNI 8799 dirancang untuk memberikan pedoman bagi organisasi yang mengoperasikan pusat data di Indonesia, memastikan bahwa mereka mematuhi praktik terbaik dalam hal keamanan fisik, logis, dan manajemen risiko. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi informasi dan data yang disimpan di pusat data dari ancaman dan gangguan.

ilustrasi Keamanan Pusat Data

Cara Mengamankan Pusat Data

Selain menerapkan standar keamanan untuk pusat data, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjaga keamanan pusat data, diantaranya:

Firewall

Firewall adalah perisai yang berfungsi sebagai pengamanan jaringan komputer. Ia dapat memfilter traffic jaringan berdasarkan beberapa protokol dan memblokir traffic yang berpotensi membahayakan. Firewall sangat penting dalam menjaga keamanan pusat data karena dapat mencegah akses ilegal ke sistem dan data.

Data Loss Prevention (DLP)

DLP adalah sistem yang berfungsi untuk menjaga beberapa data sensitif. Sistem ini memiliki rancangan agar dapat bekerja secara otomatis dan mempermudah proses pemeriksaan data pada jaringan komputer. DLP sangat penting dalam menjaga keamanan pusat data karena dapat mendeteksi dan menghentikan pencurian data.

Behavioral Analytics

Behavioral Analytics adalah sistem keamanan yang berfungsi untuk mengetahui apa saja aktivitas dari orang yang ingin menggunakan akses ilegal. Ia menggunakan anomaly detection engines untuk melakukan analisis pada suatu jaringan dan memberikan notifikasi saat melakukan aktivitas mencurigakan. Behavioral Analytics sangat penting dalam menjaga keamanan pusat data karena dapat mendeteksi dan menghentikan serangan siber.

Antivirus dan Malware

Antivirus dan Antimalware adalah tools yang paling populer dan banyak digunakan. Kedua tools ini bekerja dengan menghapus semua virus dan malware yang sudah tertanam pada perangkat yang digunakan. Antivirus dan Antimalware sangat penting dalam menjaga keamanan pusat data karena dapat mencegah serangan virus dan malware.

Email Security

E-mail Security bekerja dengan cara memblokir serangan-serangan yang membahayakan dan berpotensi mencuri data-data penting. Ia juga dilengkapi dengan sistem software anti spam yang melindungi semua penggunanya. E-mail Security sangat penting dalam menjaga keamanan pusat data karena dapat mencegah serangan siber melalui email.

Logging dan Monitoring

Logging dan Monitoring mencatat aktivitas pada jaringan pusat data dan memantau akses ke data dan sistem. Ia membantu mendeteksi serangan atau kegiatan mencurigakan. Logging dan Monitoring sangat penting dalam menjaga keamanan pusat data karena dapat mendeteksi serangan siber yang dapat merusak.

Enkripsi Data

Enkripsi data mengubah data menjadi bentuk yang tidak dapat dibaca oleh pihak yang tidak berwenang. Teknologi enkripsi data seperti AES dan RSA sangat populer dalam melindungi data dari serangan siber. Enkripsi data sangat penting dalam menjaga keamanan pusat data karena dapat mencegah pencurian data.

Pembatasan Akses

Pembatasan akses memastikan hanya yang berkeperluan untuk mengakses (baik fisik maupun virtual). Ia juga melindungi dari ancaman keamanan digital. Pembatasan akses sangat penting dalam menjaga keamanan pusat data karena dapat mencegah akses ilegal ke sistem dan data.

Endpoint Security

Endpoint Security berfungsi sebagai alat keamanan pada perangkat pribadi yang terhubung dalam jaringan bisnis. Perangkat komputer yang digunakan bisa menjadi sasaran dari pencurian data. Endpoint Security sangat penting dalam menjaga keamanan pusat data karena dapat mencegah serangan siber melalui perangkat komputer.

Mengoptimalkan Sistem Manajemen Pusat Data dengan SNI 8799

Mengoptimalkan Sistem Manajemen Pusat Data dengan SNI 8799

Pusat data telah menjadi bagian penting dalam berbagai industri, termasuk bisnis, pemerintahan, dan organisasi. 

Dengan meningkatnya jumlah data yang dihasilkan, penting untuk memiliki sistem manajemen yang efektif untuk mengelola dan memantau data tersebut. 

Salah satu standar yang diterima secara luas dalam mengelola pusat data adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) 8799:2023. Lalu, bagaimana SNI 8799:2023 dapat membantu dalam mengoptimalkan sistem manajemen pusat data?

SNI 8799:2023

SNI 8799:2023 adalah standar nasional yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Indonesia (BSN) yang berisi pedoman untuk mengelola pusat data. 

Standar ini berisi kriteria dan prosedur yang harus diikuti dalam mengelola pusat data, termasuk pengelolaan data, sistem manajemen, dan keamanan.

Manfaat SNI SNI 8799:2023

Dengan mengikuti SNI 8799:2023, organisasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mengelola pusat data. Berikut beberapa manfaat yang dapat dirasakan:

Pengelolaan Data yang Lebih Baik

SNI 8799:2023 memberikan pedoman yang jelas tentang cara mengelola data, termasuk pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan. 

Dengan demikian, organisasi dapat mengelola data dengan lebih baik dan mengurangi risiko kehilangan atau kerusakan data.

Sistem Manajemen yang Lebih Efisien

Standar ini juga memberikan pedoman tentang cara mengelola sistem manajemen pusat data, termasuk pengelolaan akses, penggunaan, dan keamanan. 

Dengan demikian, organisasi dapat mengelola sistem manajemen dengan lebih efisien dan mengurangi biaya operasional.

Keamanan yang Lebih Tinggi

SNI 8799:2023 juga memberikan pedoman tentang cara meningkatkan keamanan pusat data, termasuk penggunaan teknologi keamanan, pengelolaan akses, dan pengelolaan risiko. 

Dengan demikian, organisasi dapat meningkatkan keamanan pusat data dan mengurangi risiko keamanan.

Sistem Manajemen Pusat Data

Bagian 2 dari SNI 8799:2023 berisi pedoman tentang cara mengelola sistem manajemen pusat data. Berikut beberapa poin penting yang harus diikuti:

Pengelolaan Akses

Sistem manajemen harus memiliki sistem akses yang efektif untuk mengontrol siapa yang dapat mengakses data dan sistem.

Pengelolaan Penggunaan

Sistem manajemen harus memiliki sistem penggunaan yang efektif untuk mengontrol bagaimana data dan sistem digunakan.

Pengelolaan Keamanan

Sistem manajemen harus memiliki sistem keamanan yang efektif untuk mengontrol risiko keamanan dan mengurangi risiko kehilangan atau kerusakan data.

Ilustrasi Pusat Data

Implementasi SNI 8799:2023

Implementasi SNI 8799:2023 dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut:

Analisis Sistem Sekarang

Organisasi harus melakukan analisis sistem yang ada untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan sistem.

Pengembangan Sistem Baru

Berdasarkan hasil analisis, organisasi dapat mengembangkan sistem yang baru dan lebih efektif untuk mengelola pusat data.

Pelatihan dan Dokumentasi

Organisasi harus melakukan pelatihan dan dokumentasi untuk memastikan bahwa semua pengguna sistem memahami cara mengelola sistem manajemen pusat data.

SNI 8799:2023 adalah standar nasional yang diterbitkan oleh BSN yang berisi pedoman untuk mengelola pusat data. Dengan mengikuti standar ini, organisasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mengelola pusat data. 

Bagian 2 dari SNI 8799:2023 berisi pedoman tentang cara mengelola sistem manajemen pusat data, termasuk pengelolaan akses, penggunaan, dan keamanan. 

Implementasi SNI 8799:2023 dapat dilakukan dengan beberapa langkah yang telah dijelaskan di atas. 

Dengan demikian, organisasi dapat meningkatkan keamanan dan efisiensi pusat data serta meningkatkan kualitas layanan yang diberikan

Tingkatan Pusat Data dan Persyaratannya, dari Tier I hingga Tier IV

Tingkatan Pusat Data dan Persyaratannya, dari Tier I hingga Tier IV

Data Center atau Pusat Data merupakan hal yang wajib dimiliki oleh organisasi di era digital, terlebih jika organisasi memiliki data digital yang berukuran besar atau yang biasa disebut Big Data. 

Pusat Data juga menjadi pilihan terbaik untuk penyimpanan dan pengamanan data organisasi yang bersifat rahasia. Pusat Data juga menjadi inti dari semua aktivitas data digital yang dimiliki oleh organisasi, sebab disitulah semua data disimpan, diolah dan diproses.

Pusat data adalah fasilitas yang digunakan untuk menempatkan sistem komputer dan komponen terkait, seperti sistem penyimpanan dan telekomunikasi. Infrastruktur ini sangat penting bagi bisnis yang ingin memastikan data mereka aman, terorganisir, dan mudah diakses.

Dalam Pusat Data sendiri terdapat berbagai peralatan dan fasilitas penunjang untuk menjamin data tersedia kapan saja, atau istilahnya uptime dari kerja server selama 24 jam setiap harinya. 

Pusat Data juga memiliki tingkatan tersendiri, yang disebut dengan tier. Tier ini merupakan tingkatan yang menunjukkan perbedaan antara teknologi dan tingkat keamanan dari data center tersebut.

Tingkatan atau klasifikasi tier pada Pusat Data ini pertama kali muncul pada 1990-an. Mulanya klasifikasi ini berkembang dari sebuah terminologi bersama ke dalam sebuah standar global untuk kepentingan validasi bagi pihak ketiga dalam hal kelayakan infrastruktur Pusat Data.

Saat itu, Uptime Institute memberikan sertifikasi tier dan menjadi standar bagi pelaku bisnis Pusat Data di seluruh dunia dan membuat suatu sistem klasifikasi untuk Pusat Data. Dari situlah klasifikasi tier pertama kali dikenalkan.

Uptime Institute mengklasifikasikan pusat data ke dalam empat tingkatan (Tier 1 hingga Tier 4) berdasarkan keandalan, redundansi, dan ketersediaan infrastruktur.

Lembaga lainnya yang memberikan standarisasi pada pusat data adalah Telecommunications Industry Association 942 atau TIA-942. 

TIA-942 menetapkan persyaratan untuk desain fisik pusat data, termasuk tata letak ruang, jalur kabel, dan sistem distribusi daya.

Standar ini menekankan pentingnya redundansi dalam semua aspek infrastruktur, mulai dari daya hingga pendinginan dan jaringan.

TIA-942 mengklasifikasikan pusat data ke dalam empat tingkat (Tier 1 hingga Tier 4) berdasarkan tingkat redundansi dan ketersediaannya​

Ilustrasi Pusat Data

Tingkatan Pusat Data

Tier I: Basic Site Infrastructure

Pusat data Tier I adalah tingkatan paling dasar. Pusat data ini menyediakan kapasitas minimum yang diperlukan untuk mendukung operasi TI dasar. Infrastruktur yang dimiliki biasanya hanya terdiri dari satu jalur untuk distribusi daya dan pendinginan, tanpa adanya redundansi.

Pusat data Tier I menawarkan infrastruktur minimal dengan ketersediaan 99.671%. Ini berarti downtime maksimal yang diizinkan adalah sekitar 28,8 jam per tahun. Pusat data ini tidak memiliki redundansi dalam pasokan daya dan pendinginan, serta tidak ada jalur cadangan untuk komponen kritis. Meskipun begitu, Tier I bisa menjadi solusi yang ekonomis bagi organisasi yang masih bisa mentoleransi waktu henti yang lebih tinggi.

Tier II: Redundant Site Infrastructure Capacity Components

Pusat data Tier II menyediakan komponen kapasitas yang redundan untuk meningkatkan keandalan dibandingkan Tier I. Namun, tetap menggunakan satu jalur distribusi untuk daya dan pendinginan.

Pusat data pada tingkat ini menyediakan beberapa komponen redundan untuk meningkatkan keandalan. Dengan ketersediaan 99.741%, downtime maksimal yang diizinkan adalah sekitar 22 jam per tahun. 

Pusat data Tier II dilengkapi dengan unit pendingin, generator, dan UPS (Uninterruptible Power Supply) yang redundant. Ini membuatnya lebih tahan terhadap kegagalan komponen dibandingkan dengan Tier I, menjadikannya cocok untuk organisasi yang memerlukan uptime yang lebih tinggi namun masih dapat mentoleransi downtime tertentu.

Tier III: Concurrently Maintainable Site Infrastructure

Tier 3 adalah pusat data yang dapat dikelola secara bersamaan, artinya pemeliharaan atau penggantian komponen dapat dilakukan tanpa perlu mematikan sistem. Ini karena Tier 3 memiliki jalur distribusi ganda dan komponen redundan.

Pusat data pada tingkat ini dirancang untuk memungkinkan pemeliharaan sistem tanpa menghentikan operasional. Dengan ketersediaan mencapai 99.982%, downtime maksimal hanya sekitar 1,6 jam per tahun. 

Pusat data Tier III memiliki redundansi dan jalur cadangan penuh untuk semua komponen, memungkinkan pemeliharaan atau perbaikan tanpa mematikan sistem. Hal ini sangat cocok untuk perusahaan yang membutuhkan tingkat ketersediaan tinggi dan tidak dapat mentoleransi downtime.

Tier IV: Fault Tolerant Site Infrastructure

Tier 4 adalah tingkatan tertinggi dalam sistem pusat data. Infrastruktur ini dirancang untuk tahan terhadap gangguan baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan, dengan sistem yang independen dan terisolasi secara fisik.

Pusat data Tier IV menawarkan toleransi kesalahan penuh dengan ketersediaan mencapai 99.995%, yang berarti downtime maksimal hanya sekitar 26,3 menit per tahun. 

Dengan infrastruktur yang sepenuhnya redundan dan sistem toleransi kesalahan, Tier IV mampu menahan kegagalan perangkat keras atau insiden tanpa mengganggu operasional. Ini adalah pilihan ideal untuk organisasi yang tidak dapat menerima downtime sama sekali.

Regulasi Pusat Data di Negara-negara Maju, dari Uni Eropa hingga Kanada

Regulasi Pusat Data di Negara-negara Maju, dari Uni Eropa hingga Kanada

Pusat Data menjadi salah satu hal yang sangat vital untuk organisasi yang sudah bertransformasi digital. Pusat data bekerja dalam menyimpan, memproses dan mengelola data. Sebagai infrastruktur IT, pusat data mendukung semua aspek kehidupan modern, mulai dari aplikasi bisnis hingga komunikasi sehari-hari. 

Namun, keberadaan pusat data yang semakin banyak juga menimbulkan tantangan baru. Hal yang menjadi tantangan adalah terkait keberlanjutan, efisiensi energi, dan perlindungan data pribadi.

Tantangan Pusat Data

Karena banyaknya pusat data, tentu menimbulkan tantangan tersendiri. Pusat data membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk menjalankan segara hardwarenya, mulai dari server hingga perangkat pendingin. Hal ini memunculkan kekhawatiran tentang dampak lingkungan, terutama dalam hal emisi karbon.

Diperkirakan pusat data di seluruh dunia mengkonsumsi sekitar 1 persen jumlah total listrik global dan menghasilkan emisi karbon yang signifikan, seperti dilansir dari Intelligent CIO

Selain itu, meningkatnya jumlah data yang disimpan juga menimbulkan masalah pada perlindungan data pribadi, dengan risiko pelanggaran keamanan dan privasi yang semakin tinggi.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, berbagai negara maju telah mengembankan berbagai sousi terkait regulasi untuk pusat data. Regulasi ini bertujuan untuk meningkatkan keberlanjutan, efisiensi energi, dan keamanan data dalam pusat data.

Ilustrasi Pusat Data

Regulasi Pusat Data di Negara-negara maju

Uni Eropa

Keberlanjutan dan Efisiensi Energi

Uni Eropa menjadi perkumpulan negara pertama yang menerapkan regulasi ketat terkait keberlanjutan dan efisiensi energi untuk pusat data. Salah satu inisiatif utamanya adalah Climate Neutral Data Center Pact yang memiliki tujuan untuk mencapai netralitas karbon pada 2030.

Inisiatif ini mencakup target spesifik untuk Power Usage Effectiveness atau PUE, yaitu metrik yang digunakan untuk mengukur efisiensi pusat data. 

Mulai 1 Januari 2025, pusat data baru yang dibangun di Uni Eropa harus mencapai PUE tahunan sebesar 1,3 di iklim dingin dan 1,4 di iklim panas.

Sebagai contoh, Amsterdam adalah salah satu kota pertama yang menerapkan batas PUE tahunan sebesar 1,2 untuk pusat data baru. Seperti dilansir dari Uptime Institute, kota ini juga memperkenalkan inisiatif penggunaan lahan yang efisien, pemanfaatan kembali panas, dan desain multi-lantai untuk mendorong keberlanjutan. 

Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga membantu meningkatkan efisiensi pusat data.

Perlindungan Data

Dalam hal perlindungan data, Uni Eropa memiliki standar yang sangat tinggi, yang disebut dengan GDPR atau General Data Protection Regulation.

Regulasi ini sudah mulai berlaku sejak 2018 dan menetapkan aturan ketat tentang bagaimana data pribadi harus dikumpulkan, disimpan, dan digunakan.

Seperti dilansir dari Usercentrics, GDPR mewajibkan organisasi untuk mendapatkan persetujuan dari individu sebelum mengumpulkan data mereka. 

Selain itu, organisasi juga wajib memberikan hak kepada individu atau pemilik data untuk mengakses, memperbaiki, dan menghapus data pribadi mereka.

Amerika Serikat

Keberlanjutan dan Efisiensi Energi

Di Amerika Serikat, Department of Energy atau DOE telah mengalokasikan sebanyak USD 42 miliar untuk mendukung solusi pendinginan hemat energi sebagai bagian dari upaya mencapai emisi karbon nol bersih pada 2050. 

Meski demikian, ada resistensi yang signifikan terhadap regulasi pemerintah yang ketat, dengan banyak industri yang lebih memilih regulasi mandiri dibandingkan intervensi pemerintah.

Perlindungan Data

Perlindungan data di Amerika Serikat bersifat terfragmentasi di tingkat negara bagian. Dilansir dari Usercentrics, hingga tahun 2024, 14 negara bagian telah memiliki undang-undang perlindungan data mereka sendiri. 

Misalnya, California dengan California Consumer Privacy Act (CCPA) telah menetapkan standar tinggi untuk pengelolaan data pribadi. Namun, kemajuan menuju undang-undang perlindungan data federal yang komprehensif masih lambat. 

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang semakin luas telah menimbulkan perhatian baru terhadap privasi data, yang mungkin mendorong legislasi federal yang lebih kuat di masa depan​

Kanada

Perlindungan Data

Kanada sedang dalam proses memperbarui kerangka kerja perlindungan datanya melalui Digital Charter Implementation Act (Bill C-27). RUU ini akan menggantikan regulasi PIPEDA yang sudah berusia lebih dari 20 tahun dan memperkenalkan Consumer Privacy Protection Act (CPPA) serta Personal Information and Data Protection Tribunal Act. 

CPPA akan menetapkan aturan baru tentang akses dan penggunaan informasi pribadi di sektor swasta, sedangkan Tribunal Act akan membentuk pengadilan administratif untuk meninjau beberapa keputusan dari Komisioner Privasi Kanada dan memberlakukan hukuman untuk pelanggaran CPPA​

Australia

Perlindungan Data

Australia memiliki Privacy Act yang telah ada sejak tahun 1988, dengan tambahan undang-undang di tingkat negara bagian dan wilayah. 

Pada tahun 2022, Privacy Act mengalami amandemen, dan pada tahun 2023, laporan tinjauan yang mengandung 116 rekomendasi untuk memperkuat perlindungan data dan privasi diterbitkan. 

Beberapa pelanggaran data profil tinggi dalam beberapa tahun terakhir telah menambah tekanan untuk meningkatkan regulasi ini, dan perubahan yang lebih besar diharapkan terjadi pada tahun 2024​

Ilustrasi pusat data

Regulasi Pusat Data Sebagai Upaya Peyeimbangan

Regulasi pusat data di negara-negara maju mencerminkan upaya untuk menyeimbangkan kebutuhan operasional dengan tanggung jawab lingkungan dan perlindungan data. 

Di Uni Eropa, fokus pada keberlanjutan dan perlindungan data sangat kuat, dengan inisiatif seperti Climate Neutral Data Centre Pact dan GDPR yang menetapkan standar global. 

Di Amerika Serikat, meskipun ada resistensi terhadap regulasi pemerintah yang ketat, langkah-langkah menuju efisiensi energi dan perlindungan data terus berkembang, meskipun lebih lambat. 

Kanada dan Australia juga sedang melakukan pembaruan besar pada kerangka kerja perlindungan data mereka untuk menyesuaikan dengan tantangan digital yang terus berkembang.

Dengan regulasi yang semakin ketat dan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan perlindungan data, masa depan pusat data di negara-negara maju akan terus mengalami perubahan yang signifikan. 

Langkah-langkah ini tidak hanya penting untuk menjaga operasi pusat data yang efisien dan aman, tetapi juga untuk memastikan bahwa data pribadi individu tetap terlindungi dalam era digital yang semakin kompleks.

Pusat Data di Perbankan dan Sektor Finansial, Seberapa Penting?

Pusat Data di Perbankan dan Sektor Finansial, Seberapa Penting?

Perbankan dan sektor finansial menjadi salah satu industri yang sangat bergantung pada perkembangan teknologi. Terlebih di era digital seperti sekarang, perbankan dan sektor finansial perlu menggunakan teknologi informasi untuk tetap bertahan dan bersaing. 

Segala kegiatan perbankan dan sektor finansial kini dilakukan secara digital. Data-data nasabah dan transaksi pun disimpan oleh perbankan dan sektor finansial di data center atau pusat data.

Data center adalah fasilitas yang digunakan untuk menempatkan sistem komputer dan komponen terkait, seperti sistem telekomunikasi dan penyimpanan data. Di dalamnya terdapat server, penyimpanan, dan infrastruktur jaringan yang memungkinkan pengelolaan data dalam skala besar. 

Bagi sektor perbankan dan finansial, data center bukan hanya sebuah tempat untuk menyimpan data, tetapi juga pusat dari berbagai aktivitas penting yang mencakup pemrosesan transaksi, analisis risiko, dan pengelolaan portofolio nasabah.

Data center atau pusat data memainkan peran yang krusial dalam memastikan kelancaran operasional, keamanan data, dan inovasi teknologi di perbankan dan sektor finansial. 

Ilustrasi Pusat Data

Pentingnya Data Center untuk Perbankan dan Sektor Finansial

Keamanan Data

Keamanan data menjadi prioritas yang paling utama dalam perbankan dan sektor finansial.Pengelolaan pusat data yang baik tentu akan meningkatkan perlindungan informasi sensitif pelanggan dan data finansial dari berbagai ancaman siber. 

Data center yang dikelola dengan standar tinggi dilengkapi dengan lapisan keamanan seperti firewall, enkripsi data, dan sistem deteksi intrusi yang terus menerus memantau aktivitas mencurigakan.

Berbagai ancaman siber seperti hacking, malware, dan serangan-serangan lainnya dapat menimbulkan kerugian yang besar untuk perbankan dan sektor finansial. 

Maka perbankan dan sektor finansial perlu pengelolaan pusat data yang komprehensif, mencakup implementasi protokol keamanan yang ketat dan pemantauan real-time untuk mencegah terjadinya serangan-serangan siber.

Selain itu, pusat data yang aman dan memastikan data nasabah tetap terlindungi akan menjaga kepercayaan dan reputasi instansi.

Ilustrasi pusat data

Kepatuhan terhadap regulasi

Selain keamanan, kepatuhan akan regulasi menjadi salah satu alasan penting yang menekankan pentingnya pengelolaan pusat data. Perbankan dan sektor finansial diatur oleh berbagai peraturan ketat, sebab sektor ini adalah sektor yang paling rawan. 

Di Indonesia sendiri, ada beberapa aturan terkait perbankan dan sektor finansial yang perlu dipatuhi, seperti Peraturan Bank Indonesia No. 19/12/PBI/2017 tentang Penyediaan Infrastruktur Teknologi Informasi oleh Bank, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 38/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum, dan masih banyak regulasi-regulasi lainnya.

Pengelolaan data center yang tepat memastikan bahwa semua data disimpan dan diproses sesuai dengan regulasi yang berlaku. 

Kepatuhan ini tidak hanya melindungi instansi dari denda dan sanksi, tetapi juga memastikan bahwa operasi berjalan sesuai dengan norma hukum yang berlaku. Tentu pemenuhan regulasi juga akan meningkatkan kepercayaan nasabah akan layanan perbankan dan sektor finansial.

Ilustrasi pusat data

Keberlanjutan Operasional

Keberlanjutan operasional merupakan aspek penting yang memastikan bahwa layanan perbankan dan sektor finansial tetap tersedia tanpa gangguan. 

Data center yang dikelola dengan baik menyediakan infrastruktur yang redundant, yang berarti ada sistem cadangan yang siap digunakan jika terjadi kegagalan sistem utama. Hal ini mencakup penyediaan listrik cadangan, pendinginan yang efektif, dan jaringan komunikasi yang handal.

Prosedur pemulihan bencana juga merupakan bagian integral dari pengelolaan pusat data. Dalam kasus bencana alam atau kegagalan teknis besar, pusat data harus dapat memulihkan operasional dengan cepat untuk meminimalisir downtime dan kerugian finansial. 

Dengan demikian, pengelolaan pusat data yang efektif memastikan bahwa bank dan institusi finansial dapat beroperasi secara terus-menerus dan melayani pelanggan tanpa henti.

Keandalan dan ketersediaan

Keandalan dan ketersediaan data merupakan aspek penting lainnya dalam pengelolaan pusat data. Layanan perbankan dan finansial harus tersedia setiap saat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 

Data center yang dikelola secara profesional memastikan uptime yang tinggi dan pemantauan terus-menerus untuk mencegah downtime.

Keandalan pusat data mencakup penggunaan perangkat keras yang berkualitas tinggi, pemeliharaan rutin, dan pemantauan sistem secara real-time. Ini memastikan bahwa semua komponen infrastruktur berfungsi optimal dan siap menangani lonjakan beban kerja kapan saja.