https://www.rapa-puru.com/ https://ingemantspa.cl/
– Inixindo Jogja
Cara Merawat Baterai di Perangkat yang Kita Miliki

Cara Merawat Baterai di Perangkat yang Kita Miliki

Tahukah Anda kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang dan jarang atau tidak pernah dilakukan sebelumnya pada 10 tahun yang lalu? Yup! Mencari colokan listrik untuk mengisi daya baterai pada smartphone dan kebiasaan ini tentu saja kita lakukan minimal satu kali sehari. Tuntutan ‘kemajuan teknologi’ justru sedikit merepotkan kita. “Dasar anak zaman sekarang, sedikit-sedikit cari colokan,” begitu kata para orang tua kepada anak millenial-nya.

Sebenarnya ‘mencari colokan’ itu bukan kemauan anak zaman sekarang. Banyak di antara mereka yang menyebutkan kata kopi, senja, dan puisi di profil sosial media yang mereka miliki, tapi sepertinya jarang yang menyebutkan colokan, stop kontak, apalagi power socket. Ini merupakan tanda bahwa mencari colokan bukanlah hobi melainkan sebuah keterpaksaan.

Penyebab perbudakan manusia oleh colokan ini disebabkan karena perkembangan teknologi baterai sebagai penyimpan energi tidak secepat perkembangan chipset, layar, atau komponen lain yang mengkonsumsi energi. Samsung pernah nekat memasukan kapasitas baterai yang besar pada perangkat andalannya yaitu Galaxy Note 7. Langkah ini berujung pada ditariknya perangkat tersebut dari pasaran karena banyak kasus baterai meledak. Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa kapasitas penyimpanan baterai akan menurun seiring dengan masa pakai.

Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai pengguna? Tentu saja kita hanya bisa merawat agar kapasitas baterai di perangkat kita tidak cepat menurun dan panjang umur.

 

Mitos Seputar Bagaimana Merawat Baterai

Tidak dipungkiri bahwa keinginan kita agar baterai awet melebihi keinginan kita untuk ganti perangkat 6 bulan sekali. Tapi tingginya keinginan ini terkadang tidak dibarengi dengan pengetahuan tentang baterai itu sendiri. Akibatnya, banyak spekulasi tentang cara merawat baterai yang bahkan bisa disebut disebut suatu mitos.

 

Mencharge Baterai di Atas 100% Akan Menambah Kapasitas Baterai

Ini adalah mitos yang paling tidak masuk akal tapi tetap saja ada yang percaya. Entah datang dari mana anjuran charge delapan jam untuk perangkat baru sempat berkeliaran beberapa tahun lalu. Faktanya tetap mencharge baterai kita walau sudah penuh justru akan semakin mengurangi umur baterai kita.

 

Usahakan Menunggu Daya Baterai Benar-Benar Habis Sebelum Men-charge

Mitos ini dapat dimaklumi karena dapat ditelusuri asal-usulnya. Mitos ini berasal dari baterai berbahan metal seperti nickel cadmium atau nickel-metal hydride yang bisa ‘lupa’ dengan berapa kapasitas baterainya jika arus yang ada di dalamnya tidak dimanfaatkan secara maksimal. Sekarang hampir semua perangkat menggunakan baterai lithium ion atau lithium polymer yang justru akan mempercepat penurunan kapasitas jika sering-sering ‘dikuras’.

 

Selalu Gunakan Adaptor Original dari Manufaktur Perangkat Agar Tidak Merusak Baterai

Mitos ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Hanya saja bahasa yang digunakan merupakan bahasa pemasaran yang tentu saja bertujuan mendatangkan keuntungan bagi produsen perangkat. Poin utama yang diperhatikan sebenarnya bukan merk dari charger tersebut melainkan besarnya tegangan dan arus keluarannya. Tidak sedikit merek-merek charger di pasaran yang memiliki kualitas yang bagus dan bahkan mungkin lebih bagus daripada charger bawaan perangkat. Lagipula smartphone sekarang sudah memiliki chipset yang dapat mengatur arus masuk ke baterai.

 

Terdapat Aplikasi yang Dapat Memperpanjang Umur Baterai

Faktanya awet tidaknya baterai tergantung dari pemakaian kita. Yang ada hanya aplikasi untuk memonitor baterai seperti suhu serta arus keluar atau arus masuk. Menutup aplikasi yang ada di ‘recent apps’ juga percuma karena aplikasi tersebut tersimpan di RAM yang tidak seberapa membutuhkan daya. Justru jika kita membuka aplikasi tersebut otomatis prosesor sebagai komponen yang paling haus daya akan bekerja memindahkan ribuan baris kode kembali dari internal storage ke RAM.

 

Faktor-faktor yang Dapat Memperpendek Umur Baterai

Sebelum kita beranjak ke bagian tips memperpanjang umur baterai, mari kita pahami dulu apa faktor yang dapat mengikis kapasitas sel yang ada dalam baterai itu sendiri. Karena sekali lagi, kita tidak dapat membuat baterai dapat dipakai selama-lamanya yang bisa kita lakukan hanya memperpanjang umurnya.

 

Panas

Faktor yang paling berpengaruh sebenarnya adalah panas. Sel lithium merupakan sel baterai yang paling sensitif terhadap panas bila dibandingkan dengan jenis sel baterai yang lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Battery University, baterai yang digunakan dengan suhu maksimal antara 25 derajat celcius dapat mempertahankan 80% dari kapasitasnya setelah pemakaian 1 tahun walaupun di-charge dengan siklus penuh (0-100%). Kapasitas ini akan lebih besar lagi jika kita dapat mempertahankan suhu di bawah 25 derajat tapi akan sangat sulit karena kita tinggal di negara tropis.

 

Ion yang Bergerak

Sama seperti komponen mekanik yang aus karena pemakaian, proses charge atau discharge (menggunakan daya yang tersimpan dalam baterai) membutuhkan perpindahan ion yang membuat sel di baterai ‘aus’. Inilah mengapa tadi disebutkan kita tidak bisa mencegah proses penuaan baterai tapi hanya bisa memperlambatnya saja. Kita akan membahas tentang ini di bagian selanjutnya.

 

Cara yang Bisa Kita Lakukan Untuk Memperpanjang Umur Baterai

Partial Charge

Partial charge adalah mencharge baterai sebentar saja dan tidak dalam satu siklus penuh (0-100%). Masih ingat tentang masalah sel yang bisa ‘aus’ di atas? Jika menerapkan partial charge kita hanya memakai sebagian sel dari baterai. Menggunakan penelitian yang sama dari Battery University, semakin sedikit tambahan persentase yang kita naikkan setiap kali charge semakin awet baterai kita. Tapi hal ini tidak mungkin kita lakukan karena jika kita hanya menambah daya 10% saja tak akan terbayang betapa sibuknya kita dengan urusan colok-mencolok ini.

Partial charge akan lebih efektif jika dilakukan di tengah siklus. Misal kita inigin mengisi daya sebesar 20%, mulai mencharge saat daya di baterai 40% dan cabut di 60%. Yang paling ideal untuk pengguna biasa adalah mencharge antara 30-70%. Dalam rentang tersebut kita hanya butuh mencharge sekali setiap hari. Apalagi jika kita menggunakan perangkat yang sudah mendukung Quickcharge di mana pada rentang tersebut kita bisa mencharge baterai kita secara lebih singkat.

 

Melepas Soft/Hard Case saat Mencharge

Seperti yang telah disebutkan di atas, panas merupakan musuh bagi sel lithium. Maka dari itu melepas case atau cover yang kita pasang akan membuat perangkat kita lebih mudah melepaskan panas. Bagi yang memakai kipas angin di rumah mungkin bisa mendekatkan perangkat ke kipas angin tersebut saat di-charge. Memasukkan perangkat ke dalam kulkas mungkin bisa menjadi opsi, tapi tampaknya solusi tersebut terlalu ekstrim untuk dilakukan.

 

Tidak Melakukan Aktivitas Berat Saat Mencharge

Selain dapat menimbulkan panas yang berlebihan pada perangkat, menonton video secara streaming atau bermain game saat melakukan proses charging dapat menimbulkan sesuatu yang disebut parasitic loads. Parasitic loads adalah kondisi di mana arus masuk masuk ke dalam baterai tapi juga terdapat arus keluar yang besar untuk memenuhi kebutuhan perangkat. Hal ini dapat mendistorsi siklus pengisian, sama halnya dengan mencolokkan dan mencabut charger dari stop kontak secara terus menerus dan cepat.

 

Tidak Mencharge Semalaman Penuh

Men-charge semalaman penuh menimbulkan potensi terjadinya overcharge. Kondisi di mana kita mencharge baterai yang sudah terisi penuh. Hal ini dapat menimbulkan tekanan pada sel baterai yang dapat mengurangi umur baterai tersebut. Beberapa perangkat memang sudah bisa mengatur arus masuk, tapi hanya beberapa perangkat flagship yang dapat mengecilkan arus hingga menjadi sekitar 20 mA sedangkan rata-rata perangkat tetap memasukkan arus antara 200 – 500 mA. Solusi agar kita dapat mencharge saat tidur adalah dengan memakai powerbank yang dilengkapi dengan fitur auto-power-cut yang dapat memutus arus saat baterai sudah terisi penuh.

***

Itulah tadi hal yang dapat kita lakukan untuk merawat baterai. Dengan langkanya perangkat yang memudahkan pengguna untuk mengganti sendiri baterainya, tentu saja merawat lebih baik daripada datang ke tempat servis smartphone.

Segala Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Chipset di Smartphone Anda

Segala Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Chipset di Smartphone Anda

Bagi seseorang yang pernah membeli smartphone, tentu saja kita pernah dipusingkan oleh spesifikasi smartphone kita. Pilihan antara kamera dengan kualitas top, layar beresolusi tinggi, dan tentu saja fitur canggih seperti face recognition (pengenalan wajah) ataupun sensor sidik jari yang terintegrasi langsung dengan layar. Spesifikasi canggih tersebut tentunya berpengaruh terhadap seberapa dalam kocek yang kita rogoh.

Pengaruh spesifikasi smartphone terhadap keputusan produk mana yang akan kita pilih tentunya akan berbeda-beda. Bagi para gamer dan techno junkies mungkin yang paling berpengaruh dalam memilih smartphone adalah prosesor. Segmen pengguna smartphone ini sangat haus akan performa dari smartphone mereka. Walaupun begitu, banyak di antara mereka yang masih bingung dengan prosesor perangkat mobile. Banyaknya terminologi teknis juga tidak membantu para pengguna dalam mengenali perangkat yang mereka gunakan. Karena kami baik hati dan tidak sombong, kami akan memberikan sedikit pencerahan tentang prosesor yang ada di perangkat mobile yang Anda pakai sehari-hari.

 

System on Chip (SoC)

Penyebutan prosesor untuk perangkat mobile sebenarnya agak ambigu karena spesifikasi yang biasa disebutkan di dalam kardus unit smartphone adalah sistem chipset. Yang dimaksud chipset sendiri adalah rangkaian integrated circuit (IC)  elektronik yang mengatur data flow antara prosesor, memori, GPU, dan lain-lain. Dalam System on Chip (SoC), chipset terangkai menjadi satu dengan beberapa komponen yang terdiri dari:

  • CPU (Central Processing Unit),
  • GPU (Graphic Processing Unit),
  • Connectivity (mobile network, Wi-Fi, Bluetooth, dsb)
  • DSP (Digital Signal Processor)
  • Image Sensor Processor
  • Location (GPS, GLONASS, dsb)

Banyak, kan? Semua jenis chip ini terkumpul menjadi satu komponen yang disebut system on chip. Memang waktu generasi awal smartphone, rangkaian chip ini terpisah dan tren smartphone yang semakin tipis dan padatlah mengapa SoC sekarang dipakai di hampir semua perangkat smartphone dari kelas menengah sampai atas.

 

 

Segala Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Chipset di Smartphone Anda 1

 

 

CPU

CPU merupakan otak yang mengatur semua komponen yang ada di dalam smartphone. Jenis CPU pada smartphone yang paling populer adalah ARM based. ARM merupakan perusahaan arsitektur prosesor sama seperti Intel atau AMD. Bedanya ARM tidak memproduksi prosesornya sendiri melainkan diproduksi oleh beberapa vendor seperti Qualcomm, Apple, Samsung, dan MediaTek. Sama seperti desktop, performa CPU untuk perangkat mobile ditentukan dari jenis arsitektur, kecepatan clock (dalam Hz), dan jumlah core. Bedanya dengan prosesor desktop adalah prosesor pada perangkat mobile harus mempertimbangkan penggunaan daya baterai, panas yang dihasilkan dan banyaknya aplikasi yang berjalan secara bersamaan. Oleh karena itu, para vendor lebih memilih untuk menggunakan arsitektur terbaru dan jumlah core yang tinggi sehingga mampu untuk menghemat daya baterai dan lebih efisien jika digunakan untuk multitasking. Di bagian inilah vendor seperti Qualcomm biasanya menentukan konfigurasi kustom untuk CPU-nya yang dinamai Kryo.

Arsitektur yang paling terbaru dari ARM sampai artikel ini diturunkan adalah Cortex A76. Prosesor ini merupakan prosesor 64-Bit yang menggunakan teknologi 7 nM  dengan kecepatan clock sebesar 3 GHz. Yup! Cortex A76 digadang-gadang sebagai prosesor smartphone yang dapat menyaingi performa laptop. Walaupun begitu, belum ada vendor dan OEM yang menggunakan arsitektur prosesor ini dan mungkin baru akan meluncur di 2019 nanti.

 

GPU

Seperti yang kita ketahui, Graphic Processing Unit berfungsi untuk memproses tampilan visual di layar smartphone. Semakin tinggi performa GPU semakin tinggi pula kualitas tampilan visual di layar. Pada desktop, parameter kualitas tampilan visual ini biasanya ditentukan dari jumlah FPS (frame per second) yaitu jumlah gambar yang dapat ditampilkan setiap detiknya. Semakin banyak jumlah FPS-nya, semakin halus pula gerakan dan animasi yang ada di layar.

Jika kita pengguna yang hanya menggunakan smartphone untuk media sosial dan browsing, kita tak akan bisa membedakan mana Graphic Processing Unit dengan performa tinggi dan mana yang memiliki performa rendah. Lagipula, perbedaan performa antara GPU satu dengan yang lain pada smartphone tidak seberapa signifikan bila dibandingkan GPU pada desktop. Apalagi dengan adanya SoC membuat pengguna tak mempunyai banyak pilihan. Mau tak mau untuk mendapatkan GPU performa tinggi seseorang harus membeli smartphone dengan SoC seri tertinggi seperti Snapdragon 845 yang di dalamnya terdapat GPU Adreno 630.

 

Connectivity

Hal yang paling mudah dilakukan untuk membandingkan chipset ini adalah dengan melihat fiturnya. Chipset yang diproduksi beberapa vendor seperti Qualcomm, Huawei, atau Intel ini memang tidak seberapa diperhatikan oleh penggunanya kecuali jenis jaringan mobile-nya (3G, 4G, atau 5G). Versi bluetooth juga jarang diperhatikan oleh pengguna dari Indonesia karena perangkat wireless seperti smartwatch atau headphone wireless juga tidak seberapa populer. Salah satu fitur yang mungkin diperhatikan adalah VoLTE (Voice over LTE) karena ada satu operator seluler yang sudah menggunakan teknologi ini sepenuhnya dan meninggalkan jaringan tradisional sehingga tanpa dukungan VoLTE pengguna tak bisa menerima telpon dan SMS.

 

DSP

Digital Signal Processor adalah komponen yang mengubah sinyal analog menjadi digital. Seperti yang kita ketahui bahwa smartphone yang kita pegang memiliki banyak sensor seperti sensor cahaya, jarak, suhu, microphone, gyroscope, dan bahkan kamera pun termasuk kategori sensor yang menangkap sinyal analog. Tugas dari DSP ini adalah mengubah semua sinyal tersebut menjadi data digital secara terus menerus tanpa terputus jika dibutuhkan dan sebaliknya yaitu mengubah sinyal digital (untuk video dan audio) ke analog sehingga bisa ditangkap oleh indera manusia. Tugas ini sebenarnya bisa dilakukan oleh jenis chipset yang lain. Para vendor chipset kemudian memisahkan fungsi ini karena jauh lebih efisien dalam pemakaian daya baterai.

 

Image Sensor Processor

Ini adalah prosesor yang diciptakan khusus untuk mengolah sinyal gambar yang ditangkap oleh kamera. ISP ini sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas gambar dari foto-foto yang kita ambil menggunakan kamera smartphone kita. Produsen SoC biasanya sudah memasukkan komponen ISP ini ke dalam produknya. Akan tetapi, produsen smartphone tidak puas dengan kualitas yang dihasilkan dan memodifikasi chip ISP ini. Google misalnya, mereka mendesain chip ISP sendiri yang disebut Pixel Visual Core untuk smartphone mereka yaitu Pixel 2 dan memang gambar yang dihasilkan menjadi tajam. Dengan memadukan Pixel Visual Core dengan chip artificial intelligence juga disandingkan dengan SoC-nya, Pixel 2 bahkan bisa menghasilkan foto bokeh dengan hanya satu kamera saja. Walaupun begitu, kita tak perlu menghiraukan spesifikasi dari ISP ini. Kita tinggal melihat hasil review kualitas gambarnya dan memberikan penilaian sendiri.

 

Location

Dalam SoC juga terdapat chipset untuk pelacakan posisi. Saat ini ada dua jenis metode positioning yaitu GPS yang sudah kita kenal dan GLONASS, sistem positioning dari Rusia yang baru 2011 kemarin melengkapi satelitnya menjadi 24 satelit. Perbedaan keduanya sebenarnya hanya terletak pada posisi satelitnya saja. Secara umum GPS lebih akurat tapi jika kita berada dekat dengan kutub utara atau selatan, GLONASS sedikit lebih akurat. Chipset yang baru biasanya sudah menggabungkan dua metode ini.

 

*****

 

Itu tadi sekilas tentang serba-serbi chipset yang ada di smartphone kita. Komponen-komponen yang disebut di atas sebenarnya masih belum mencakup semuanya. Tapi karena komponen yang lain dirasa tidak pernah menjadi deal breaker bagi orang yang akan membeli smartphone, maka kami cukupkan dengan 6 komponen penyusun SoC saja.

Mana yang Lebih Loyal, Pengguna iOS Atau Android?

Mana yang Lebih Loyal, Pengguna iOS Atau Android?

Mana yang Lebih Loyal, Pengguna iOS Atau Android?

Sebagai dua sistem operasi ponsel terbesar dunia, iOS dan Android selalu menawarkan fitur-fitur terbaik di dalamnya. Mana yang membuat pelanggannya lebih setia?

Pemilik smartphone dan tablet Android ternyata lebih loyal terhadap merek mereka daripada pengguna perangkat iOS Apple, menurut sebuah laporan baru. Studi dari Consumer Intelligence Research Partners (CIRP) menunjukkan bahwa 91% pemilik Android tetap setia terhadap OS mobile tersebut, dibandingkan dengan 86% pengguna IOS.

Data tersebut dikumpulkan sebagai bagian dari survei kuartalan terhadap 500 pengguna yang telah dilakukan oleh CIRP mulai Maret 2013 sampai Desember 2017. Untuk hasil terakhir, CIRP mengukur persentase pelanggan yang bertahan dengan setiap sistem operasi saat mengaktifkan telepon baru selama dua belas bulan, yang berakhir pada bulan Desember 2017. Penelitian tersebut menemukan bahwa selama periode terakhir loyalitas Android berjalan dari 89% menjadi 91%, sementara loyalitas IOS berkisar antara 85% dan 88%.

Persentase ini didasarkan pada perilaku konsumen di Amerika Serikat pada 2017 yang tetap setia dengan satu sistem operasi setelah mereka memutuskan mengganti ponselnya. CIRP menggaris bawahi jika tingkat penggantian perangkat berbeda dengan total orang yang mengganti ponselnya.Mike Levin, partner dan co-founder CIRP, mengatakan loyalitas merek untuk Apple IOS dan Android telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

“iOS dan Android bersaing lebih agresif seiring jumlah pembeli smartphone pertama kali menyusut,” ujar Mike Levin, co-founder dari CIRP.

“Dengan lebih sedikit pengguna sistem operasi smartphone lawas, pemilik telepon dasar, dan pembeli ponsel pertama kali, Android dan iOS sekarang sebagian besar mendapatkan dan kehilangan pengguna ke sistem operasi lain. Mengingat saat ini hanya ada dua sistem operasi yang menguasai pasar, para konsumen pun terlihat untuk memilih salah satu, mempelajarinya, membeli perangkatnya, lalu setia pada pilihannya tersebut,” lanjutnya.

Mana yang Lebih Loyal, Pengguna iOS Atau Android? 2

Ia menambahkan, Apple dan Google harus memikirkan cara untuk dapat terus menjual produk dan layanan keduanya kepada para pelanggan setia mereka. Hal ini pun terlihat dari sikap keduanya yang memang mencoba terus meningkatkan pendapatannya dengan bersumber pada konsumen setianya.

Bagi Apple, pertumbuhan yang ditunjukkan oleh layanan seperti Apple Music, Apple Pay, iCloud, Apple Care, dan App Store mampu membuat mereka menorehkan rekor pendapatan di sektor jasa pada November lalu.

Sedangkan untuk Android, banyaknya ponsel yang mengadaptasi sistem operasi ciptaan Andy Rubin ini membuat para pelanggan setia memiliki keleluasaan dalam mencoba berbagai varian smartphone tanpa menjadi ‘pembelot’ untuk mencoba pengalaman baru.

Menariknya, jika melihat waktu yang lebih lampau, 2013 misalnya, sejatinya pengguna iOS tampak lebih setia dibanding pemakai Android. Fenomena tersebut pun mulai berubah pada pertengahan 2014, dan sejak saat itu Android mampu mempertahankan, bahkan meningkatkan, loyalitas konsumennya di atas iOS.

Sementara itu, narasumber lainnya Josh Lowitz, mitra dan pendiri CIRP, mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Loyalitas pengguna Android sekarang sedikit melebihi pengguna IOS.”

“Seiring waktu, loyalitas Android meningkat secara bertahap, karena mencapai kesamaan dalam ketersediaan aplikasi, musik dan video, dan saat pengalaman pengguna di kedua platform menjadi lebih serupa,” ujarnya.

Pengguna Android juga mendapatkan keuntungan dari berbagai jenis ponsel yang berbeda dari produsen yang berbeda, yang memungkinkan mereka mengubah perangkat keras tanpa melakukan swtiching ke sistem operasi baru, Lowitz menambahkan.

Apa Perbedaan 5G dari Generasi Sebelumnya?

Apa Perbedaan 5G dari Generasi Sebelumnya?

Apa Perbedaan 5G dari Generasi Sebelumnya?

Teknologi 5G digadang-gadang memiliki kecepatan paling tinggi dibandingkan “G” yang lain. Sebelum 5G, ada 4 generasi jaringan: 1G, 2G, 3G, dan 4G.

1G, yang mulai dikembangkan pada dekade 1970an, memiliki kecepatan 2 KB per detik (Kbps). 1G sendiri merupakan jaringan analog yang hanya memungkinkan digunakan untuk komunikasi suara, bukan data. Namun, dengan keterbatasan yang dimilikinya itu, Qualcomm melalui publikasi presentasinya yang berjudul “The Evolution of Mobile Technology”, menyebut 1G sebagai “fondasi dunia mobile.”

Memang, ponsel berbasis 1G tak akan bisa digunakan untuk berselancar di dunia maya, apalagi digunakan untuk streaming Youtube atau mengunduh film. Namun, kecepatannya bisa kita hitung. Jika teknologi 1G yang berkecepatan 2 Kbps itu hendak digunakan untuk mengunduh file film sebesar 1 GB, ponselnya akan membutuhkan waktu selama 1 bulan-18 hari-17 jam-2 menit-47 detik untuk menyelesaikan unduhan.

Sementara itu, pada teknologi 2G yang menurut Qualcomm disebut (jaringan) mobile untuk khalayak, koneksi data sudah dimungkinkan. Istilah “GPRS” pun akrab bagi para pengguna ponsel berbasis 2G untuk berinternet.

Sayangnya, 2G memiliki kecepatan yang masih minim, yakni 14,4 hingga 64 Kbps. Dengan asumsi file yang diunduh sama, 1GB, ponsel berkekuatan 2G akan membutuhkan waktu selama 6 hari-21 jam-42 menit-3 detik hingga 1 hari-13 jam-16 menit-57 detik untuk menyelesaikannya.

Apa Perbedaan 5G dari Generasi Sebelumnya? 3

Adapun 3G, sebagai jaringan berpredikat “mobile broadband”, memiliki kecepatan koneksi 2 Mbps. Untuk mengunduh berukuran sama, ponsel berjaringan 3G hanya membutuhkan waktu selama 1 jam-11 Menit-34 Detik untuk menyelesaikannya.

Terakhir, kita punya 4G, di mana kecepatan koneksi data sudah semakin cepat. 4G diketahui memiliki kecepatan hingga 200 Mbps (dalam beberapa publikasi disebut 100 Mbps). File film sebesar 1GB hanya membutuhkan waktu selama 42 detik ketika diunduh pada ponsel berbasis 4G.

Bagaimana dengan 5G? Dengan kecepatannya yang lebih dari 1 Gbps, file film berukuran 1GB seharusnya hanya perlu waktu sekedipan mata sampai selesai diunduh. Uji coba infrastruktur 5G yang dilakukan SK Telecom dan KOTSA di Korea, misalnya, mencatat waktu unduh berkas sebesar 1 GB adalah 0,4 detik.

Teknologi 5G diharapkan bisa menghadirkan pita frekuensi baru (jauh lebih lebar dari yang sebelumnya) bersamaan dengan bandwidth per channel frekuensi yang lebih luas. Sampai sekarang, teknologi mobile pendahulu (generasi) telah membuktikan peningkatan bitrate puncak yang substansial. Lalu – bagaimana 5G berbeda dengan yang sebelumnya (terutama 4G)? Jawabannya adalah – tidak hanya peningkatan bitrate yang membuat 5G berbeda dari 4G, namun 5G juga maju dalam hal sebagai berikut:

  • Kecepatan bit puncak meningkat tinggi
  • Volume data yang lebih besar per satuan luas (yaitu efisiensi spektral sistem tinggi)
  • Kapasitas yang tinggi untuk memungkinkan lebih banyak perangkat konektivitas secara bersamaan dan seketika
  • Menurunkan konsumsi baterai
  • Konektivitas yang lebih baik terlepas dari wilayah geografis, di mana Anda berada
  • Banyak perangkat pendukung
  • Menurunkan biaya pembangunan infrastruktur
  • Kelebihan komunikasi yang lebih tinggi
Menyambut Teknologi 5G

Menyambut Teknologi 5G

Menyambut Teknologi 5G

Dalam dunia selular, belum lama rasanya kita menikmati teknologi 4G, yang merupakan pengembangan dari 3G dan 2G. Namun, sebentar lagi teknologi 4G akan ketinggalan dengan hadirnya 5G (Fifth Generation).

Teknologi 5G adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut generasi kelima sebagai fase berikutnya dari standar telekomunikasi seluler melebihi standar 4G. Tahun ini, diprediksi 5G akan diluncurkan.

Dalam teknologi 5G, data akan dikirimkan melalui gelombang radio. Gelombang radio akan terbagi menjadi frekuensi-frekuensi yang berbeda. Setiap frekuensi disiapkan untuk tipe komunikasi yang berbeda, seperti aeronautical dan sinyal navigasi maritim, siaran televisi, dan mobile data.

Penggunaan frekuensi-frekuensi ini diregulasikan oleh International Telecommunication Union (ITU). ITU telah merestrukturasi bagian-bagian gelombang radio secara komprehensif untuk mentransmisikan data sambil mengembangkan teknologi komunikasi yang sudah ada termasuk 4G dan 3G.

Terdapat beberapa konsep yang menjadi tujuan utama dari teknologi 5G, yaitu:
1. Kecepatan data yang lebih signifakan dari 4G.
2. Memiliki transfer data dari satu telepon ke telepon lain dengan kecepatan satu mili detik
3. Dapat terkoneksi dengan alat seperti telepon, mobil, dan peralatan rumah tangga.

Fitur Utama 5G

Bisa dibilang, fitur dan kegunaan 5G jauh beyond expectation. Dengan kecepatan yang sangat tinggi, cukup potensial untuk mengubah makna keunggulan ponsel.

Dengan sederet fitur inovatif tersebut, sekarang smartphone bisa setara dengan laptop. Kita bisa menggunakan koneksi internet broadband; fitur penting lainnya yang mempesona orang adalah pilihan game yang lebih banyak, pilihan multimedia yang lebih luas, konektivitas di mana-mana, waktu respon lebih cepat, dan suara berkualitas tinggi dan video HD dapat ditransfer ke ponsel lain tanpa mengorbankan kualitas audio dan video.