Tema dan Indikator Kota Cerdas (Smart City) di Indonesia
Saat ini hampir seluruh pemerintah daerah membicarakan smart city, yang dalam Bahasa Indonesia adalah kota cerdas. Dalam artikel ini saya akan menggunakan istilah kota cerdas. Kota cerdas pada awalnya identik dengan apa yang dilakukan Pak Ahok dengan E-budgeting, Clue di provinsi DKI Jakarta, lalu dengan apa yang dilakukan oleh Pak Ridwan Kamil dengan Command Center-nya di kodya Bandung dan oleh Bu Risma dengan Smart Traffic Light serta E-Pengaduan di kodya Surabaya. Kota cerdas langsung meroket popular seiring popularitas Pak Ahok, Pak Kamil dan Bu Risma. Dampak dari program di masing-masing daerah tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat secara langsung. Daerah lain mencoba meniru dengan tagline smart city. Lalu bagaimana model kota cerdas di daerah lain? Apakah yang dilakukan oleh Pak Ahok, Pak Kamil dan Bu Risma, dapat ditiru dan diterapkan di daerah lain?
Setiap daerah memiliki permasalahan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Namun kota cerdas akan selalu memiliki makna yang sama, jika kita memaknai kota cerdas tidak dengan teknologi-teknologi yang digunakan. Namun kota cerdas dimaknai dengan kata “cerdas”, yaitu cerdas masyarakatnya dan cerdas dalam cara menyelesaikan bidang permasalahannya.
Lalu bagaimana sebuah daerah dapat memulai sebuah program kota cerdas?
Terdapat 5 tema dasar dalam merencanakan atau menerapkan kota cerdas. Tentunya kedepan tidak hanya 5 tema, namun dapat lebih sesuai kebutuhan daerah. Kita memerlukan fondasi untuk sebuah kota cerdas, 5 tema berikut dapat dijadikan sebuah acuan untuk memulai.
- Smart People
- Smart Energy
- Smart Economy
- Smart Infrastructure
- Smart Services
Setelah menentukan 5 tema dasar dalam kota cerdas, langkah selanjutnya adalah menentukan indikator cerdas dari setiap tema. Indikator ini akan menjadi target yang harus dicapai untuk mencapai istilah “cerdas” dalam sebuah tema.
Indikator smart economy antara lain :
- Touchpoint, adanya titik temu antara produsen dan konsumen , baik secara digital ataupun tradisional
- Ekspansi pasar, adanya perluasan pasar untuk produk produk daerah
- Adanya kanal distribusi
- Biaya operasi yang rendah
- Rantai pasokan
Indikator tersebut menjadi sebuah target untuk dicapai dengan suatu cara cara yang cerdas. Tentunya kalau ada target , pastinya ada baseline atau kondisi aktual atau problem. Di mana selisih antara target dan baseline akan melahirkan inisiatif-inisiatif program.
Langkah awal memulai kota cerdas adalah susun Masterplan Smart City dan peningkatan kualitas SDM bidang Teknologi Informasi.
Andi Yuniantoro
Direktur Inixindo Jogja