Bisnis Ritel Terpuruk, Benarkah Karena Bisnis Online?
Bisnis Ritel Terpuruk, Benarkah Karena Bisnis Online?
Tahun 2017 tampaknya adalah masa-masa suram bagi bisnis ritel di Indonesia. Tercatat sedikitnya ada lima bisnis ritel yang tutup sepanjang tahun 2017. Bisnis ritel besar yang tutup pada 2017 adalah 7 Eleven yang tutup pada 30 Juni 2017, dua gerai Pasaraya dan Matahari yang tutup pada akhir September 2017, Lotus yang tutup pada Oktober 2017 dan Debenhams yang tutup pada akhir tahun 2017.
Sebagian pihak memperkirakan, maraknya bisnis online dan e-commerce-lah yang menjadi penyebab gulung tikarnya bisnis ritel konvesional. Apakah benar demikian?
Ekonom dan bankir menyatakan porsi penjualan e-commerce terhadap total penjualan ritel sebenarnya belum terlalu besar. Karena itu, seharusnya dampaknya tidak terlalu besar.
“Share masih lebih besar konvensional, growth (pertumbuhan e-commerce) kencang, tapi share belum tinggi. Share rendah,” kata Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) seperti dikutip dari katadata.co.id.
Bahkan menurut David, sebenarnya pertumbuhan transaksi e-commerce juga sebenarnya melambat, setali tiga uang dengan ritel konvensional. Di BCA pada kuartal II lalu, pertumbuhannya jauh menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Dulu bisa ratusan, bahkan ribuan persen. Terakhir di bawah 100%, 90% dan terus turun. Sekarang naik, tapi tidak banyak, di bawah 20% dibanding kuartal yang sama tahun lalu,” ujarnya. Ia meyakini, bank-bank besar lainnya yang memfasilitasi transaksi e-commerce juga menemukan fenomena yang kurang lebih sama.
Karena itulah, dia menilai menurunya penjualan bisnis ritel konvensional lebih dari sekedar pergeseran pola pembelian masyarakat dari ritel konvensional ke online. Ia menduga, lemahnya penjualan memang terkait daya beli. “Namun sulit untuk mengetahui persoalan mengapa daya beli terganggu, apakah karena kebijakan pemerintah, faktor pajak, politik keamanan. Harus tanya ke konsumen,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh ekonom Drajad Wibowo. Menurut Drajad, adalah salah kaprah jika menganggap bahwa anjloknya ritel tahun 2017 adalah karena pesatnya belanja online.
Menurut Drajad, di negara lain seperti Amerika Serikat yang merupakan kiblat belanja online saja, penjualan ritel tetap bagus. Pada 2016, penjualan ritel AS tumbuh 3,3%, sebuah angka yang cukup tinggi bagi AS. Sedangkan pada 2017, pertumbuhannya cenderung berkisar 3,4-4 %.

Indonesia memang mencatat pertumbuhan belanja online tertinggi di dunia, rata-rata sebesar 37% per tahun sejak 2013. Tapi ini karena pangsa belanja online di Indonesia masih sangat kecil. Pada 2016, pangsa tersebut baru 2,2% dari penjualan ritel.
Fakta-fakta di atas membuktikan, perkembangan pesat belanja online tidak otomatis merusak penjualan ritel. Di AS penjualan ritel tumbuh kira-kira setara dengan laju pertumbuhan ekonominya. Karena itu menurut Drajad salah kaprah jika menuding belanja online sebagai penyebab turunnya belanja ritel. Apalagi data Indonesia membari gambaran yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2015, penjualan ritel pernah merasakan manisnya pertumbuhan sebesar 8%, jauh di atas pertumbuhan ekonomi sebesar 4,88%.
Pada 2016, penjualan ritel tumbuh 9%, lagi-lagi jauh di atas pertumbuhan ekonomi yang 5,02%. Sedangkan semester pertama 2017, data AC Nielsen menyebut penjualan ritel hanya tumbuh 3,7%. Ini di bawah pertumbuhan ekonomi yang mungkin 5% lebih.
“Jadi, sumber masalahnya bukan pada belanja online, tapi ada faktor lain yang lebih fundamental,” kata Drajad seperti dikutip dari detik.com.
Drajad menduga, konsumen menengah atas memang menahan belanjanya tahun ini. Ia sering mendengar tentang hal ini dari konsumen yang juga pelaku usaha menengah atas di Jakarta.
“Mereka tidak nyaman dan menunggu, bagaimana pemerintah akan merealisasikan ancaman yang menakutkan mereka terkait amnesti pajak, kartu kredit dan dibukanya rekening bank. Ini baru suatu dugaan. Mungkin saja ada faktor lain seperti pelemahan penjualan di beberapa sektor,” tutur Drajad.
![[Workshop] Kabar Telegram Untuk Si Dia 2 Sebuah workshop tentang “Pemanfaatan API Telegram Untuk Proses Business Help Desk” pada tanggal 29 Maret 2018 di Inixindo Jogja.](https://inixindojogja.co.id/wp-content/uploads/2018/03/Telegramposter.jpg)
Finlandia terkenal dengan proyek berteknologi tinggi dan kehebatannya. Negara kelahiran Nokia ini sempat memimpin dalam teknologi komunikasi selama belasan tahun, dan sekarang berfokus pada biosciences, energi dan ilmu lingkungan, dan telah menawarkan ribuan beasiswa untuk para ilmuan muda dari seluruh dunia.
Saat ini Tiongkok sering disebut-sebut sebagai negara adikuasa berikutnya, padahal hal tersebut sudah terjadi. Dalam 10 tahun terakhir, Tiongkok telah menoreh prestasi dalam perkembangan besar di bidang teknologi. Saat ini, para ilmuwan Tiongkok berfokus pada robotik, semikonduktor, kereta berkecepatan tinggi, superkomputer, genetika dan mobil.
Kanada memiliki sektor teknologi yang sangat maju. Pemerintah Kanada sangat mendorong ilmu dan penelitian. Tak hanya berfokus pada biotechnoloy, Kanada juga sibuk menciptakan mesin interaksi nirkabel dan mesin bermerek supersonik bermesin ganda, Avro Arrow.
Inggris adalah negara industri modern pertama di dunia. Sebut saja mesin jet, mesin lokomotif, World Wide Web, motor listrik, bola lampu pijar dan telegraf listrik komersial semuanya ditemukan di Wilayah Inggris. Baru-baru ini, Inggris mengkhususkan diri pada teknologi militer termasuk kendaraan tempur tanpa awak, BAE Systems Taranis. Teknologi ini menghasilkan hasil yang spektakuler di medan perang di Irak.
Rusia adalah produsen berat dan penemu teknologi senjata dan sistem pertahanan. Negara ini memiliki salah satu sistem pertahanan berteknologi tinggi terbaik, juga mengekspor peralatan pertahanan ke banyak negara di dunia. Sistem rudal Rusia S300, S400, S500 dan ICBM sangat efisien daripada yang lainnya di dunia. Baru-baru ini Rusia menempatkannya di S300 di Timur Tengah di Suriah dan mampu menghalangi Angkatan Udara yang paling kuat di Wilayah ini, Israel.
Jerman sejak berabad-abad merupakan negara dengan teknologi tinggi. Teknologi otomotif Jerman luar biasa dengan merek besar seperti Mercedes-Benz, Audi, BMW, Volkswagen dan Porsche. Baru-baru ini Jerman juga memimpin dalam hal Industri Pertahanan dengan memproduksi kapal selam Dolphin yang dijual ke Israel.
Sekitar 35% ekspor Israel terkait dengan teknologi. Israel adalah satu di antara lima besar ilmu antariksa. Hal ini juga dikenal karena inovasi di industri pertahanan seperti Iron Dome yang legendaris karena berhasil memblokir semua serangan rudal dari Gaza selama konflik 2014. Israel mengembangkan kendaraan udara tak berawak pertama (UAV) dengan pengawasan real-time.
Tahukah Anda kecepatan internet rata-rata di Korea Selatan tiga kali lipat di AS? Korea Selatan juga merupakan tempat kelahiran perusahaan teknologi seperti LG, Hyundai, dan Samsung. deretan merek yang berhasil bersaing dengan merek teknologi global seperti Apple dan Toyota. Ilmuwan Korea Selatan telah memberikan kontribusi signifikan di bidang seperti robotik.
Eksplorasi ruang angkasa, farmasi, sistem pertahanan dan telekomunikasi telah menjadi fokus utama Amerika Serikat selama beberapa dekade. Amerika memiliki militer paling kuat dan berteknologi maju di dunia melalui perusahaan teknologi terbesar di dunia seperti Google, Facebook, Apple, Intel, IBM dan Microsoft. Deretan teknologi raksasa yang telah mengubah cara hidup orang di seluruh dunia.
Semua mengakuinya, Jepang adalah negara yang mencapai hasil di setiap bidang: mulai dari teknologi bio hingga robotika. Jepang terkenal dengan penelitian ilmiahnya yang telah memberikan kontribusi yang sangat besar di berbagai bidang seperti mobil, elektronik, mesin, teknik gempa, optik, robotik industri, logam dan semi konduktor. Peneliti Jepang pun telah memenangkan banyak penghargaan Nobel.![[Community Day] Pentingnya Standar Operasional di Dalam Pengelolaan Data Center 13 [Community Day] Pentingnya Standar Operasional di Dalam Pengelolaan Data Center 12](https://inixindojogja.co.id/wp-content/uploads/2018/03/Comday-Data-Center.jpg)