SIAP Transformasi Digital : Katalis Penerapan SPBE dan Smart City di Daerah

SIAP Transformasi Digital : Katalis Penerapan SPBE dan Smart City di Daerah

SIAP Transformasi Digital : Katalis Penerapan SPBE dan Smart City di Daerah 1

SIAP Transformasi Digital : Katalis Penerapan SPBE dan Smart City di Daerah

 

Arah revolusi industri 4.0 sudah jelas dan tak ada orang yang meragukan, yaitu ke arah transformasi digital. Tapi apakah transformasi digital hanya terjadi di sektor industri dan bisnis saja? Tentu saja tidak. Di saat orang merasakan kemudahan yang didapat dari transformasi digital di sektor industri dan bisnis, tentu mereka berharap kemudahan bisa dinikmati di sektor lain seperti layanan publik. Oleh karena itu, transformasi digital juga perlu dilakukan pada pemerintah terutama pemerintah daerah yang lebih dekat dengan masyarakat.

 

Smart City

Sebuah konsep kota ke arah transformasi digital sebenarnya sudah ada sejak satu dekade terakhir. Terminologi smart city sendiri adalah sebuah kawasan urban yang menggunakan IoT (internet of things) untuk mengumpulkan data kemudian menggunakan data tersebut untuk mengelola aset dan sumber daya yang ada kawasan tersebut secara efisien. Konsep smart city lekat dengan sebuah integrasi ICT (information and communication) yang tentunya sesuai dengan karakter sebuah transformasi digital.

Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PUPR, Bappenas dan Kantor Staf Kepresidenan sebenarnya sudah mencanangkan program “Gerakan 100 Smart City” sejak beberapa tahun yang lalu. Gerakan smart city ini bertujuan untuk membimbing Kabupaten/Kota dalam menyusun masterplan smart city agar bisa memaksimalkan pemanfaatan teknologi, baik dalam meningkatkan pelayanan masyarakat maupun mengakselerasikan potensi yang ada di masing-masing daerah.

Ada 6 sektor yang harus dipenuhi demi terwujudnya sebuah konsep smart city di Indonesia secara menyeluruh yaitu smart governance, smart economy, smart society, smart environment, smart living, dan smart branding. Dalam ekosistem smart city sendiri tujuan utama smart city adalah terciptanya masyarakat yang nyaman, aman, tertib, bahagia, pintar dan sejahtera sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah menjadi tinggi.

 

Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)

Selain “Gerakan 100 Smart City”, arah kebijakan Pemerintah Republik Indonesia melalui Perpres No 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) juga sangat mendukung adanya transformasi digital di semua instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Tujuan dari Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik ini adalah mewujudkan  tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan akuntabel serta pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya. Dalam Peraturan Presiden tersebut, penerapan SPBE ini melibatkan berbagai instansi dari beberapa kementerian dan badan pemerintah seperti Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Keuangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Menteri PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Keterlibatan beberapa instansi dan lembaga pemerintahan ini tentunya menunjukkan keseriusan Pemerintah Republik Indonesia dalam melaksanakan transformasi digital. Akan tetapi di sisi lain, banyaknya pihak yang terlibat dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru seperti langkah-langkah apa yang harus dilakukan, siapkah sumber daya manusia di instansi pelaksana SPBE, apa saja infrastruktur yang harus disiapkan dalam transformasi digital, bagaimana koordinasi antar lembaga tersebut. Hal-hal tersebutlah yang sering ditanyakan oleh instansi dan dinas pemerintah pelaksana SPBE di daerah. Belum lagi pertanyaan mana yang harus diprioritaskan antara smart city dan SPBE demi terwujudnya sebuah transformasi digital di pemerintahan. 

 

SIAP Transformasi Digital

Pada tanggal 18 Juli 2019 Inixindo Jogja yang didukung Blue Power Technology, Indosat Ooredoo Business, dan Nikola Indonesia Group menyelenggarakan acara yang bertajuk “SIAP (Step-by-step Integrated Action Pemerintah Daerah) Transformasi Digital.” Acara yang bertempat di Yogyakarta Marriot Hotel ini memiliki konsep utama QnA (question and answer) dimana peserta dari Diskominfo, Bappeda, dan Badan Keuangan Daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota masing-masing dapat bertanya lewat aplikasi web yang telah disediakan di acara SIAP Transformasi Digital. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh pembicara yaitu Imam Machdi dari Kemen PAN/RB, Irwan Rawal Husdi dari BPPT, Agung Nugraha dari BSSN, Andi Yuniantoro dari Inixindo Jogja, dan Filindo Iskandar dari Blue Power Technology. 

Selain sesi QnA, dalam acara SIAP Transformasi Digital ini juga terdapat dua workshop yang berjalan secara bersamaan. Sesi workshop ini membagi peserta SIAP Transformasi Digital menjadi dua untuk mengikuti Workshop Smart City & Smart Province serta Workshop SPBE & Keamanan Informasi. Untuk melepas penat sebelum acara workshop dimulai peserta di dua ruang mengikuti games interactive Kahoot secara terpisah dengan hadiah yang cukup menarik bagi pemenang di setiap ruang.

Dalam Workshop Smart City & Smart Province peserta melakukan asesmen online tentang kesiapan smart city di daerah masing-masing. Peserta di workshop ini juga mendapatkan bank layanan smart city. Setelah itu, workshop kemudian diisi oleh Blue Power Technology yang memberikan penjelasan tentang bagaimana cara yang harus ditempuh untuk mengakselerasi program smart city di masing-masing daerah. Blue Power Technology juga memberikan materi tentang “leverage communication with smart citizen” dan monitoring pajak daerah.

Sedangkan dalam Workshop SPBE & Keamanan Informasi, peserta melakukan asesmen online SPBE dan indeks KAMI (Keamanan Informasi). Di workshop ini, peserta mendapatkan penjelasan dari Indosat Ooredoo Business tentang Internet of Things (IoT) dan macam-macam digital services. Selain dari Indosat Ooredoo Business, peserta juga mendapatkan materi dari Honeynet Project yang memberikan demo untuk mendeteksi serangan cyber yang sering terjadi pada website pemerintah daerah.

Di akhir acara, peserta kembali berkumpul untuk dalam satu ruangan untuk mengikuti undian grand prize.

 

Extended Session

Acara SIAP Transformasi Digital pada awalnya dijadwalkan dihadiri oleh Bambang Dwi Anggono selaku Direktur Layanan Aplikasi Informatika Pemerintahan Kementerian Komunikasi dan Informatika tapi karena berhalangan hadir pada tanggal 18 Juli, akhirnya pria yang akrab disapa Pak Ibeng datang ke kantor Inixindo Jogja pada tanggal 19 Juli 2019 pada acara demo command center untuk memberikan paparan kepada peserta SIAP Transformasi Digital tentang smart city dan integrasi aplikasi.

Dalam kesempatan kali ini, Pak Ibenk menyampaikan bahwa smart city bukan sekedar e-gov, branding, atau belanja TIK saja. Komponen yang penting adalah smart society (people) dimana usaha untuk mewujudkan smart city akan sia-sia tanpa didukung oleh manusia yang ‘pintar’. Selain itu, Pak Ibenk juga menyampaikan bahwa SPBE merupakan upaya pemerintah pusat untuk mempercepat terwujudnya smart city di Indonesia.

SIAP Transformasi Digital : Katalis Penerapan SPBE dan Smart City di Daerah 2 SIAP Transformasi Digital : Katalis Penerapan SPBE dan Smart City di Daerah 3

Melalui SPBE yang ditunjang dengan Satu Data Indonesia (SDI), pemerintah dapat melakukan efisiensi anggaran untuk pengadaan aplikasi karena aplikasi akan disediakan oleh pemerintah pusat. Walaupun begitu, hal tersebut tidak menghalangi inovasi-inovasi yang mungkin akan dilakukan oleh pemerintah daerah. Aplikasi yang disediakan oleh pemerintah pusat hanya berupa engine sehingga pemerintah daerah dapat mengembangkan aplikasi sesuai kebutuhan di daerah masing-masing.

Acara ini ditutup dengan demo command center oleh Blue Power Technology. Demo ini menunjukkan bagaimana command center dengan IoT (internet of things) dapat mengetahui situasi suatu kota dan dapat memegang kendali atas fasilitas publik seperti lampu jalan.

 

***

 

Menuju Digitalisasi Pemerintah melalui SPBE

Menuju Digitalisasi Pemerintah melalui SPBE

Untuk mewujudkan digitalisasi pemerintah yang berdasarkan Peraturan Presiden No. 95 tahun 2018 tentang pelaksanaan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Perlu didukung dengan sinergitas antara SPBE, Indeks KAMI (Keamanan Informasi) dan Smart City. SPBE yang dimaksud adalah program pemerintah dalam memberikan layanan kepada masyarakat luas dengan memanfaatkan teknologi informasi. Lalu smart city, pemanfaatan teknologi sebagai enabler untuk mewujudkan kota/daerah yang layak huni, nyaman, aman, sehat dan berkelanjutan berbasis pada inovasi.

“Kondisi saat ini data pemerintah itu tersebar dimana-mana, disimpan dengan teknologi yang berbeda bisa jadi dalam bentuk yang belum bersifat ‘elektronik’. Data tersebut hanya disimpan untuk pengawasan saja namun tidak dipergunakan dengan baik” ujar Andi Yuniantoro, Direktur Inixindo Jogja dalam Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Dinas Kominfo Se-Provinsi Kalimantan Tengah di Kota Palangkaraya (25/7)

Lalu apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menuju digitalisasi yang sesuai dengan Perpres? Pertama, data harus tersambung dan terintegrasi dari seluruh sumber data pemerintahan yang ada (seluruh OPD). Kedua, memanfaatkan data tersebut untuk memecahkan masalah yang ada di pemerintahan menggunakan kecerdasan buatan yakni machine learning. Ketiga, para pimpinan dan Aparatur Sipil Negara (ASN) dapat mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat dan cepat, Imbuh pria yang akrab disapa Andi.

 

***

Kunjungan Dari Merauke : Demo Command Center

Kunjungan Dari Merauke : Demo Command Center

Salah satu komponen menciptakan smart city diantaranya memanfaatkan teknologi sebagai enabler untuk mewujudkan kota/daerah yang layak huni, nyaman, sehat, aman dan berkelanjutan yang berbasis pada inovasi. Untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan salah satu fasilitas Command Center dalam menjalankan business process smart city, seperti yang ada di Inixindo Jogja. Teknologi Command Center dilengkapi komponen smart pole dan sensor pendeteksi api, suhu, jarak, banjir yang nantinya diharapkan dapat membantu para pemangku kepentingan mengambil sebuah keputusan. Kali ini Mini Command Center Inixindo Jogja mendapat kunjungan tamu istimewa dari Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Merauke yang diwakili oleh Bapak Nugie selaku kabid

“Pada kondisi di Pemerintahan Daerah, salah satu fungsi terpenting command center ialah menampilkan data yang sudah terkumpul dari seluruh SKPD secara real time sehingga Kepala Daerah dapat memantau kondisi di daerahnya. Misalnya ketika di suatu jalan terjadi sebuah kepadatan yang terdeteksi melalui sensor, dapat diketahui secara langsung apa penyebab dari kepadatan tersebut apakah sebuah kecelakaan atau jalan yang rusak, yang datanya juga didukung dengan data dari CCTV setempat” Ujar Umar Affandhi dalam menjelaskan Mini Command Center di Inixindo Jogja kepada Diskominfo Kabupaten Merauke (30/07)

Selanjutnya Umar Affandhi mengatakan bahwa untuk menyajikan data pada video wall tersebut diperlukan data yang terintegrasi antar SKPD untuk memudahkan analisa data. Sehingga para Kepala Daerah mampu memutuskan kebijakan secara cepat dan tepat berdasarkan data yang tersaji secara realtime. Kehadiran Command Center dalam Pemerintah Daerah sejalan dengan Peraturan Presiden nomor 95 tahun 2018 menyebutkan tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Sehingga komitmen dalam memberikan pelayanan dan memudahkan tata kelola pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan penerapannya dapat terkontrol. 

Kunjungan Dari Merauke : Demo Command Center 4Kunjungan Dari Merauke : Demo Command Center 5

Pemerintah Perlu Pondasi TIK 

Dalam menjalankan Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE) Pemerintah Daerah mutlak mempunyai pondasi TIK dalam menjalankan pemerintahan, termasuk di dalam membangun SDM TIK dan layanan terpadu untuk publik dan pemerintahan yang saling terintegrasi. Untuk itu butuh rencana induk atau master plan yang berisikan roadmap program kerja yang selaras dengan  Visi dan Misi yang telah ditetapkan. Nugroho Asrianto, ST., M.Si sebagai Kepala Bidang Pengembangan Layanan Diskominfo Kabupaten Merauke mengatakan bahwa untuk penerapan SPBE daerahnya butuh acuan dalam mengimplementasikan Smart City dan SPBE di daerahnya seperti Master Plan yang berisikan tentang konsep dasar penerapan SPBE, identifikasi kebutuhan TIK, bagaimana proses penerapan TIK dan kompetensi SDM yang harus dimiliki dalam membangun SPBE.

~~~~~

#Comday Dashboard Big Data Menggunakan Hadoop dan Zeppelin

#Comday Dashboard Big Data Menggunakan Hadoop dan Zeppelin

#Comday Dashboard Big Data Menggunakan Hadoop dan Zeppelin 6

#Comday Dashboard Big Data Menggunakan Hadoop dan Zeppelin

Data science sempat menjadi cabang ilmu yang populer dengan banyaknya perusahaan yang ingin merekrut data scientist. Hal ini tidak lepas dari perkembangan teknologi big data yang membutuhkan penanganan khusus oleh seorang yang benar-benar memiliki spesialisasi di bidang data science dan big data. Berbicara tentang data scientist dan big data, tentunya big data tidak lepas dari tools yang dipakai oleh data scientist dalam menunjang pekerjaannya.

KIta tentunya kenal dengan teknologi dari Hadoop yang telah memunculkan perangkat lunak pendukung yang memenuhi ekosistem Big Data seperti Hive, JDBC, Flink, lens, BigQuery, Casandra, Mahout dan yang lainnya. Masing-masing perangkat lunak tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga cukup merepotkan bagi seorang data scientist jika ingin memanfaatkan kelebihan masing-masing perangkat lunak.

Fitur-fitur yang dimiliki oleh setiap perangkat tersebut sebenarnya memang sangat dibutuhkan oleh seorang data scientist untuk menunjang aktivitas yang rutin dilakukan dalam pekerjaannya, seperti:

  • Data ingestion
  • Data discovery
  • Data analytics
  • Data visualization & collaborations 

Tentunya setiap perangkat lunak terkadang memiliki bahasa pendukungnya sendiri-sendiri dan juga interface masing-masing yang membuat kolaborasi data menjadi rumit. Di sinilah Apache hadir memberikan solusi dengan produknya yaitu Zeppelin. Apache Zeppelin merupakan web based notebook untuk data analytics interaktif yang dilengkapi dengan visualisasi data. Apache Zeppelin memiliki kelebihan yaitu mendukung lebih dari 20 teknologi back-end.

Ingin mengenal lebih dalam tentang penggunaan Hadoop dalam Apache Zeppelin untuk dashboard big data? Ikuti Community Day dengan topik “Dashboard Big Data Menggunakan Hadoop dan Zeppelin” pada hari Kamis, 8 Agustus 2019 pukul 14.00 WIB di EduparX, Inixindo Jogja.

Biaya

Free (tempat terbatas)

DATE AND TIME

Kamis, 8 Agustus 2019
14.00 WIB – Selesai

LOCATION

Eduparx – Inixindo Jogja
Jalan Kenari No 69 Yogyakarta
View Maps

Maaf, registrasi ditutup karena kapasitas peserta telah terpenuhi

Pengembangan UI/UX: Merancang Nyawa Sebuah Aplikasi

Pengembangan UI/UX: Merancang Nyawa Sebuah Aplikasi

 

Beberapa hari yang lalu startup unicorn (atau decacorn) di bidang jasa angkut penumpang atau penumpang mengganti logonya setelah sekian lama berada di jajaran puncak tangga daftar aplikasi yang ada di Google Play di Indonesia. Netizen Indonesia yang ramah dan murah komentar tak mau ketinggalan obrolan seputar perubahan ini. Tak hanya perubahan logo yang menjadi bahasan netizen karena memang bukan hanya logonya saja yang berubah tapi user interface-nya juga berubah. Mulai dari icon-icon yang terdapat pada aplikasi hingga font.

Kenapa perubahan user interface ini ramai dibicarakan? Well, sebelum kita membahas mengapa user interface itu penting, yuk kita dalami dulu apa itu user interface, apa itu user experience (UX) dan mengapa penyebutan dua hal tersebut UI/UX sering dijadikan satu bagaikan komponen yang tak terpisahkan?

 

Apa itu UX?

UX adalah singkatan dari user experience. Hampir sama dengan arti literalnya, user experience berbicara tentang bagaimana pengalaman seorang user atau pengguna dalam menggunakan suatu produk. Yup, UX tidak melulu dikaitkan dengan software atau yang sekarang lebih sering kita sebut apps. Bahkan produk semacam closet duduk pun berhak memiliki UX yang baik. 

Pengembangan (development) user experience memiliki tujuan agar produk dapat memberikan suatu nilai kepada pengguna entah itu kemudahan, kenyamanan, kepuasan, estetika atau apapun itu sehingga user ingin terus menggunakan produk tersebut. Jika berbicara tentang produk software, fokus dari pengembangan user experience apalagi kalau bukan membuat wireframe dan struktur komponen-komponen yang ada dalam sebuah apps beserta fungsinya. 

 

Apa itu UI?

UI adalah akronim dari user interface sering diterjemahkan sebagai antarmuka pengguna. Hal ini juga bisa diartikan sebagai apapun yang ada di depan muka pengguna ketika mereka berinteraksi dengan suatu produk. Setiap halaman, tombol, icon, font, atau warna dalam sebuah aplikasi merupakan elemen-elemen yang ada dalam UI. Pengembangan software atau aplikasi belakangan ini semakin bersifat user centered menjadikan UI sebagai komponen utama.

Berbicara tentang UI tentu saja kita harus berbicara tentang desain, kegunaan, konten, dan masih banyak lain. Masih ingat beberapa dekade lalu ketika kita mengetikkan sebuah password di halaman web dan yang muncul masih berupa tulisan yang masih bisa dibaca bukan bulatan-bulatan kecil seperti sekarang ini? Yup, UI memang tidak hanya berbicara masalah estetika tapi juga keamanan.

 

Komponen dalam UI/UX

Penyebutan user interface dan user experience sering digabung sehingga tak sedikit yang bingung membedakan mana UI dan mana UX. Sebenarnya memang UI dan UX merupakan komponen yang tak terpisahkan, pengembangan UI akan percuma jika tidak memenuhi objective dari UX. Begitu pula pengembangan UX sepertinya tidak akan berjalan tanpa adanya UI. Dalam pengembangan UI/UX terdapat beberapa komponen penting yang berperan untuk ‘mengarahkan’ perilaku user dalam menggunakan suatu apps.

 

Information Architecture

Information architecture yang biasanya disingkat IA secara singkat adalah struktur dari segala bentuk informasi yang akan ditampilkan ke pengguna. IA merupakan bentuk paling dasar dari UI/UX baik itu web ataupun aplikasi native. Sebelum merancang information architecture kita harus memahami informasi apa saja yang dibutuhkan saat user membuka aplikasi kita. Tidak hanya ‘apa’ tapi kita juga harus tahu seberapa penting informasi tersebut bagi pengguna.

Membanjiri pengguna dengan semua informasi sekaligus dalam satu langkah dapat membuat pengguna bingung, membuatnya tak bisa mengingat poin utama yang ingin kita sampaikan, dan bahkan dapat menimbulkan ‘pengalaman buruk’ bagi pengguna karena merasa dipaksa. Oleh karena itu, mengapa setiap website terdapat ‘navigation bar’ yang membuat pengguna bisa memilih sendiri informasi apa saja yang ingin dia dapatkan.

Aktivitas utama dalam IA adalah mengorganisir informasi baik itu apa, kapan, di mana, dan bagaimana user mendapatkan informasi tersebut. Ada beberapa contoh metode untuk mengorganisir informasi dalam information architecture yaitu:

  • Hierarchical
    Metode pengorganisasian informasi berdasarkan hirarki didasari pada teori psikologi yang dikemukakan oleh Gestalt tentang hirarki visual di mana setiap elemen visual seperti bentuk, warna, letak, dan ukuran menyimpan informasi seberapa penting hal tersebut untuk dihiraukan. Metode inilah yang menyebabkan mengapa menu navigasi di suatu website walaupun terbilang kecil tapi terletak di atas dan ada di setiap halaman karena menu navigasi bukan informasi utama tapi informasi yang berfungsi sebagai penunjuk sesuai dengan namanya.
  • Sequential
    Metode pengorganisasian sequential adalah mem-breakdown informasi menjadi beberapa tahapan yang harus dilalui user satu per satu. Fungsi dari metode ini adalah agar user tidak lupa dengan informasi yang diberikan. Metode sequential banyak digunakan oleh e-commerce yang memiliki banyak detail informasi yang diberikan sebelum user melakukan pembelian.
  • Matrix
    Bisa dibilang metode pengorganisasian informasi yang magabut (makan gaji buta) karena metode ini melimpahkan kerjaan mengorganisir informasi kepada user. Sorting merupakan fitur yang menggunakan metode matrix. Tapi jangan senang dulu, metode ini sebenarnya agak merepotkan bagi seorang information architect karena menyusun jenis metadata apa saja yang berguna bagi user untuk setiap data cukup memakan waktu.

 

Interaction Design

Seperti yang semua orang tahu, user tidak hanya berperan pasif dengan cuma memandangi produk seperti layaknya karya seni. Mereka disebut user karena menggunakan suatu produk yang tentu saja terdapat interaksi di dalamnya. Oleh sebab itu, desain interaksi termasuk komponen yang tak kalah penting dalam pengembangan UI/UX.

Dalam produk software atau aplikasi, desain interaksi berbicara tentang bagaimana user mengklik, menekan, menggeser layar dan apa yang terjadi setelah itu. Desain interaksi yang baik itu mengacu pada ergonomi dan kebiasaan/perilaku dari pengguna. Salah satu contoh dari desain interaksi ini adalah bagaimana Google menerapkan ‘swipe’ (menggeser) untuk mengarsip email pada Gmail. Metode ‘swipe’ ini menggantikan metode ‘hold’ (menekan lama) karena metode ‘swipe’ dinilai lebih efisien dan praktis daripada ‘hold’ sedangkan jumlah rata-rata email masuk ke user semakin bertambah dari tahun ke tahun sehingga manfaat perubahan ini dapat dirasakan oleh pengguna.

 

Usability

Usability jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti kegunaan. Secara definisi usability adalah seberapa mudah pengguna menggunakan produk. Jika Anda pernah mendengar istilah ‘user-friendly’, hal tersebut merupakan tujuan dari komponen ini. Usability sering kali berbicara tentang seberapa familiar dan kompeten seorang pengguna dalam menggunakan fitur dari sebuah produk. Selain itu, usability juga berbicara tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi user untuk memahami apa yang harus dia lakukan untuk menggunakan suatu fitur dalam sebuah produk.

 

Wireframing

Wireframe merupakan prototype kasar dalam pengembangan UI/UX. Ketika kita sudah mempunyai IA, desain interaksi, dan konsep usability, saatnya bagi UI/UX designer untuk menyusun ketiga komponen dalam sebuah layout. Layout ini berfungsi sebagai acuan utama bagi engineer dalam proses produksi software atau aplikasi. Wireframe juga berguna dalam melakukan pre-test terhadap sebuah fungsi atau fitur.

 

Visual Design

Ketika wireframe sudah ada di tangan, sekarang saatnya bagi visual designer berkarya menuangkan ide-idenya dalam bentuk, warna, dan juga font. Walaupun ini merupakan komponen terakhir dalam UI/UX, visual design adalah komponen yang paling mudah untuk dapat dikenali, dikomentari, bahkan dicela. Ini terjadi karena visual design berada di garda depan sebuah UI/UX. Dari mata langsung jatuh ke hati, begitulah metafora yang sering dipakai oleh para pujangga untuk menggambarkan pentingnya peran elemen visual dalam membangun experience pengguna.

 

Pentingnya Pengembangan UI/UX untuk Sebuah Produk

Memberikan pengalaman yang baik bagi pengguna merupakan objective paling utama, tentunya setelah produk tersebut bisa digunakan. Seringkali UI/UX menjadi faktor penentu apakah pengguna mau untuk terus menggunakan produk tersebut atau tidak. Bahkan, UI/UX suatu produk turut menentukan asumsi seseorang terhadap produsen brand. Ya, UI/UX juga merupakan bagian dari branding. Maka tidak heran jika pengembangan UI/UX seharusnya mendapat perhatian lebih agar umur produk berlangsung lama.